◦ • ◉ ✿ ◉ • ◦
Plan Rathavit. Lulusan termuda di universitasnya. Usianya baru saja menginjak 18 tahun yang harusnya bagi remaja seusianya baru menyelesaikan pendidikan SMA. Jangan salahkan otak Plan yang terlampau pintar sehingga ia bisa lulus dengan cepat.
Pria manis berwatak ramah itu sekarang berada didepan gedung perusahaan terbesar di Thailand milik seorang pengusaha muda yang desas-desusnya baru berusia 24 tahun.
Phiravich Corp nama perusahaan itu.
Plan saat ini sedang menunggu giliran untuk interview di perusahaan itu, mengingat banyaknya orang yang melamar pekerjaan untuk menempati posisi Sekretaris dari Presdir Phiravich Corp sendiri.
Plan sedikit merasa kurang percaya diri saat melihat betapa banyak pesaing yang melamar di perusahaan itu. Walaupun Plan termasuk pintar dalam hal seperti ini, namun tidak menutup kemungkinan akan ada yang jauh lebih pintar dan berpengalaman darinya.
Setelah kurang lebih 2 jam menunggu giliran, Plan akhirnya dipanggil masuk untuk interview yang berhadapan langsung dengan Presdir Phiravich Corp sendiri. Hal itu semakin membuat jantung Plan berdegup kencang dan keringat dingin menghampirinya saat ia mencoba membuka pintu.
Ceklek
"P-permisi Presdir..." ucapnya gugup.
Pria yang dipanggil Presdir itu hanya berdehem saja. Pandangannya tak luput dari berkas-berkas yang dipegangnya. Sangat tampan. Wajahnya bak dewa Yunani, hidung bangirnya dan postur tubuhnya yang atletis tampak sangat jantan walau tertutup oleh setelan yang dikenakannya. Jangan lupakan rahang tegas serta kulit Tan-nya yang mendominasi.
Semua yang melihatnya pasti terpana. Bahkan Plan yang notabene-nya adalah seorang pria sampai melongo saat melihat pria tampan itu.
"Mau sampai kapan kau berdiri disitu?!" Ucap pria itu membuat Plan tersadar dari lamunannya. Ia lalu berjalan menuju pria yang berstatus Presdir itu dan langsung duduk dikursi yang berhadapan dengannya.
"Siapa yang menyuruhmu duduk?!"
'Pria ini sangat menjengkelkan!!' batin Plan.
Plan mendengus kasar mendengar ucapan pria itu dan segera berdiri dari kursinya. Lancang memang, namun mau bagaimana lagi, nasi sudah menjadi bubur, tak bisa kembali lagi bukan.
"Siapa yang menyuruhmu mengendus kasar pada saya?!"
Plan mencoba mengelak. "Bu-bukan begitu... Maaf saya tak bermaksud lancang, Presdir."
'Walau nyatanya kau memang sangat menyebalkan sialan!!' lanjut Plan, tentu saja dalam hati.
"Siapa yang menyuruhmu mengumpat?!"
"Ti-tidak Presdir, saya tidak mengumpat..." ucapnya gugup, bagaimana bisa Presdir-nya ini mendengar umpatannya. Plan menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Ia tak tau saja, Presdir itu saat ini sedang menyeringai.
"Cepat perkenalkan dirimu!" ucap Presdir yang diketahui Plan bernama Mean Phiravich itu.
"N-nama saya... Plan Rathavit. Umur saya 18 tahun dan saya lulusan S1 dari Universitas Bangkok dengan beasiswa yang saya dapat." jelas Plan.
'18 tahun?! Bukankah seharusnya baru lulus SMA?' batin Mean.
"Saya tidak menanyakan kamu kuliah dimana dan lewat jalur apa!!"
Plan hanya diam. Ingin rasanya memaki, namun apa daya, Mean melihat setiap gerak-geriknya. Lalu ia mendengar Mean mengetuk mejanya pelan.
"Baik. Kamu saya terima!" ucapnya kemudian.
Mata Plan langsung berbinar terang. Ingin rasanya ia melompat kegirangan. Namun ia menahan keinginannya mengingat saat ini ia sedang berada diruangan itu bersama Presdir.
"Dengan syarat---"
Sorot mata Plan membola saat Mean makin mendekat kearahnya. Dengan sigap ia berjalan mundur perlahan. Namun dirinya berhenti kala punggungnya menabrak tembok dan tubuhnya berada dalam kungkungan sang Presdir.
"---Kau harus memberikanku kecupan setiap pagi dan saat pulang kerja!" ucapnya tepat di telinga Plan.
'Welcome to Mean Phiravich's zone, Baby Lion'
☼ ☼ ☼
"Arghh... Bisa gila aku jika setiap hari seperti ini." rutuk Plan frustasi.
Bayangkan saja, hari pertama bekerja sudah disuguhkan dengan jadwal meeting dan juga rangkuman meeting sebelum-sebelumnya. Dan jangan lupakan, ia duduk tepat dimeja depan ruangan Presdir--Mean Phiravich yang hanya terhalang dinding kaca saja. Membuat Mean dengan leluasa bisa menatap Plan.
Sedangkan yang ditatap gelisah sendiri. Padahal sudah masuk jam siang.
Beberapa saat kemudian alat pemanggil sekretarisnya (ntah apa namanya, anggap saja ada) berdering. Mau tak mau, Plan memasuki ruangan Mean.
"A-ada apa Presdir?" tanyanya saat sudah berada dihadapan sang Presdir.
Mean menghela nafasnya. "Ini sudah masuk jam makan siang. Apa kamu tidak lapar?"
'Ck! Kupikir ada hal penting!' rutuk Plan dalam hati.
"Itu... pekerjaan saya belum selesai Presdir."
Mean berdiri dari kursinya masih senantiasa menatap kearah Plan. Ia menggenggam erat tangan Plan lalu menariknya keluar dari ruangan.
"E-eh?!... Kita mau kemana, Presdir?!" tanya Plan bingung.
Mean diam masih menarik Plan yang berjalan dua kali lebih cepat dari biasanya. Salahkan kaki Mean yang panjang itu sehingga membuat Plan harus mengimbangi langkahnya.
Mereka masuk kedalam lift dan turun menuju basemant. Selama didalam lift mereka juga tak mengobrol. Hanya terdengar suara hembusan nafas dan suara lift yang bergerak turun.
Setelah pintu lift terbuka, Mean menarik Plan dan menuju sebuah mobil sport mewah berwarna putih. Ia membuka pintu mobilnya untuk Plan, dan sedikit mendorong Plan agar masuk dan duduk di mobil itu. Ia pun kemudian juga memasuki mobil dan duduk dikursi kemudi.
"Ki-kita mau kemana, Presdir?" tanya Plan takut.
Mean menyalakan mobilnya dan mobil itu berderum kencang sangat seksi ><.
"Kita akan makan siang." ucapnya lalu melajukan mobilnya agak cepat karena basement lumayan sepi. Membuat Plan memaki-maki Mean dalam hati seraya memasang safety beltnya.
꙳
꙳
꙳
⛦ TBC ⛦
KAMU SEDANG MEMBACA
New Secretary, RATHAVIT [MeanPlan] √
Fanfiction[COMPLETED] Plan Rathavit, pria berwajah manis ini adalah sekretaris baru dari Presdir Phiravich Corp. Siapa lagi kalau bukan Mean Phiravich, pengusaha muda yang sangat tampan. Sebuah kisah akan dimulai. Bagaimana kisahnya? Check it out ༄༄༄ ⚠ Boys...