Part 04 : Not a Special Person

3.1K 258 17
                                    

◦ • ◉ ✿ ◉ • ◦

Setelah rapat bersama perusahaan MS Group selesai, Presdir MS Group meminta Plan untuk berbincang-bincang sebentar. Tentu saja ia sudah meminta izin dari Mean yang hanya mengangguk dengan wajah datarnya. Cemburu, Mr. Phiravich?

"Sudah lama Phi tak bertemu dengan Planie. Phi Gun apa kabar?" tanya Mark.

Plan mempoutkan bibirnya sebal. Seharusnya yang ditanyakan kabarnya itu dia karena sudah lama tak bertemu. Ini malah kakak sepupunya yang ditanya. Padahal baru dua hari yang lalu mereka berdua pergi berkencan.

"Lhoo... yang lama tak bertemu dengan Phi Mark kan aku, masa Phi Gun yang ditanyakan kabarnya?!"

Mark Siwat--Presdir dari MS Group hanya terkekeh melihat Plan yang cemberut, terlihat sangat imut. "Ya... ya... Adik ipar Phi yang imut ini... apa kabar?" tanya Mark sembari mengusak rambut Plan. Padahal Gun bukan kakak kandungnya:( tapi yasudahlah.

"Uhmm... kabarku baik Phi. Padahal belum menikah dengan Phi Gun, tapi sudah memanggilku adik ipar. Phi Mark kebelet nikah ya??" ejek Plan.

Mark tertawa mendengar ucapan Plan. Ia kemudian mencubit hidung Plan sambil menggoyangkannya ke kanan dan kiri. Awas tiati ntar copot tu idung!:v

"Inginnya sih cepat-cepat. Tapi kucing itu suka sekali ngamuk!"

"Phi... nanti aku bilangin ke Phi Gun loh, didendengnya sosismu itu nanti!!"

Mark reflek memegang bagian selatan tubuhnya itu. "Yak... dasar Baby Lion! Tau dari mana kau kata-kata seperti itu?! Apa kau mengerti maksudnya?!"

Plan dengan polosnya menggeleng. "Tidak mengerti. Tapi Phi Gun sering bicara begitu kalau kalian bertelponan. Dan aku tak sengaja mendengarnya!!" jawabnya dengan wajah polos.

Mark hanya mengusap wajahnya kasar. Plan ini sangat polos.

Mereka sampai terbuai dalam pembicaraan mereka berdua, hingga tak sadar bahwa ada yang menguping pembicaraan mereka sambil menahan amarah.

☼ ☼ ☼

Plan baru saja menyelesaikan pekerjaannya. Ia pun membereskan beberapa dokumen-dokumen pekerjaannya dan memasukkannya kedalam tasnya dan beranjak pergi keluar kantor.

Belum sempat ia masuk kedalam lift, seseorang mencengkram tangannya dengan kuat. Ia pun menoleh untuk melihat siapa yang mencengkram tangannya itu.

"P-presdir... i-itu s-sakit..." ucapnya sembari menahan sakit dipergelangan tangannya.

Mean hanya diam dan langsung menyeret Plan kedalam lift. Plan menangis sesegukan menahan sakit karena cengkraman kuat dari Mean yang tak kunjung lepas.

"P-presdir... kenapa? hiks... i-ini sangat sakit... hiks..."

Mean tak mengindahkan rintihan kesakitan yang keluar dari bibir mungil Plan. Setelah lift terbuka, ia langsung membawa Plan menuju basemant yang lumayan sepi itu.

"Hiks... l-lepas...--" pinta Plan sembari terisak.

Brak

"--Akhh!"

Plan meringis menahan sakit kala Mean mendorong dirinya ke tembok dekat mobil Mean. Dan saat itu juga Mean meletakkan tangannya disisi kanan dan kiri Plan, mengunci pergerakan Plan.

"Hiks... l-lepas..." tangis Plan semakin pecah.

Mean memandang kelam mata bulat Plan yang sudah basah oleh air mata memohon untuk dilepaskan.

"Kenapa kau, dan Mark Siwat tadi, sangat akrab?!" tanya Mean dingin.

Plan hanya menangis dan meronta-ronta agar terlepas dari kungkungan Mean.

"JAWAB AKU, SIALAN!!!" bentak Mean keras karena tak mendapat jawaban dari Plan.

"SEBENARNYA UNTUK APA KUBERITAHU PADAMU?! KAU BUKAN IBUKU MAUPUN AYAHKU!! BAHKAN KAU JUGA BUKAN SAUDARAKU!! KALAU KAU TETAP MEMAKSA, DIA, MARK SIWAT, CALON KAKAK IPARKU!!" bentak Plan karena tak terima dengan ucapan Mean.

Dengan sekuat tenaga yang tersisa, Plan mendorong Mean hingga sedikit terhuyung kebelakang. Ia pun segera berlari menuju lift meninggalkan Mean yang diam membeku ditempat semula.

'Benar. A-aku bukan siapa-siapanya! DASAR PHIRAVICH BODOH!!' sesal Mean.

☼ ☼ ☼

Plan menunggu dihalte bus masih menangis sesegukan. Entah jam berapa bus datang, yang pasti bus akan lewat dalam beberapa jam kedepan.

Ia menekuk lututnya keatas dan membenamkan wajahnya pada lututnya. Entah kenapa ia menangis seperti ini. Seperti saat sepuluh tahun yang lalu, kala Mae dan Pho nya meninggal.

"Hiks... k-kenapa... aku seperti... hiks... ini?"

Tin Tin

"PLANIE?! KAUKAH ITU?!"

Plan mendengar seseorang memanggilnya. Ia pun menoleh kearah suara seseorang yang sepertinya sangat familiar baginya. Itu seperti suara....

⛦ TBC ⛦

New Secretary, RATHAVIT [MeanPlan] √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang