◦ • ◉ ✿ ◉ • ◦
Cahaya mentari mencoba menyusup melalui celah jendela yang tertutup oleh gorden berwarna hijau. Plan yang masih setia bergelut manja dengan gulingnya mau tak mau harus membuka matanya karena silaunya cahaya mentari yang menerpa wajahnya itu.
Ia bangkit dari ranjangnya dan mengusap-usap matanya beberapa kali seraya mengumpulkan sebagian nyawanya yang masih dialam mimpi. Ia mengedarkan pandangannya ke setiap sudut ruangan.
"Kapan aku pulang?" ia bertanya-tanya.
Tapi setelah beberapa saat berpikir ia tak kunjung menemukan jawaban. Ia pun mengedikkan bahunya lalu berjalan mengambil handuk dan memasuki kamar mandi.
Selama dikamar mandi, Plan sesekali terpikir tentang hal itu. Apakah ia pulang jalan kaki? Naik bus? Kenapa ia tak bisa mengingatnya sama sekali?!
'Cukup katakan dimana kau tinggal!'
Sebuah suara terngiang-ngiang di telinganya. Plan mengernyitkan dahinya bingung. Ia sedikit mengingat suara seseorang.
"Ah... Ntahlah." ucapnya saat tak bisa mengingat apapun lalu melanjutkan kegiatannya.
Setelah selesai mandi, ia segera mengenakan setelan kantornya dan memakai parfum beraroma melon. Tak lupa ia memakai sunblock dan juga lipbalm untuk mempercantik penampilannya.
Ia membawa tas berisikan dokumen-dokumen kerjanya beserta ponselnya, kemudian turun dan menemui kakaknya--kakak sepupu yang sudah ia anggap sebagai kakaknya sendiri yang saat ini sedang menyiapkan sarapan untuk mereka berdua.
"Oh... Planie sudah bangun." ucapnya sembari menata makanan di meja makan.
Plan mengangguk tanpa memandang kearah kakak sepupunya itu. Atensinya sepenuhnya berfokus pada roti panggang dengan selai strawberry yang dibuat oleh kakak sepupunya itu.
"Cepat makan sebelum aku mengepel air liurmu yang hampir tumpah itu!" sindirnya dengan nada bercanda.
"Phi Gun sangat berlebihan~~" rengek Plan saat mendengar ucapan Gun.
Gun, alias Gun Napat kakak sepupu Plan yang tinggal bersamanya di apartment itu.
Saat ini ia sudah duduk berhadapan dengan Plan dan melahap roti panggang selai kacangnya sendiri sambil sesekali terkikik saat melihat sesuatu diponselnya. Plan yang melihat itu hanya memutar bola matanya kesal. Merasa diabaikan tentu saja. Padahal Plan saat ini berada dihadapannya tapi Phi nya ini malah sibuk dengan ponselnya.
"Kutebak, Phi Mark sedang merayumu sekarang, ya kan?!" ucap Plan tiba-tiba sehingga membuat Gun sedikit terbatuk karena ucapan Plan.
"Kenapa? Iri kan? Makannya cari seme sana!!" ucap Gun mengejek Plan.
Plan menggeplak kepala Gun dengan pelan. Tak ingin membuat Phi-nya terlalu kesakitan.
Sejenak kemudian ia kembali teringat perihal kapan dan bagaimana ia bisa pulang dan menanyakannya pada Gun. "Oh iya Phi... Kapan aku pulang?"
Gun sontak menatap Plan. "Aaaaa! Itu yang ingin kutanyakan. Apa hubunganmu dengan bosmu itu?" tanya Gun penasaran dan langsung mengalihkan pandangannya ke arah Plan.
"Bosku?!" Plan mengernyitkan dahinya.
"APA DIA YANG MENGANTARKU PULANG?!"
Gun mengangguk. "Ya... dia membawamu seperti--" Gun mengambil sebuah boneka Panda besar miliknya dan menggendongnya ala koala. "--ini!" ucapnya sembari me-reka ulang adegan semalam.
Plan mengusap wajahnya kasar. Apa yang harus ia katakan kepada Presdirnya nanti saat mereka bertemu dikantor?!
☼ ☼ ☼
Plan saat ini berada diruangannya. Sembari mengeluarkan beberapa berkas yang berisikan dokumen-dokumen pekerjaannya. Ia memijit keningnya kala melihat tumpukan kertas disamping mejanya. Lalu matanya tak sengaja menangkap sebuah sticky note berwarna biru didekat tumpukan kertas itu.
Buatkan aku kopi. Dan jangan lupa kita ada rapat dengan MS Group nanti siang.
Tanpa bertanya, Plan pun sudah tau siapa pelaku penulis di sticky note ini. Ia langsung menuju dapur kantor dan membuatkan kopi untuk Presdirnya itu.
Ceklek
Pintu terbuka menampakkan Plan dengan gelas putih berisikan kopi masuk kedalam ruangan sang Presdir. Ia meletakkan kopi itu dimeja dan membungkuk hormat, lalu bergegas keluar dari ruangan Presdir.
"Apa begitu caramu melayani bosmu?!"
Plan menegang kala suara husky milik Mean mendominasi ruangan itu. Ia pun segera berbalik dan membungkuk minta maaf.
"Kau tak mau bilang terimakasih padaku?!"
'Bodoh! Seharusnya kau yang berterima kasih padaku! Kau telah membuatku turun 14 lantai hanya demi secangkir kopi milikmu, bodoh!' maki Plan dalam hati.
"Tidak usah mengumpatiku, Baby."
Mean melangkah semakin mendekat kearah Plan. Merasa alarm bahaya berbunyi, Plan pun segera melesakkan kakinya untuk keluar dari ruangan itu. Namun naas, belum sempat ia memegang gagang pintu, pintu itu sudah dikunci duluan oleh Mean yang tiba-tiba sudah berada disampingnya.
"Kau--harus dihukum, Baby!" ucap Mean dengan seringai dibibirnya.
Mean semakin mendekatkan wajahnya pada wajah Plan. Plan semakin gugup dan memalingkan wajahnya untuk menghindari wajah Mean yang hanya dipisahkan oleh jarak satu senti saja dengan wajahnya.
"P-presdir... ini kantor" ucap Plan gugup.
"Oh... lalu kau mau bermain dimana?" tanya Mean seduktif.
"Ti-tidak..." Plan merutuki dirinya kenapa ia mengatakan hal seperti itu. Ia pun membuka kunci pintu ruangan milik Mean dan berlari keluar dari ruangan sang Presdir.
Plan kembali duduk di kursinya sendiri dan berlagak sibuk dengan komputernya.
'Ada apa dengannya? Kenapa tiba-tiba bertingkah seperti tadi?! Dasar gila!!!' Batin Plan mencoba menenangkan jantungnya yang berdegup kencang.
Mean keluar dari ruangannya dan mendekat ke arah Plan. Plan tak menyadari kalau saat ini Mean sudah berada tepat dibelakangnya.
"Bagaimana kalau malam ini kita bermain, Baby Lion?"
꙳
꙳
꙳
⛦ TBC ⛦
KAMU SEDANG MEMBACA
New Secretary, RATHAVIT [MeanPlan] √
Fanfiction[COMPLETED] Plan Rathavit, pria berwajah manis ini adalah sekretaris baru dari Presdir Phiravich Corp. Siapa lagi kalau bukan Mean Phiravich, pengusaha muda yang sangat tampan. Sebuah kisah akan dimulai. Bagaimana kisahnya? Check it out ༄༄༄ ⚠ Boys...