Part 02 : Room Number 69

3.7K 308 28
                                    

◦ • ◉ ✿ ◉ • ◦

Percuma saja rasanya Plan makan siang di restoran mewah berdua dengan Mean. Karena sejak mereka memasuki restoran itu dan duduk di tempat yang sudah tersedia, Mean malah sibuk berkutat dengan laptopnya. Kalau begini, lebih baik ia makan saja di kantin perusahaan tadi. Tak perlu jauh-jauh ke restoran mewah segala.

"Makanlah. Jangan banyak mengumpati diriku." ucap Mean tanpa mengalihkan pandangan dari laptopnya.

'SUNGGUH!! IA BENAR-BENAR CENAYANG!!' batin Plan.

Plan melahap sushinya menggunakan sumpit yang ia pegang. Sebelumnya, sushi itu ia celupkan kedalam sausnya. Ia makan dengan lahap, karena memang sudah jam nya harus makan siang.

"Suapi!!" titah Mean dengan suara pelan.

Plan mendongak, memperlihatkan bibir mungilnya yang dipenuhi sushi. Membuat Mean menggigit pipi bagian dalamnya sendiri menahan gemas akan sekretarisnya yang terlihat imut itu.

"Apa Presdir?" tanya Plan karena ia tak terlalu mendengar ucapan sang Presdir.

Mean menggeleng. "Tidak." jawabnya.

Plan berhasil dibuat heran dengan kelakuan Presdirnya kali ini. Ia sangat yakin kalau tadi Presdir nya ini berbicara. Ia mengedikkan bahunya lalu melanjutkan kegiatan makannya. Namun belum sempat menyentuh makanannya, ia melihat Presdirnya seperti akan berkata sesuatu. Presdirnya sudah mengambil ancang-ancang untuk berbicara.

'Aku akan mendengarnya kali ini!' Plan memasang pendengarannya, ia tak ingin melewatkan apa yang akan segera dikatakan oleh Presdirnya.

"Ah--tidak jadi." ucap Mean dengan santainya.

'WHAT THE FU*K?! Apa ia benar-benar cenayang?! Menyeramkan!' maki Plan dalam hati.

Entah angin apa yang membuat suasana menjadi hening seketika. Semuanya kembali sibuk dengan urusan masing-masing. Mean yang masih setia berkutat dengan laptopnya dan Plan yang melahap sushinya kembali. Sesekali, sorot mata Plan melirik kearah Mean yang mengenakan kacamata bulat. Semakin menambah kesan dingin dan sangar diwajahnya. Namun masih terlihat sangat tampan.

Plan menelusuri setiap inci wajah Mean. Sangat sempurna. Tiba-tiba jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya. Plan pun segera mengalihkan perhatiannya dari wajah Mean dan fokus pada sushinya kembali.

Setelah beberapa saat, Mean telah selesai dengan laptopnya. Ia menutup laptop itu kemudian mengambil sushinya lalu memasukkannya kedalam mulutnya sendiri.

☼ ☼ ☼

Jam sudah menunjukkan pukul 8 malam. Dan Mean masih belum keluar dari ruangannya. Hal itu membuat Plan tidak bisa pulang sebelum Presdirnya keluar dari ruangan. Ia sudah sangat mengantuk. Bahkan pekerjaannya juga sudah selesai sedari tadi.

Ia menopang dagunya sembari menahan kantuknya.

Pukul setengah 9 malam, Mean baru keluar dari ruangannya dan terkejut mendapati Plan yang tertidur pulas dimeja kerjanya. Mean pun menghampiri Plan.

Ia memandang wajah mulus bak bayi milik Plan, bibir ranumnya yang sangat menggoda dan juga hidungnya yang mungil, wajahnya mulus tanpa noda sedikitpun. Membuat Mean tersenyum. Perfect batinnya.

"Kenapa kau tidak pulang duluan, Baby? Kenapa malah menungguku?" ucap Mean pelan tak ingin membangunkan Plan sambil mengusap surai Plan dengan lembut.

Mean pun mengangkat Plan dan menggendongnya ala koala. Plan sedikit tersentak. Namun dengan modusnya Mean, ia menepuk-nepuk paha Plan lembut sehingga membuat anak itu kembali tertidur.

Tanpa sadar Plan mengalungkan lengannya pada leher Mean. Membuat Mean tersenyum penuh kemenangan.

Ia membopong Plan menuju basemant. Sesekali Plan menggeliat dan menduselkan wajahnya pada dada bidang Mean. Sungguh, Plan adalah Baby Lion yang sangat lucu.

Setelah sampai didepan mobil sport miliknya, Mean meletakkan Plan dikursi samping kemudi dan memasangkan safety beltnya. Lalu ia berjalan ke sisi sebelah dan duduk dikursi kemudi.

Brumm

Suara mobil sport itu membuat Plan terbangun. Ia mengerjap-ngerjapkan matanya dan menatap sekelilingnya.

'Mobil sialan!!' rutuk Mean dalam hatinya.

Plan mengusap matanya dan melihat kearah Mean. "Ki-kita mau kemana?" ucapnya dengan suara serak khas bangun tidur.

"Cukup katakan dimana kau tinggal!" ucap Mean to the point.

Plan kembali menutup matanya dan bergumam. "Aku tinggal di apartment disamping mall Bangkok. Kamar nomor 69--"

Mean pun tersenyum dan melajukan mobilnya secara perlahan. Katanya biar Plan gak merasa terganggu dalam tidurnya. Padahal mau modus biar bisa lama-lama liatin muka Plan yang imut dan mulus cem pantat bayi:v

☼ ☼ ☼

Disinilah Mean dan Plan berada. Dengan Plan yang masih setia dalam gendongan Mean. Mereka berdua ada didalam lift menuju lantai dua. Letak kamar Plan.

Setelah lift terbuka, Mean pun keluar dan menyusuri lorong apartment sembari mencari kamar bernomor 69 milik Plan.

Ketemu! Tapi bodohnya ia tak tahu password kamar Plan. Ia memutuskan membangunkan Baby Lion-nya dengan menepuk-nepuk bokong Plan--sekalian modus.

"Engghh" Plan merasa tidurnya terusik karena bokongnya yang terus ditepuk-tepuk.

'Anjirr ga usah ngedesah-desah gitu!' Mean mencoba menahan dirinya saat mendengar suara lucknut yang keluar dari bibir mungil Plan.

"A-anu Plan... password apartment mu?" tanya Mean mengalihkan perhatiannya.

"Mhh... ada Phi... didalam"

Setelah mengucapkan kalimat singkat itu, Plan kembali terlelap dalam gendongan Mean. Apa katanya? Ada Phi nya didalam? Langsung saja Mean menekan bel apartment itu berkali-kali.

Merasa tak ada sahutan sama sekali, Mean mulai mencoba mengetuk-ngetuk pintu sembari sesekali menekan bel apartment itu.

Ceklek

"Siapa sih, bego?! Malem-malem ribut amat... eh, Plan--?!"

Seorang pria membuka pintu itu. Pria itu hampir sama manisnya dengan Plan. Ia memandang datar kearah Mean.

"KYAA!! PAMAN MESUM!! BERANI-BERANINYA KAU MENYENTUH PANTAT MULUS ADIKKU?! ENYAHLAH KAU!!" bentak pria itu dan memukul-mukul lengan Mean berusaha untuk melepaskan adiknya itu.

"A-anu... sakit ini sakit! Saya Mean, bosnya Plan!" ucap Mean agar pria itu tak memukulnya lagi.

"H-huh--"

⛦ TBC ⛦

Gimana guys?? Next or not??

Be careful and take care of your health ❣

New Secretary, RATHAVIT [MeanPlan] √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang