Part 07 : Memory

2.8K 230 8
                                    

◦ • ◉ ✿ ◉ • ◦

"Tidak... Planiee... tidak"

Mean terisak dalam tidurnya. Ia memimpikan masa lalu yang sangat menyakitkan itu. Plan yang mendengar seseorang terisak, perlahan membuka matanya dan mendapati Mean menangis.

Plan pun mencoba menggoyangkan tubuh Mean sembari juga terisak. Ia ingat. Ia ingat semuanya. Ia tak ingin Mean tercintanya menangis seperti ini.

"Hiks... Phi bangun... hikss"

"T-tidak... Planiee..." Mean terus mengucapkan kata-kata itu berulang kali.

"Phi... Planie disini... hiks... Phi..."

Mean terbangun. Ia langsung memegang kepalanya yang sakit itu. Nafasnya tersengal akibat menangis terlalu lama. Ia mencoba menetralkan dadanya yang naik turun tak beraturan.

"P-planie... " ucapnya lirih.

"Iya Phi... hikss... Planie disini... hikss" jawab Plan masih terus menangis.

"P-planie... kau mengingat Phi?" tanya Mean berhati-hati.

Tanpa aba-aba, Plan langsung memeluk Mean yang masih mematung ditempatnya. Sembari mengelus-elus punggung lebar itu.

"I-iya... ma-maafkan Planie.. P-planie melupakan Phi... HUWEE" Plan semakin menangis saat memeluk Mean.

Mean membalas pelukan Plan tak kalah erat. Merindukan Baby Lion nya yang telah lama hilang. Dan saat ini, dihadapannya, Baby Lion nya kembali mengingatnya. Ia sangat bersyukur akan hal itu.

"Terima kasih sudah kembali, Planie... "

☼ ☼ ☼

"Mae... Pho... "

Plan memandang batu nisan yang berukiran nama kedua orang tuanya. Mereka berdua--Mean dan Plan--saat ini berada di Hua Hin.

"Mae... Pho... maaf... hiks... Planie melupakan kalian... hiks... "

Plan tak membiarkan air matanya turun. Ia mengusap air matanya itu. Ia tak ingin orang tuanya melihatnya menangis.

"Mae... Pho... kalian ingat Phi Meanie?"

Mean sedikit membungkuk sebagai tanda hormat kepada kedua orang tua Plan.

"Mae... Pho... Semoga kalian tenang disana. Maaf baru bisa mengunjungi kalian." ucap Mean kepada dua orang yang sudah seperti orang tuanya sendiri.

"Mae, Pho. Planie senang bisa mengingat kalian lagi. Tapi Planie sedih tak bisa melihat kalian lagi... Planie doakan, agar kalian tenang disana. Planie pamit, Mae, Pho..."

Ia bangkit dari jongkoknya dan menghadap kearah Mean. "Ayo kita pulang, Phi."

Mean mengangguk lalu membungkuk sebentar pada kedua batu nisan itu dan beranjak pergi dari sana bersama Plan.

"Aku pikir aku tak bisa kesini lagi." Plan berujar pelan.

"Tentu kita bisa kesini lagi. Mau main sebentar kerumah Mom?" ajak Mean yang langsung dibalas anggukan oleh Plan.

Mobil itu melaju meninggalkan area pemakaman disalah satu tempat di Hua Hin. Sembari mendengarkan lagu, Plan bersenandung kecil.

"Planie... " panggil Mean.

Yang dipanggil pun menengok kearah Mean.

"Iya, kenapa Phi?"

Mobil itu berhenti saat lampu lalu lintas berwarna merah. Bersamaan dengan kendaraan lainnya.

"Ingat? Kau pernah menciumku--disini." ujar Mean sembari menunjuk bibirnya sendiri.

"Aihh! Mesum!!" Plan lalu menutup wajahnya dengan kedua tangannya.

"Lho? Kan kau yang menciumku!" goda Mean.

"Tapi tetap saja! Kenapa kau mengingat hal itu lagi Phi!"

Tin tin

"JALANKAN MOBILNYA, PHI!!!" teriak Plan karena mobil yang berada dibelakang mereka sudah membunyikan klakson nya.

☼ ☼ ☼

"P-planie?" panggil seorang wanita paruh baya.

Plan tersenyum, matanya berkaca-kaca. Begitupun Mom nya Mean--Jen.

"I-iya... hikss... Mommy."

Jen langsung memeluk Plan dengan erat. Seperti memeluk anaknya sendiri. Plan sudah dianggapnya seperti anak sendiri sejak dulu, dikarenakan Plan adalah anak dari sahabatnya sendiri--Pear.

"M-maaf... Mommy belum mengunjungi makam orang tuamu..."

"Iya... Mommy. Tidak apa-apa."

"Masuklah. Untungnya Mommy hari ini memasak Pad Thai dan Tod Mun Pla! Ayo masuk!" Jen membuka pintunya lebar-lebar dan membiarkan Plan masuk.

Namun....

"Anaknya sendiri pulang tidak disambut." poor Mean.

Mean masuk kedalam rumahnya lalu mendudukkan dirinya di sofa mulus kesukaannya semasa dulu. Sembari menekan-nekan tombol remot mencari saluran televisi yang menarik.

Tuk

Bunyi nampan beradu dengan permukaan meja yang terbuat dari kaca yang berada dihadapan Mean. Plan meletakkan kedua gelas itu dimeja lalu kembali ke dapur.

'Aku merasa seperti sedang dilayani istri....kekeke' batin Mean sambil terkikik geli.

Plan kembali ke ruang tamu sembari memegang toples berisi cookies milik Mean. Dan langsung duduk disofa tepat disamping Mean.

"Darimana kau dapatkan itu?" tanya Mean melirik kearah cookies miliknya itu.

"Eung? Ini?!! Mommy yang berikan padaku. Katanya milikmu yasudah aku makan saja." jawab Plan tak berdosa.

Mean hanya tersenyum dan mengusak surai lembut milik Plan. Ia memperhatikan cara makan Plan. Lucu, imut, manis. Tiga kata itu mewakilkan kondisi Plan setiap harinya.

Ceklek

Suara pintu terbuka, membuat dua insan yang sedang berada di ruang tamu mengalihkan pandangannya ke asal suara.


⛦ TBC ⛦

New Secretary, RATHAVIT [MeanPlan] √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang