◦ • ◉ ✿ ◉ • ◦
Tin Tin
"PLANIE?! KAUKAH ITU?!"
Plan mendengar seseorang memanggilnya. Ia pun menoleh kearah suara seseorang yang sepertinya sangat familiar baginya. Itu seperti suara....
"Hiks.... PHI TITLE..."
Plan berlari kearah mobil sport hitam yang diketahuinya milik Title.
Title Kirati, kekasih kakaknya, Earth Rathavit yang saat ini berada di London. Melihat Plan yang berlari kearahnya, Title langsung keluar dari mobil sportnya dan langsung menghampiri bocah itu.
"Apa yang kau lakukan malam-malam begini, Planie?" tanya Title khawatir.
Mendengar itu, Plan semakin menangis keras di pelukan Title. Title bingung dengan situasi saat ini, ia bingung melihat kelakuan calon adik iparnya yang menangis saat ini. Padahal biasanya Plan jarang menangis--hampir tidak pernah--menangis.
"Hiks... Phi... hiks... antarkan aku pulang... aku mau pulang... Huee!!" rengek Plan pada Title yang masih bingung.
Melihat Plan yang terus minta diantar pulang, mau tidak mau Title langsung membawa Plan kearah mobil sportnya dan membukakan pintu untuk bocah itu. Sedangkan Plan yang masih sesegukan setelah menangis langsung masuk kedalamnya tanpa berkata apa-apa lagi.
Mobil itu langsung melesat menuju apartment--tempat tinggal Plan.
"Jadi... apa yang kau lakukan tadi disana, Planie?" tanya Title lagi karena tadi tak mendapat jawaban.
Plan mendongak menatap kearah Title. "A-anu... tadi Planie baru pulang kerja Phi, hiks..."
"Apa?! Planie kerja?!" Title terkejut mendengar penuturan calon adik iparnya itu.
"Iya... sekretaris Presdir Mean... Huee..." menyebutkan nama Mean saja membuat Plan langsung menangis.
"E-eh?!" Title semakin bingung kala Plan kembali menangis histeris.
☼ ☼ ☼
Sudah seminggu berlalu semenjak kejadian malam itu. Dan selama seminggu ini pula Plan selalu menghindari Mean. Mulai dari kontak mata hingga bersentuhan seujung jaripun. Makin hari, Plan juga terlihat semakin kurus. Ia juga tak tahu kenapa ia tiba-tiba tidak selera makan akhir-akhir ini.
Mean yang melihatnya hanya kasihan. Mau bagaimana lagi, ia sudah mencoba minta maaf selama beberapa hari ini, namun Plan malah langsung mengubah topik pembicaraan yang lain mengenai pekerjaan.
Plan saat ini tengah melahap ramen cup nya di kantin perusahaan bersama dengan beberapa karyawan yang lainnya. Mereka adalah Saint, Sammy, dan Perth yang sedang sibuk cuddle bersama kekasihnya, Saint.
"Yak, tolonglah!! Aku ingin memakan ramenku dengan tenang!" ujar Sammy menegur sepasang kekasih yang sedang cuddle itu.
"Ck! Kau pikir aku mau dia cuddle denganku di tempat ramai begini?" tanya Saint tak terima dituduh oleh Sammy.
"Kenapa? Toh yang cuddle padamu, kan kekasihmu, Perth Tanapon yang tampan." ucap Perth percaya diri.
"Aku mulai mual~" Plan mengejek Perth membuat yang lain juga tertawa.
"Dasar Baby Lion."
"Terus saja kau mengataiku Baby Lion, kupanggang sosismu itu! Lalu kuberikan pada anjing Phi Gun!!" ancam Plan.
Mereka bertiga yang mendengar itu reflek memegang area selatannya.
Lho?!! Sammy juga? Entahlah apa yang dia rasakan. Yang pasti sedikit ngilu. Maybe.
"Ohh... sepertinya waktu makan siang sudah berakhir, aku pergi dulu ya. Bye..." Plan melambai kearah tiga temannya lalu beranjak pergi dari sana.
Plan tiba diruangan kerjanya. Ia pun mulai memilah-milah dokumen, sebelum tangan besar mencengkram tangannya membuat dirinya langsung menengok kearah pelaku.
"Ikut aku!" titahnya.
Plan sedikit menepis tangan besar itu. Namun tentu, tenaga orang itu--Mean tak sebanding dengan tenaganya.
"Ini sudah jam masuk kerja, Presdir. Dan saya punya pekerjaan yang harus diselesaikan. Jadi saya mohon tolong lepaskan tangan saya." pinta Plan.
Mau tak mau, Mean langsung menarik Plan kearah pelukannya, lalu menggendongnya seperti karung beras. Plan yang terkejut dengan tindakan Presdirnya itu terus meronta-ronta.
"P-presdir, apa yang kau lakukan? T-turunkan aku!"
Mean tentu saja tak mengindahkan ucapan yang keluar dari bibir mungil itu. Mean langsung membawa Plan menuju rooftop perusahaan itu.
Setelah sampai disana, Mean mendudukkan Plan di salah satu meja yang ada disana. Mean mengunci pergerakan Plan dengan mencengkram tangan Plan kepermukaan meja.
"P-presdir..." Plan sedikit takut saat ini.
"Kenapa kau melakukan ini, Plan?"
Plan mengernyitkan dahinya. Tentu saja bingung. Apa yang ia lakukan? Bahkan ia yang diseret menuju kesini. Harusnya ia yang bertanya bukan Mean!
"Kenapa... kau menjauhiku belakangan ini?" tanya Mean dengan nada putus asa.
Plan menggelengkan kepalanya antara tidak ingin memberitahu dan tidak tahu.
Sedangkan pria itu--Mean malah menjambak rambutnya sendiri lantaran kesal karena Plan tak menjawabnya.
"Kenapa aku jadi begini?!" Mean masih terus menjambak rambutnya.
Plan hanya meringis melihat Mean, ia lalu turun dari meja dan melepaskan tangan Mean dari rambutnya sendiri. Mean pun langsung melepaskan remasan tangannya pada rambutnya sendiri.
"J-jangan begini... P-presdir..." ucap Plan lirih.
꙳
꙳
꙳
⛦ TBC ⛦
KAMU SEDANG MEMBACA
New Secretary, RATHAVIT [MeanPlan] √
Fanfiction[COMPLETED] Plan Rathavit, pria berwajah manis ini adalah sekretaris baru dari Presdir Phiravich Corp. Siapa lagi kalau bukan Mean Phiravich, pengusaha muda yang sangat tampan. Sebuah kisah akan dimulai. Bagaimana kisahnya? Check it out ༄༄༄ ⚠ Boys...