Part 10 : Will U Be Mine?

2.3K 190 9
                                    

◦ • ◉ ✿ ◉ • ◦

Saat ini Plan tengah mengerjakan beberapa pekerjaan milik Mean--didalam ruangan Mean. Terhitung sudah satu minggu lamanya ia bekerja diruangan yang sama dengan Mean, tentu saja itu bukan keinginan Plan, Mean yang memaksanya.

Menanyakan dimana Mean? Presdir kita yang tampan itu sedang sakit saat ini. Sedang berbaring dikamarnya sekarang. Dan pekerjaannya, diberikan pada Plan. Sungguh laknat memang bos yang satu ini.

"Phi yang satu ini selalu sangat menyebalkan. Kubunuh nanti kau Phi!!" rutuk Plan.

Plan membenarkan kacamata yang bertengger di hidungnya sembari terus mengecek berkas-berkas pekerjaannya. Tiba-tiba ia merasakan kedua lengan besar memeluknya dari belakang.

"Kau ingin membunuhku, sayang?"

"ASTAGA!!!"

Plan bangkit dari kursinya lalu menatap tajam kearah sosok yang sudah berhasil membuat jantungnya hampir melompat keluar dari tubuhnya karena terkejut. Sosok itu, Mean Phiravich, yang katanya sedang sakit dan berbaring di kamar.

"Phi, apa kau ingin membunuhku?!!" Plan mencoba menetralkan rasa terkejutnya barusan. Sedangkan Mean tersenyum tak merasa bersalah sedikitpun.

Sedetik kemudian, Plan kembali teringat dengan pekerjaan yang harus dilakukannya--maksudnya pekerjaan Mean.

"PHI BODOH! KAU PIKIR AKU AKAN SANGGUP MENGERJAKAN PEKERJAANMU DITAMBAH PEKERJAANKU SENDIRI??" teriak Plan pada seseorang yang mengalihkan semua pekerjaannya pada Plan.

Mean terkikik lalu mengelus pipi Plan dengan lembut. "Hmm... maafkan aku... pacar." jawabnya.

Pacar

P a c a r

Pacar

P a c a r

Pacar

P a c a r

Pacar

P a c a r

PACAR

P A C A R

PACAR?!!

Flashback on (sfx flashback)

Mean mengajak Plan kesebuah taman bermain. Tentu saja taman bermain itu adalah milik perusahaan Mean.

Sesampainya disana, wajah Plan berbinar kala melihat bianglala dan berbagai macam permainan yang ada disana.

"Phi! Naik itu!"

Plan menarik-narik baju Mean bak anak kecil yang meminta mainan. Ya, nyatanya Plan memang masih bayi bagi Mean. Bayinya yang lucu dan manis.

Mean menarik Plan menuju bianglala yang lumayan besar itu. Tanpa mengantri terlebih dahulu. Lumayan panjang itu antrian. Eh, dia malah nerobos aja.

"HEY! MENGANTRILAH!!" teriak salah satu pengunjung yang juga sedang mengantri untuk mencoba wahana bianglala itu.

"Kau pikir kau siapa?! Sembarangan menyelak!" teriak pengunjung lainnya.

Mean mendesis tak suka pada pengunjung-pengunjung disana. "Aku? Aku pemilik taman bermain ini!" ucap Mean dingin.

Setelah mengatakan hal itu, Mean lanjut menarik Plan menuju barisan paling depan. Namun Plan merasa tidak enak dengan pengunjung lainnya. Mereka sudah antri terlebih dahulu. Ia pun menggoyangkan lengan Mean dan berhenti.

"Phi... mereka sudah mengantri terlebih dahulu... kita ikut antri, ya?" pinta Plan dengan tatapan puppy eyes nya.

Mean hanya mengendus kesal. Padahal mereka bisa naik terlebih dahulu sebelum yang lainnya naik. Namun....

"Kesal padaku lagi?! Kupotong pisang kebanggaanmu itu nanti!" ancam Plan saat melihat Mean yang terlihat kesal.

Mean hanya meringis lalu pasrah kala ditarik Plan menuju kearah belakang antrian.

Beberapa menit berselang, giliran mereka pun tiba. Plan duduk berhadapan dengan Mean. Dan perlahan bianglala itu makin naik. Pemandangannya pun semakin indah dari atas.
Menurut Plan.

Namun bagi Mean, pemandangan terindah baginya adalah Plan. Seseorang yang ada dihadapannya sekarang. Bucin Pak.

"Phi! Berhenti menatapku! Tatapanmu terlihat mesum!"

"Yak? Memangnya kau tau mesum itu apa?!"

Yang ditanya hanya menggelengkan kepala atas pertanyaan Mean. Tandanya ia tak mengerti.

"Ck! Baby Lion polos!"

Plan dan Mean turun kala mereka telah selesai satu putaran. Dan Mean langsung menarik Plan kesalah satu wahana yang seram.

Yaitu, rumah hantu.

"Phi... j-jangan kesini:<" Plan menarik ujung baju Mean, ia tak ingin masuk kedalam sana.

"Memangnya kenapa, hum?"

"Takutt:<"

Mean hanya terkekeh lalu menutup mata Plan menggunakan kain yang ia simpan di kantung mata--kantung celana maksudnya. Yakali Mean letak kain dikantung matanya:v.

"P-phi, kenapa mataku ditutup?"

"Katanya takut, kan?"

"Ya... tapi tidak ditutup juga!"

"Ck! Baby Lion jangan terlalu rewel."

Mean mulai menuntun Plan masuk kedalam rumah hantu itu. Plan tak henti-hentinya bergumam, ia merasal kesal dengan Mean. Beberapa saat kemudian, ia tidak lagi merasakan tangan Mean yang memegang lengannya. Sontak ia langsung menghentikan langkahnya.

"P-phi jangan bercanda!"

"PHI!!"

Plan berteriak, namun tak kunjung ada jawaban dari Mean.

"Mean Phiravich bodoh!!"

Mau tak mau, Plan membuka penutup matanya itu. Betapa terkejutnya ia kala melihat hal yang ada dihadapannya, bukannya pemandangan seram khas rumah hantu, tetapi disana terdapat bunga mawar mewah mengelilinginya, cahaya lampu berwarna merah muda dan juga lagu romantis yang baru saja diputar.

Ia mengedarkan pandangannya dan melihat sebuah balon yang bertuliskan....

'Will U Be Mine?'

Sontak Plan menutup mulutnya karena terharu. Air mata bahagianya kini mulai turun kala melihat sosok Mean dengan tuxedo hitamnya, membawa sebuah buket bunga berwarna merah dan pink berjalan kearahnya.

Mean berlutut dihadapan Plan. "Planie, Phi tidak pandai berkata-kata. Phi tau ini tidak seromantis seperti cerita Titanic. Phi tau, phi tidak setampan idol favoritmu, Kimmon. Tapi besar cintaku melebihi luasnya samudera pasifik, atau mungkin alam semesta. Aku mencintaimu, Baby Lion. So, will u be mine, Plan Rathavit?"

Plan sontak memeluk Mean dengan sangat erat. Ia mengangguk senang.

"Phi, kau sungguh tega meninggalkanku! Hiks..."

"Aku tidak akan pernah meninggalkanmu lagi, Baby Lion." ucap Mean sembari mengelus surai Plan.

Flashback off

⛦ TBC ⛦

New Secretary, RATHAVIT [MeanPlan] √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang