09 - Kesalahan Paling Sempurna

2.7K 762 7.3K
                                    

Selamat Malam.

Sebelum masuk ke cerita, saya mau minta maaf sebesar-besarnya karena telat unggah sesuai janji kemarin. Tentu beralasan, karena kadang kehidupan saya nggak semulus rencana. Lagipula saya pikir Wattpad juga bukan prioritas saya.

Saya di WhatsApp juga sempat nanya, udah penuh 4k belum komentarnya ke temen-temen yang save nomor alter saya. Jadi bukan berarti saya mengabaikan Moxie atau apa. Semuanya harus dipersiapkan sebelum mengunggah.

Kalau nggak bisa menunggu, baca cerita yang lain aja. Segampang itu masih nggak sempat kepikiran juga? Atau silakan cari karya author lain yang bisa gercep. Banyak kok, emangnya yang di Wattpad cuma saya aja.

Juga, malu atuh nggak ikut patungan komentar tapi nagihnya paling preman. Kalau yang nagih adalah mereka yang biasa ikut komentra karena saya juga familiar sama akun-akun kalian, itu baru fair. Wajar.

Saya sengaja nggak sensor namanya, anonim juga. Buat apa saya pentingkan anonim. Dan saya perlu up ini karena biar pembaca lain juga nyaman baca kolom komentar. Yang baca komentar bukan cuma saya, pasti pembaca juga iseng-iseng baca komentar. Jangan rusuhlah. Masih baik ngga saya bagasi akunnya. Mending sabar nunggu kan daripada nggak pernah tahu semua cerita saya update?

...
Also, hi, apa kabar kalian? Saya berdoa semoga kalian selalu dilimpahkan kebahagiaan, selalu sehat, dan murah rezeki.

Jaga kesehatan, ya, ini sudah musim hujan. Jangan lelah mendoakan kebaikan untuk hidup kita semua.

Lagu untuk bab ini You Are In Love by Taylor Swift.

Di bab ini akan menghubungkan banyak titik dan menghubungkan semua seri Sinestesia Universe. Jadi, yang cermat bacanya.

Untuk bab 10, harganya 6k komentar. Silakan buat patungan. Yang patungan boleh nagih. Yang nggak patungan tapi paling di depan nagihnya, coba intespeksi diri.

Bantu saya temukan typo.

***

[Mia]

"Sky, kamu yakin kita harus masuk ke dalam dan menghadapi apa pun yang ada di depan kita?" tanyaku saat kami berdua sedang berdiri di depan pintu istana yang ukurannya bisa dilewati jerapah tanpa perlu menunduk. Pintu yang berwarna ungu pias dengan hiasan batu ametis dan berlian yang membentuk mozaik sepasang duyung serta kehidupan bawah laut. Bahkan pintu itu bisa untuk bercermin meski tak jelas.

Aku bisa merasakan telapak tangan Sky berkeringat karena aku sengaja menggandengnya. Aku ingin berusaha memberi kepercayaan pada Sky kali ini. Meski kesalahannya sama sekali belum bisa aku ampuni.

"Sky," panggilku sambil menoleh padanya.

Sky menelan ludah, lalu gamang ketika menoleh ke arahku juga. "Aku tahu kamu itu Mia. Tapi wajah, postur tubuh, dan suara yang bukan Mia, itu bikin aku bingung," ucap Sky salah tingkah.

Lalu Sky melepaskan tangannya dari peganganku. "Art nggak boleh lihat ini. Maksudku, kita yang gandengan tangan," ucapnya lagi sebelum kembali menatap lurus ke depan pintu. "Aku memang selalu pengin pegang tangan kamu. Tapi ini bukan tangan kamu." Gugupnya nggak penting.

"Ya Tuhan," aku mengerjap tak habis pikir. "Aku nggak bisa percaya sama satu kata pun yang kamu ucapkan tadi."

"Kenapa?"

"Aku tahu kamu bilang gitu karena takut melukai perasaanku. Akui aja. Tangan Alessia lebih indah buat kamu pegang. Putih, halus, standar cantik semua cowok. Dan-."

MoxieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang