01 - Surat Memori

6.5K 1.1K 11.7K
                                    

Hei. Bagaimana dengan prolognya? Masih meraba-raba tapi mengkhawatirkan?

Untuk baca Moxie, kalau perlu ingat-ingat setiap poin penting yang ada di setiap bab. Karena setiap babnya merupakan kepingan teka-teki.

Tahan setiap pertanyaan yang muncul di kepala kalian. Karena semuanya akan terjawab secara perlahan. Oke? Seperti biasa. Nikmati alurnya saja.

Lagu wajib didengerin! Judulnya Save Me by Emily Brophy.

Selamat membaca. Jangan lupa komentarnya.

Chapter - 01

{Mia}

________________________________

Sebuah surat untukmu entah di mana ...

Aku cuma punya satu kesempatan untuk mengirim surat ini, sebelum semuanya kembali menjadi sangat
normal seperti sedia kala. Karena selama tujuh hari ke depan, seperti kata Pak Marshall, ingatan kita tentang petualangan besar yang telah kita lewati itu akan berangsur lesap dari ingatan kita.

Burung falkon milik Pak Marshall sedang menunggu di luar jendela. Dan aku masih punya perangko seribu merpati terakhir sisa dari perjalanan kita. Jujur saja, aku berencana memanggil seribu merpati itu untuk mengiringi surat ini agar sampai di alamat penerimanya sebagai tanda pengenal. Sebuah surat yang kutulis dengan gugup, kesal ingin menangis, dan memburu ingatan sebelum lupa. Lupa bahwa aku pernah mengenalmu, bertualang bersamamu, ingin memastikan semua ini bukanlah halu, dan kita punya hak untuk bertemu di kehidupan yang sebenarnya.

Mungkin kalau sebelumnya aku nggak pernah mengenal kamu, aku akan menggunakan kesempatan ini untuk melayangkan surat pada Bapak di pemakaman yang letaknya entah di mana. Meskipun aku tahu, Bapak nggak pernah menjadi nyata entah seberapa keras aku mengusahakan perjumpaan dengannya.

Aku kangen Bapak, tapi aku juga membencinya. Namun kamu juga tahu, Tuhan sudah mengatur sistem pada semesta bahwa yang mati nggak akan pernah membuka mata lagi. Dan tentu saja, mereka yang nggak bisa membuka mata mustahil bisa membaca tulisan pena. Dan aku akan merasa sangat bodoh dan menyesal seumur hidup kalau aku nggak menggunakan kesempatan ini untuk melakukan sesuatu padamu. Ini surat ajaib, dan kamu adalah keajaiban lain yang pernah aku lihat.

Aku nggak pernah tahu dari mana asalmu, seperti apa wajah aslimu, bagaimana suaramu yang sebenarnya, bagaimana rasanya ketika berada tepat berhadapan dengan tubuh aslimu yang selama ini sukmanya menyertaiku, dan aku sangat ingin tahu siapa namamu yang sebenarnya di kehidupan kita.

Aku cuma mengenalmu sebagai sukma atau jiwa di tubuh manusia bernama Damar dari suatu negeri. Dan kamu juga cuma mengenal aku sebagai sukma dalam tubuh manusia bernama Alessia. Kamu juga tahu, Damar dan Alessia bukanlah nama kita yang sebenarnya. Serta ketampanan dan kecantikan mereka bukanlah apa yang senyatanya kita miliki. Mereka ibarat cangkang. Kita hanya manusia biasa yang sukmanya tertarik ke dalam kehidupan mereka. Tapi, aku yakin kamu yang nyata adalah seorang cowok yang sangat indah meski aku nggak pernah melihatnya.

Aku akan jujur. Namaku yang sebenarnya adalah Mia, yang selama ini kamu kenali sebagai sukma yang menghidupi tubuh Alessia. Dan orang yang saat itu ingin membunuh kita adalah Akbar Kartawijaya, ayahku.

Aku mencantumkan nomor ponselku, semua username media sosialku, email, dan alamat rumahku di balik surat ini. Tolong hubungi aku, kirimi aku notifikasi di setiap media sosial yang aku punya, atau yang mana saja. Tulislah surat, atau apa pun.

MoxieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang