11 : HANGOVER

968 129 60
                                    

Manik kucing perlahan terbuka, pupilnya bergerak kesana kemari memburu cahaya ditengah ruangan gelap

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Manik kucing perlahan terbuka, pupilnya bergerak kesana kemari memburu cahaya ditengah ruangan gelap. Keringat dingin masih menggenang di pelipis dan dengungan menyeramkan berpadu di gendang telinga.

Semuanya terasa mencekam.

Aroma anyir darah, suara nyaring senjata berapi dan timah panas yang bersarang di dadanya terasa amat nyata.

Pun sorot nanar, penyesalan, dan kepedihan mendalam terlanjur membekas dalam ingatan.

Deru nafasnya masih tak beraturan, namun pening adalah hal selanjutnya yang menyerang. 

Terlonjak dari posisi tidur ketika merasa aroma aneh dan sesuatu di kerongkongan mendesak keluar.

Insting mengarahkan kakinya bergerak sigap menuju pintu putih didekatnya. Merangsak masuk dan segera mengeluarkan semua yang mengganjal serta mengaduk perutnya.

Gemericik air setelah tuas dia geser keatas. Perlahan pandangannya kian jelas, mendapati bayangan kacaunya di cermin. 

Memicing aneh sebentar lalu ia  jalarkan pandangan ke seluruh ruangan ketika kesadarannya kian terkumpul.

Menutup kembali tuas air di wastafel setelah berhasil mencuci wajah seadanya. Ia masih menatap kosong pantulannya di cermin.

"Ruby?"

Ada perasaan takut yang membalutnya, apalagi ketika memutar tubuh dan mendapati presensi Kim Hanbin menatapnya dari depan pintu kamar mandi.

"Sudah bangun rupanya." 

Jennie Kim memperhatikan pergerakan tenang lelaki yang kini tersenyum kecil kearahnya. "Kemarilah!"

Kaki jenjang Jennie melangkah, mengekori lelaki Kim yang kini meletakkan satu buah nampan berisi sup dengan asap mengepul diatasnya. Keduanya lalu duduk berhadapan di tempat tidur.

"Kenapa?" Hanbin mengernyit mendapati sorot tak biasa wanitanya. 

"Bukankah aku seharusnya mati?"

Senyuman miring bertengger di sudut bibir lelaki Kim, "siapa yang mengizinkanmu untuk meninggalkanku?"

Wajahnya mendekat lalu hidung bangirnya berada tepat dihadapan hidung Jennie. Perlahan ia selipkan jemarinya di helaian rambut halus wanita Kim.

"Kau masih mabuk rupanya," ia tersenyum kecil lalu meniup satu sendok sup pereda pengar dan menyodorkannya kearah Jennie. Sendok masih melayang di udara karena wanita Kim tak kunjung membuka mulutnya. Justru balik menatap Hanbin menghakimi.

"Kau sembunyikan dimana mereka? Kau membunuhnya Hanbin!!" pekik Jennie lagi. Ia tak habis pikir akan reaksi kelewat santai Kim Hanbin.

Satu tawa santai mengudara lagi, Kim Hanbin menarik sendoknya kembali lalu membelai lembut pipi kekasihnya, "apa maksudmu, hm?"

BEFORE D'DAY ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang