-"Sebuah obsesi yang kuat mungkin akan berubah menjadi sebuah penyakit menahun"-
***
Kim Jennie tengah terlelap, bergelung nyaman dalam selimut dan meringkuk persis bayi. Hanbin hanya dapati wajah polos nan menggemaskan ketika mata sang wanita tertutup dengan nafas teratur serta pipinya yang mengembang. Hampir lupa bahwa presensi dihadapannya itu merupakan sosok yang sama yang beberapa waktu lalu menggodanya dengan aneka tingkah berbahaya. Terlalu attractive dan menggairahkan.
Dengan celana kain yang melekat pas di kaki, Kim Hanbin melangkah keluar kamar. Mendudukkan diri di sofa sembari membuka kembali laptopnya. Menyelesaikan pekerjaannya yang terusik malaikat penggoda. Dan sayangnya memang ia tak bisa menahan diri akan godaan itu. He can't resist, of course.
Melirik penunjuk waktu, Kim Hanbin sadar masih banyak hal yang harus ia kerjakan. Namun sebelum berhasil menenggelamkan diri dengan aneka filenya, notifikasi di ponselnya berdering lagi--bersamaan dengan denting ponsel Jennie diatas meja.
From : Seulgi
Tidak pernah ada akhir yang bahagia.
Semua ini belum berakhir, Jennie adikku :)
Oh Hi Kim Hanbin! Aku juga tahu kau disana haha
"Sial!"
Merutuk lalu dengan segera menghapus pesan mengganggu dan memblokir Kang Seulgi melalui ponsel miliknya. Ekor matanya memicing, mengintip ponsel kekasihnya yang kini juga tak lagi menampakkan pesan dari Kang Seulgi.
Bersih tak bersisa.
Seutas senyuman misterius terpatri di wajah tampan lelaki Kim. Melirik penuh makna aplikasi peretas dan kloning yang menghiasi layar ponsel miliknya. Aplikasi yang telah ia gunakan setahun belakangan ini untuk memantau aktivitas Jennie--kekasihnya sendiri.
Seluruh percakapan, riwayat panggilan, lokasi terkini, dan kegiatan di ponsel Jennie terkloning di aplikasi miliknya. Tak jarang Hanbin menghapus pesan-pesan acak yang dikirimkan oleh laki-laki yang ia yakin tujuannya untuk menggoda Jennie. Entah kekuatan super darimana sehingga tangannya selalu lebih cekatan dibanding Jennie, ia berhasil menghapus tanpa bekas dan bahkan memblokir kontak- kontak sialan itu.
"Aku ingin kita bisa saling terbuka dan selalu saling percaya."
Perlahan senyumnya memudar, tertohok ketika mengingat kembali sebait kalimat yang mampu menamparnya kembali pada kenyataan. Kim Hanbin sejujurnya tak pernah bermasalah dengan sifat perfeksionis wanitanya. Cuz he finds that makes her more attractive.
Tapi justru sekarang ini ia tengah mengkhawatirkan dirinya sendiri. Bagaimana jika Jennie tahu yang sebenarnya?
Ia mungkin tak pernah secara gamblang menunjukkan sisi protektif dirinya. Selalu bertingkah seolah ia adalah kekasih paling percaya dan pengertian sedunia namun sebenarnya mengawasi diam- diam. Hanbin tahu ini salah, tapi entah kenapa ia tak bisa berhenti melakukannya.
Prinsipnya, jangan pernah terlihat terlalu menggenggamnya erat agar tak kehilangan dikemudian hari. Ia tak mau terlihat mengekang ataupun terlalu protektif karena khawatir Ruby-nya akan merasa risih. Maka dari itu pada akhirnya ia memilih jalan ini sebagai upaya untuk menenangkan dirinya juga, dengan dalih melindungi sang kekasih.
Tapi bukankah secara tak langsung ia telah mencengkram kuat, menelusup jauh tanpa Jennie dan mungkin dirinya sendiri sadari?
Sekarang siapa yang lebih problematis sebenarnya? Kim Jennie si perfeksionis atau Kim Hanbin yang menjurus obsesif?