-"At the end, not everyone got an happy ending. But, how can u know that was the real ending?"-
***Memandang datar dua insan yang nampak berbahagia di altar. Keriuhan disekitar justru kian terasa menyebalkan. Ditambah lagi gerombolan ibu-ibu yang bergosip tentang betapa serasinya mempelai yang tengah bersanding, membuat telinganya kian panas.
Kembali ia teguk cairan dalam gelasnya, berusaha meredakan rasa sesak yang menjalar di relungnya ketika dua mempelai memasang senyum sok manis. Cih.
Melonggarkan sedikit dasinya, entah kenapa merasa gerah dan sesak.
"Aktingmu buruk sekali!"
Satu sapaan sarkas yang mendadak merayap halus di telinga membuatnya menoleh. Mengernyit ketika menemukan presensi gadis tak dikenal yang entah sejak kapan telah duduk anggun disebelahnya dengan satu sudut bibir terangkat.
"Kau dicampakkan Kang Seulgi, huh?"
Tertohok namun tak mau terima. Lelaki itu menatap datar kearah gadis yang tersenyum mengejek kearahnya.
"Aku bahkan bukan kekasihnya, bagaimana aku bisa dicampakkan?"
Denial. Membalas dengan intonasi yang tetap tenang. Namun dua kilat di maniknya jelas menyiratkan tatapan tanda tak terima. Entah karena perkataan si gadis melukai egonya atau memang begitulah adanya?
Satu kekehan kecil lolos dari rekahan ranum yang masih setia memandang.
Menyebalkan, tapi juga manis.
"Kau bukan satu-satunya, tuan," ia menggeser kursinya lebih dekat. Lalu mengarahkan telunjuknya dengan gerakan kecil ke beberapa arah.
"--yang itu Park Jimin, Jooheon, Chae Hyungwon, sebelah sana ada Jung Jaehyun, dan..." gadis itu kembali menatap ragu kearahnya lalu melirik nama yang tertera di meja reservasi.
"--kau Kim Hanbin," dia mengakhiri dengan senyuman sinis.
Sang lelaki, Kim Hanbin mengernyit tak paham.
"Apa maksudmu?"
Gadis dengan rambut coklat gelap kembali memamerkan tawa kecil. Ia membasahi bibirnya sebentar sebelum lanjut bernarasi.
"Kalian semua dibodohi. Seulgi Unnie menjadikan kalian sebagai batu loncatan untuk mendapatkan yang tertinggi--Lee Taeyong buruannya," ucap si gadis dengan santai.
Kim Hanbin mendengus, memang ia sadar bahwa perusahaan rintisannya saat ini belum sebesar milik Lee Taeyong. Pun tahu bahwa apa yang dilontarkan gadis asing ini memang pil pahit yang harus ia telan bulat-bulat.
Kang Seulgi si mantan kakak tingkat--sekaligus cinta pertamanya hanya memanfaatkannya.
Wanita licik itu menguras apapun yang ia perlukan. Ada perhatian dan aneka hal manis lainnya yang mereka lalui bersama. Namun ternyata semua itu hanyalah jalan yang ia lalui untuk masuk kedalam lingkaran Lee Taeyong, lelaki yang akhirnya berhasil berdampingan di altar dengannya.
Habis manis sepah dibuang.
"Balas dendam terbaik adalah dengan menjadi lebih baik. Buat dia menyesal telah memilih Lee Taeyong dibanding dirimu," gadis itu menghadiahkan satu tepukan semangat di bahu.
"Aku melihat potensi luar biasa pada perusahaanmu. Kau bisa menghubungiku kapanpun kalau merasa butuh bantuan," tutupnya sebelum menyerahkan sebuah kartu nama.
Belum sempat membacanya, Kim Hanbin harus tercekat ketika wangi manis itu mendekat menyerang indra penciumannya. Mendadak sang gadis mengusap belakang kepalanya lembut lalu berbisik di telinga. Jarak yang terlalu dekat bagi mereka yang bahkan belum resmi berkenalan.