light a flame. ( 18+ ) ✓

dance floor, 1. ─ jeongcheol

Pria itu menyusuri seluruh ruangan dengan pandangannya. Masih merasa sedikit asing dengan tempat yang ia datangi. Ya, sebelumnya ia tidak pernah datang kemari, ke pub yang ia pijaki sekarang. Pub yang ia biasa datangi tutup, dan sialnya ia butuh beberapa botol minuman untuk menjernihkan kepalanya.

Tempat itu ramai oleh musik dan orang yang memenuhi dance floor. Jujur, pria itu tidak tertarik untuk turun ke lantai dansa. Berdesakan bisa membuatnya semakin stress. Tangannya meraih segelas grey goose dan meneguknya sampai habis. Itu gelas ketiganya.

Netranya menatap semua orang di lantai dansa. Kepalanya mulai sedikit pening. Hingga seseorang tiba-tiba duduk di sebelahnya, membuat sedikit pergerakan pada sofa yang di dudukinya. Disana seorang pria dengan kemeja biru muda dan celana hitam ketat duduk disebelahnya. Ada dua buah kalung melingkar indah di lehernya.

Dan ya, pria ini cukup terkesima saat melihat leher pria itu. Bukan karena kalung yang digunakan, namun pada tatto berbentuk bunga mawar yang terlukis indah di leher jenjangnya.

"Jeonghan."

Pria itu menoleh pada si pria dengan kemeja biru muda sambil menaikan sebelah alisnya. Seolah bertanya apa maksud ucapan pria itu tadi.

"Itu nama gue."

Ahh, ia paham. Pria dengan nama Jeonghan itu memperkenalkan dirinya. Baiklah, tidak buruk kalau ia menyebutkan namanya juga kan.

"Seungcheol, nama gue."

Jeonghan hanya mengangguk, lalu berjalan entah kemana. Surai coklatnya hilang tenggelam di antara kerumunan orang, tapi Seungcheol tidak peduli. Ia menghabiskan gelas keempatnya. Kepalanya semakin pusing. Tak apa, yang penting ia lupa masalahnya. Sebab memang itu tujuan utamanya datang ke pub, bukan?

Tiba-tiba lampu di seluruh penjuru pub padam. Membuat gelap seketika. Namun, sedetik kemudian, lampu di tengah lantai dansa menyala. Semua orang bergerak mundur saat melihat seseorang disana.

Celah diantara orang itu membuat Seungcheol menangkap sesuatu di antara kerumunan orang itu. Meski pandangannya kabur, matanya membulat. Ia tau betul siapa yang ada di sana.

"Permisi, bisa bergeser ke kiri dan kanan? Tolong buat ruangan kosong di tengah."

Suara lembut miliknya menggema. Seungcheol tau benar kalau itu adalah suara seseorang yang ia temui beberapa waktu lalu. Yang tak lain adalah,

"Jeonghan."

Seringainya lebar, membuat wajahnya semakin tampan. Ia tau betul maksud pria kemeja biru muda itu membuat ruang kosong di tengah kerumunan adalah supaya ia bisa melihat langsung ke arah pertunjukan yang akan ditampilkan.

Musik mulai dimainkan. Jeonghan mulai bernyanyi dan menggerakan tubuhnya. Sesaat Seungcheol menjadi kagum dan tergoda. Penampilan orang asing yang baru ditemuinya benar - benar menakjubkan. Gerakannya sensual. Sial, Seungcheol menjadi sedikit keras di bawah sana.

Seungcheol sangat ingin mencicipi bibir itu. Melumatnya habis dan menghisapnya hingga bengkak. Sial.

Jeonghan bergerak turun. Jemarinya menyusuri dadanya, dan sengaja melewati putingnya yang menegang karena tatapan tajam pria yang duduk di seberangnya. Jemarinya semakin turun, melewati perut dan sampai paha.

Kaki kirinya menekuk, begitu juga kaki kanannya. Ia meremat pahanya dan mengangkat pinggulnya.

Seungcheol tegang sempurna melihatnya. Akan ia pastikan pria itu berada di atasnya dan melakukan hal tadi untuknya.