BAKSO MAS BUDI

4.3K 536 163
                                    

"Kamu boleh kehilangan arah dan tidak punya tujuan, tapi jangan sampai kamu tidak punya nomor wassafku.
_____________________

Taera melamun di dalam kamarnya, berpikir dengan bodoh kenapa ya sekarang dirinya jadi pribadi yang sensitif banget soal perasaan. Denger nama Dean, salting. Ngeliat Dean, salting. Mungkin besok-besok kalau dia nemu botol aqua bekas Dean bakal kejang-kejang juga di tempat. Padahal kemarin udah bener-bener sempat move on. Tapi ya namanya juga cewe ya, semakin cuek si cowo malah semakin bucin.

Nggak tau juga, kenapa cowo cuek atau cowo dingin itu aura beda dari cowo biasanya, rasanya kayak pengen Taera pukul kepala belakangnya pake sandal akupuntur sambil teriak "Woi biadab, bisa gak sih volume kerennya dikecilin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nggak tau juga, kenapa cowo cuek atau cowo dingin itu aura beda dari cowo biasanya, rasanya kayak pengen Taera pukul kepala belakangnya pake sandal akupuntur sambil teriak "Woi biadab, bisa gak sih volume kerennya dikecilin. Jatuh cinta, nih." Tapi ya gitu, sampai sekarang banyak juga cowo cuek yang ujungnya nyakitin, ninggalin, ngeduain, apalagi coba sini sebutin.

Rasanya semenjak Dean tidur dan menyumbang tai di rumahnya, Taera pengen umbar kecaperan terus biar dinotice. Tapi boro-boro dinotice, lewat di depannya juga Dean ngga ngelirik. Jahat banget, padahal biasanya Teya selalu berkeliaran di rumah dengan jigong busuk tanpa mempedulilan penampilannya. Tapi semenjak ada Dean disini, tiap mau keluar kamar Taera selalu pake parfum, pake liptint, sampe Yoobin muntah angin karena dia ngga suka wangi jeruk yang ada di badan Taera.

"Hoek."

Terdengar dari luar kamar, suara muntah angin Yoobin untuk yang ke-4 hari ini. Ya mau gimana lagi, kamar Yoobin itu letaknya ada di ujung, kalau mau turun tangga atau ke kamar mandi harus ngelewatin kamar Taera dulu. Tapi lama-lama malah Taera yang kesel karena suara muntahnya itu nular, malah jadi Taera yang ikutan muntah angin di dalam kamar.

Ibarat nguap yang bisa menular, ngeliat orang mau muntah itu juga nular tau rasa muntahnya.

"Bang, bisa ga si kalau mau hoek hoek jangan di depan kamar Adek?," Taera ngebuka pintu kamarnya, ngeliat Yoobin yang ikut berhenti waktu mau jalan ke kamar mandi dengan handuk berwarna putih di pundaknya.

"Hah? Hoek hoek apa? Gila ni."

"Itu looo, hoek."

"Hah? Hoek?"

"Iya coba sini."

Dengan rasa malas, Yoobin ngelangkahin kakinya ke arah Taera, dan tiba-tiba badan Yoobin udah melakukan persiapan untuk mengeluarkan muntah angin dari mulutnya.

"Hoek."

"Nah iya itu, hoek."

"Dih? Kenapa jadi lo yang ikut-ikutan?"

"Ga tau, spontan. Iya itu pokoknya jangan gitu-gitu lah. Gue dengernya dari dalem kamar jijik."

"Sumpah ini wanginya ga enak banget," Sambil menutup hidungnya, Yoobin menjauh dua langkah dari depan kamar Taera.

"Wangi jeruk ga enaknya dari mana? Bego hidung lo."

"Rasanya kayak ini, waktu gue pergi camping pramuka pas SMP, perginya naik mobil pembina. Itu jalannya belok-belok tajem, ngebut lagi, pengap, trus mobilnya wangi jeruk. Mau muntah," Terlihat tak kuasa menahan bau busuk jeruk yang terus merasuki hidungnya, Yoobin langsung berlari ke arah kamar mandi.

STMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang