Seorang pemuda terlihat berjalan dengan gontai disebuah gang sepi.
"Jangan sampai dia lolos!!" Teriak seseorang dari ujung gang itu.
Pemuda itu kembali melihat kebelakang memastikan berapa banyak orang yang mengejarnya "Bangsat gua bisa mati kalo gak bisa pergi dari sini."
"Woy jangan lari lu bajingan!!"
Sungguh dia sudah lelah berlari dengan tubuh yang sudah babak belur seperti ini.
......
Sejak jam 9 malam hingga saat ini jam 12 malam, putri bungsu dari Hasan Hutomo tak henti-hentinya berjalan mondar mandir diruang tamu. Saat ini dia sedang sendirian dirumah, seperti biasanya karena orang tuanya sibuk bekerja.
Wajahnya sangat khawatir. Matanya tak pernah lepas untuk menatap secara bergantian jam dinding dan pintu rumahnya.
"Dia kemana sih jam segini masih gak ada kabar."
Lelah, dia memilih duduk dikursi sambil terus membuka dan menutup layar ponselnya.
"Ayo lah telpon sekali aja jangan bikin khawatir." Ia mengacak acak rambutnya frustasi.
Matanya membulat sempurna begitu sebuah notifikasi line masuk ke ponselnya.
Kamal J.
Nin, saga sama ajun kepisah
dari kita.Deg..
Detak jantungnya berdegup lebih kencang dari sebelumnya, segala pikiran negatif mulai menghantui benaknya.
"Nggak, pokoknya gua harus cari kak saga." ujarnya lalu berjalan menaiki tangga rumahnya hendak mengambil jaket dan kunci mobil yang berada di kamarnya.
Gadis itu keluar dari rumahnya mengendarai mobilnya tanpa tujuan untuk mencari kakaknya.
Ponselnya berdering. Terlihat kontak Zidan salah satu teman kakaknya disana.
"Pokoknya gua mau cari kakak gua!" bentaknya pada orang di seberang sana.
"Hanin, dengerin gua ini udah malem, Nin. Plis jangan pergi nyari saga. Lu gatau, nin. Apa yang lagi kita hadapin sekarang, gua gamau sampe lu kenapa kenapa."
"Kakak gua lagi dalam bahaya, gua gamau kakak gua kenapa kenapa." Hanin langsung memutuskan panggilan teleponnya.
Sementara ditempat Zidan berada, dia mengusap wajahnya benar benar pusing tak tau harus bagaimana lagi.
"Mal, Mending lu, Viko sama Rehan pergi nyari si Hanin. Jangan sampe dia lecet sedikit aja." ujarnya pada ketiga temannya.
Ketiganya mengangguk lalu naik keatas motor masing masing, menyusuri jalanan ibu kota. Mencari satu gadis, Hanindya.
"Ayo, sekarang kita mulai nyebar nyari Ajun sama Saga." titahnya pada semua orang yang berada disana.
"bentar, zid."
Zidan membalikkan badannya menghadap orang itu. "kenapa, Bar?"
"Lu mau nyari kemana?"
Zidan menautkan kedua alisnya heran. "maksud lu apa?"
Bara, pemuda itu menghembuskan nafas berat. "gua tau kita semua khawatir sama mereka berdua. Tapi dengan jumlah kita yang cuma segini, kita mau nyari mereka berdua. Lu mikir gak kalo semisalnya pas kita nyebar buat nyari mereka, malah kita yang diserang balik sama anggoga anggotanya Vier."
KAMU SEDANG MEMBACA
ORIGAMI RASA
Roman pour Adolescents*̣̩⋆̩☽⋆゜ ❝Tentang rasa yang selalu berubah dan takdir yang selalu mempermainkan kita.❞