"Di, lemparin sisir lu, dong," kata Margareth dari seberang kamar.
Tanpa berkata apa-apa, Marigold melempar sisir yang tadi dipegangnya. Margareth menangkapnya dengan cekatan.
"Mantul, makasih, Di," katanya.
Marigold memutar bola mata.
"Punya sisir bukannya dijaga, dasar lu," katanya, lalu kembali menatap cermin.
"Bukan gua kali ini," elak Margareth sambil mulai menyisir rambut pendeknya. "Sisirnya melayang sendiri dari lemari. Makanya hancur gitu."
"Haha, lucu banget. Berarti salah satu penghuni rumah ini punya kekuatan telekinesis gitu ya, bisa gerakin barang tanpa nyentuh."
"Ih, gua bilangin juga."
"Penjelasan lu tuh nggak masuk akal, tau nggak? Ya kali benda bisa bergerak sendiri!"
"Iya deh, gua emang ceroboh. Serah lu."
Setelah membenahi diri, mereka melangkah keluar kamar. Margareth sempat menyambar kunci mobil yang kebetulan berada di atas lemari pakaiannya. Kemarin dia menggunakan mobil untuk berjalan-jalan sendiri ke salah satu mall terdekat.
"Enak banget ya, kemarin pakai mobil hari ini jatahnya nyita mobil di asrama," cibir Marigold.
"Sirik bilang," kata Margareth sambil memutar-mutar kunci mobil dengan jari telunjuknya.
"Emang."
Sesampainya di bawah, mereka berpamitan dengan Mama dan berangkat.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
GAP
RomancePertemuan Margareth dengan Ravel, sang wakil ketua UKM Musik membawanya kepada hal-hal yang tak diduga, tepatnya setelah kecelakaan maut itu terjadi dan merenggut memori Ravel selamanya. Hal ini membuat hubungannya dengan Alan, seorang siswa dari SM...