dua belas

3 0 0
                                    

OKE MAAP KARENA LAMA NGGAK UPDATE karena lagi capek banget author. Heu

Btw Merry Christmas buat yang merayakan!! May God bless you and your days always:)

***

Kabar begitu cepat tersebar di kampus itu. Sehari setelahnya, ketiga teman Margareth sudah memberondongnya dengan banyak pertanyaan terkait kejadian itu.

"Lu ninggalin cowok dari SMA lu itu, Gi? Kenapa? Nggak kuat LDR sama dia?" tanya Ella.

"Kapan jadiannya? Nggak ada aku lihat kalian PDKT dulu," kata Sasha.

"Satu-satu kenapa nanyanya," kata Margareth sambil mengangkat kedua tangannya. "Pusing gua."

"Ya udah, jawab pertanyaan gua dulu," desak Cassia.

Margareth menepuk keningnya.

"Yah, simpel," katanya kemudian. "Dia dekatin gua duluan. Makanya kalian selalu gua suruh duluan kan waktu Kak Ravel ada di sekitar kita."

"Oh, jadi kalian lagi proses PDKT, tuh?" tanya Ella. "Terus cowok di SMA lu gimana, Gi?"

"Yah, kita akhirinnya baik-baik," kata Margareth, merasa tak enak mengatakannya.

"Baik-baik gimana?"

"Kita berdua nggak kuat LDR, apalagi selalu sibuk kita."

"Kayaknya kulihat-lihat masih sempat kalian chat-an walaupun kamu lagi kelas," kata Sasha sambil membelokkan langkah. Yang lainnya mengikut.

"Akhir-akhir ini udah jarang," kata Margareth, semakin merasa tak enak. Sampai kapan dia harus mengarang dusta? "Nah, jawaban-jawaban gua udah merangkum pertanyaan kalian, kan? Sekarang mending fokus sama matkul ini. Kuis lagi kita."

"Yah, emang," kata Cassia yang dari tadi hanya diam, berusaha menekan kecurigaannya. "Kuis terus perasaan ini matkul."

"Kan dosennya emang senang kuis," kata Ella.

"Senang lihat mahasiswanya tersiksa, kali," kata Sasha. "Eh, itu pacarmu."

Tiga anak itu menoleh ke arah Sasha menuding dengan dagunya. Perasaan Margareth bercampur aduk ketika menangkap sosok Ravel yang tengah duduk di sebuah undakan yang mengarah pada taman tengah kampus. Perhatiannya tertuju pada tulisan di buku yang dipegangnya.

"Serius amat dia belajar," kata Ella.

"Dia emang kesusahan ingat sekarang," kata Margareth. "Gara-gara kecelakaan itu."

"Nggak heran IPK-nya turun," kata Cassia. "Kasihan si vice president."

"Dia ingat kan jabatannya di UKM kamu?" tanya Sasha.

"Ingat," kata Margareth. "Yuk ah, langsung ke kelas. Kenapa pada lihatin- uh, cowok gua?" Margareth menarik tangan Cassia lalu berjalan terlebih dahulu, berusaha agar teman-temannya tidak menangkap ekspresi wajahnya yang canggung.

"Iya, guys, nanti pada suka lagi," kata Ella, berusaha menyusul kedua anak itu.

***

Sesudah dosen mengumumkan bahwa kelas terakhir untuk hari ini selesai, Margareth berdiri dan mengambil buku-bukunya di meja. Tidak ada Cassia, Sasha, dan Ella karena kali ini mereka tidak mengambil kelas yang sama. Setelah Margareth sampai di ambang pintu kelas, sosok familiar menantinya. Dia tersenyum.

"Tuh ingat kelasku di mana," kata Margareth.

"Susah payah nyarinya," kata Ravel sambil meringis. "Kamu jadi kan latihan?"

GAPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang