"Sakit!" jerit Margareth ketika Ella tak sengaja menendang kakinya.
"Ya ampun! Maaf, Gi!" seru Ella, tampak merasa bersalah. "Bukan kaki lu yang habis lepas perban kan yang gua tendang?"
"Justru yang habis lepas perban, Cinderella," kata Margareth dengan gigi terkatup. Tangan kirinya memegang betis kirinya.
"Astaga, maaf, maaf banget," kata Ella. Wajahnya menunjukkan ekspresi geli dan bersalah. "Gua pengen ketawa lihat lu entah kenapa."
"Emang ya lu, nyebelin," rutuk Margareth. "Udah seminggu padahal, kok masih sakit, ya?"
"Tanya dokter mending, Gi," kata Cassia. "Tau-taunya ada retak lagi habis ditendang Ella."
"Eh, jangan gitu, dong. Gua jadi makin nggak enak," kata Ella.
"Nggak, nggak, sans aja," tawa Margareth, lalu kembali duduk tegak. "Lagian lu makan semangat amat, La, sampai gua ditendangin begini."
"Kaki gua gatal soalnya," kata Ella.
"Nggak heran," kata Sasha. Ketiga anak itu tau betul kebiasaan Ella yang suka menendang-nendang ketika telapak kakinya gatal. "Apa salahnya lepas sepatu dulu?"
"Salahnya, sepatu gua susah dilepas dan dipakai," gerutu Ella.
"Beli sepatu yang ribet-ribet, sih," kata Margareth. "Daripada yang itu, mending pakai sepatu yang bisa copot-pasang langsung."
"Kayak apa? Sandal jepit?"
"Gua bilang sepatu, pe'a. Gemas gua sama lu."
"Sandal sama sepatu termasuk alas kaki, nggak?"
"Gimana sih, kok berargumen nggak masuk akal gitu? Ya emang termasuk, tapi beda jenis, kali."
"Beh, anak debat banget nggak tuh," kata Cassia.
"Gua nggak ikut UKM Debat," kata Margareth. "Sasha yang ikut."
"Bikin capek debat itu," kata Sasha. "Kalau misalkan lawannya kayak Maggie gini, kalah jelas aku."
"Kenapa gua?" kata Margareth.
"Karena kamu jago kali debat."
"Sejak kapan?" Margareth tertawa.
"Sejak lu masih di dalam kandungan ibu," kata Cassia. "Karena geniuses are born, not created."
"Mantul," kata Sasha. "Ada kelas kalian habis ini?"
Seketika itu, tiga anak lainnya menghentikan aktivitas makan dan menatap Sasha tanpa berkedip.
"Kenapa? Salah apa aku?" kata Sasha.
"Kita kan jadwalnya sama semua," kata Cassia.
Seketika itu, Sasha terlihat salah tingkah.
"Oh, iya, ya," katanya.
Lalu ketiga anak itu merapikan piring masing-masing dan berjalan menuju kelas selanjutnya sambil berbincang-bincang. Sesampainya di ruangan kelas, mereka duduk di deretan tengah.
"Hore, kuis," kata Ella sarkas.
"Hore," balas Cassia sambil menghembuskan napas. "Suka banget gua kuis matkul ini."
"Iyalah, menyenangkan kok materinya," kata Sasha. "Buat otak dan mata segar selalu."
Margareth tertawa mendengar kata-kata teman-temannya.
"Udahlah, guys, cuma bentar doang kan kuisnya," katanya.
"Iya bentar, nanti lanjut materi," kata Sasha. "Aku senang."
KAMU SEDANG MEMBACA
GAP
RomancePertemuan Margareth dengan Ravel, sang wakil ketua UKM Musik membawanya kepada hal-hal yang tak diduga, tepatnya setelah kecelakaan maut itu terjadi dan merenggut memori Ravel selamanya. Hal ini membuat hubungannya dengan Alan, seorang siswa dari SM...