Sesampainya di tempat tujuan − sebuah mall, Marigold lantas mencari sebuah lahan parkir kosong.
"Penuh banget," kata Marigold ketika mobil sudah memasuki area basement.
"Ini kan weekend, Di," kata Margareth. "Ya penuh pasti."
"Tau gua. Gua cuma capek nyari tempat kosong," kata Marigold.
"Tuh ada satu." Alan menunjuk sebuah tempat di dekat tiang.
"Mepet banget, Lan, nggak bisa masuk ini mobil," kata Marigold.
"Kayaknya cuma itu satu-satunya," kata Alan.
"Nggak, tuh. Masih ada." Margareth menuding sebuah tempat kosong di antara dua mobil. "Lebar banget kan itu?"
"Keren, Gi," kata Marigold, lalu buru-buru mengarahkan mobil ke tempat yang dimaksud sebelum ada yang mengambil tempatnya.
Setelah berhasil memarkirkannya, mereka bertiga turun dari mobil setelah Marigold mematikan mesinnya.
"Lapar," kata Alan.
"Kode banget nggak tuh," kata Margareth.
"Ya udah, makan dulu," kata Marigold. "Ntar si bayi besar ini nangis gara-gara nggak dapat makan."
"Bayi besar gundhulmu," protes Alan. "Yang bayi besar itu kan Maggie."
"Kok jadi gua?" kata Margareth.
Akhirnya, mereka memasuki mall. Setelah menemukan tempat makan yang biasa Margareth dan Marigold datangi, mereka mencari tempat duduk kosong.
"Di sini enak," kata Alan sambil menyentuh ujung sebuah meja kosong.
Akhirnya mereka memutuskan untuk duduk di situ.
"Pesan dulu atau omongin, Gi?" tanya Marigold.
"Pesan dulu, dong," kata Margareth. Perasaan was-was kembali menguasainya.
"Lu lagi nggak ngehindar, kan?" kata Marigold.
"Ngehindar apaan?" kata Margareth. "Enakan kalau ngobrolnya sambil nunggu makanan. Biar waitress-nya nggak ikut dengar."
"Ah, lupa gua," kata Marigold. Margareth selalu merasa tak nyaman bila ada orang lain yang mendengar percakapan rahasia mereka. Yah, memang tak ada yang nyaman, tetapi level untuk Margareth lain lagi. Apalagi kalau sudah menyangkut hal sensitif seperti hubungannya dengan Alan.
Setelah memanggil seorang waitress dan memesan makanan, mereka berbicara serius.
"Gua mau cerita soal kecelakaan itu," kata Margareth.
"Itu doang?" kata Alan.
"Nggak 'doang' sih, Lan," kata Margareth, setengah gusar dengan tanggapannya.
"Oh, terus?"
"Lu udah dengar cerita belum kenapa gua bisa selamat?"
Alan menggeleng.
"Jadi, ada satu kating yang lindungin gua gitu," kata Margareth setelah menghela napas. "Gua duduknya tepat di belakang supir padahal. Seharusnya gua seenggaknya ada di kursi roda sekarang."
"Lah?" Alan tercengang. "Ya ampun, gua kira lu duduk tengah!"
"Nggak." Margareth menggeleng. "Gua di paling depan sama si kating yang lindungin gua ini."
"Cewek apa cowok?"
Margareth mendengar Marigold mendengus geli, berusaha menahan tawanya.
"Uh, cowok," kata Margareth.
KAMU SEDANG MEMBACA
GAP
RomancePertemuan Margareth dengan Ravel, sang wakil ketua UKM Musik membawanya kepada hal-hal yang tak diduga, tepatnya setelah kecelakaan maut itu terjadi dan merenggut memori Ravel selamanya. Hal ini membuat hubungannya dengan Alan, seorang siswa dari SM...