3. Bandung

62 12 2
                                    

3. Bandung

Sudah dua minggu semenjak meninggalnya Keysa, dan Kiysa masih saja merasa sedih akan kehilangan adiknya itu. Dari dulu dia selalu memantau keysa, dan satu bulan belakangan ini dia tau kalau Keysa sering di bully oleh anak kepala jaksa yang ada di bandung, semenjak itu Kiysa mencari tau tentang keluarga kepala jaksa yang ada di bandung.

"Ma, Pa. Eya mau ngomong." ujar Kiysa kepada orang tuanya.

Saat ini mereka sedang berada di meja makan.

"Ngomong saja nak." jawab Papa yang mengelus rambut lurus Kiysa.

"Eya mau pindah ke sekolah Keysa." ujar Kiysa yang menatap orang tuanya bergantian.

Papa dan Mama saling tatap. "Tentu Mama sama Papa ngizini." jawab Mama yang tersenyum dan di anggukan kepala oleh Papa.

"Makasih Ma, Pa." ujar Kiysa yang memeluk Papa yang ada di sampingnya itu.

"Sama-sama sayang." kata Papa yang membalas pelukan Kiysa.

"Mama nggak di peluk ni." kata Mama yang nendekat.

Kiysa tersenyum dan kemudian memeluk Mamanya. "Makasih Ma."

"Sama-sama putri kesayangan Mama." jawab Mama yang tersenyum.

***

Kiysa saat ini berada di kamarnya, dia sedang video call dengan Kiki.

"Serius lo pindah?" tanya Kiki dengan wajah shoknya mendengar cerita Kiysa.

"Iya." jawab Kiysa.

"Masa lo tega ninggali gue sendiri Sa." ujar Kiki yang memasang wajah sedih.

"Drama, kalau mau ikut pindah ayo, kan nenek lo ada di bandung." usul Kiysa.

Kiki tersenyum. "Ide bagus, tapi lo duluan aja yang pindah, gue masih mau di SMA saraswati." kata Kiki yang terkekeh.

"Terserah." jawab Kiysa.

"Sa lo di bandung tinggal di mana?" tanya Kiki.

"Papa mau beli rumah di bandung, gue sama Mama tinggal di bandung, sedangkan Papa di jakarta, dan dua minggu sekali Papa akan kunjungi kita di bandung." jawab Kiysa.

"Hmm orkay mah bebas." kata Kiki yang tertawa.

Kiysa juga tertawa mendengar perkataan Kiki.

"Papa lo banyak kerjaannya di jakarta." ujar Kiki.

"Iya, dia harus selalu ada di kantor jaksa, kemudian dia juga ngurus perusahaan top. Kadang gue kasihan liat Papa yang kerja tiap saat."

"Walaupun dia kerja terus tapi dia selalu ada waktu kan buat lo."

"Iya." jawab Kiysa.

Kii bantuin Bundaaaa.

Terdengar suara teriakan Bunda Kiki.

"Di panggil Bunda tu." kata Kiysa.

"Hmm palingan minta bantu ngancingi bajunya, soalnya kata dia, dia mau arisan nanti sore." ujar Kiki.

Kiysa menganggukkan kepalanya tanda mengerti.

"Gue tutup dulu ya Sa, Baii.".

"Baii."

Tut, suara sambungan telepon tertutup, Kiysa keluar dari kamarnya dan berjalan menuju lantai bawah.

"Dimana Mama?" tanya Kiysa kepada asisten rumahnya.

"Ada di taman belakang nona." jawab asisten itu.

Kiysa biasa memanggil asisten itu dengan sebutan asisten si A, karena di rumah ini banyak sekali asisten, untuk yang perempuan saja ada 4 si A, Si B, si C dan si D. Dan yang laki-laki ada 6, ada satpam ada supir pribadi Mama, Papa, dan Kiysa, serta ada penjaga kebun. Kiysa memanggilnya dengan Pak one, Pak two, Pak three, dan sampai ke six.

BANGKITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang