🌟 Special Episode

146 14 2
                                    

6 tahun kemudian..

"Abis ini lo ada kelas?" Tanyaku kepada teman disampingku ini.

"Iya, ada. Kenapa? Lo bukannya juga ada kelas?" Tanya Vella balik.

Aku mengangguk. "Males ya, kelas gue banyak kakak kelasnya. Suka digangguin gue. Risih tau ah" Aku memutar bola mataku malas.

"Iye, orang cakep mah beda. Yaudah cepet makan dulu. Kelas gue bentar lagi" Vella langsung melahap makanannya begitu saja, diikuti aku.

Kini kami sedang makan di kantin.

Tiba - tiba saja, segerombolan senior datang ke meja kami lalu duduk tanpa permisi.

Tanpa menatap mata seniorku, yang pasti aku sudah tahu. Mereka ingin mengangguku.

"Ini, cewek yang gue bilang cakep" Katanya kepada temannya.

"Ekhm. Kalau mau duduk bareng, bisa ada permisi nggak? Terus tolong, kenapa lo suka gangguin adek kelas?" Aku mengangkat kepalaku.

Seketika.. Aku terkejut melihat siapa yang berada di depanku.

"Hah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hah.." Seketika, aku melongo.

"I-iya cakep sih iya, cuman itu lah dianya risih lo mah gitu sama adek kelas, kasian weh. Lo gangguin mulu, kalo udah punya pacar gimana?" Kata orang di depanku ini. Lalu, dia juga menatapku. Aku masih melongo.

"Tapi kek pernah liat gue mukanya" Katanya.

"Kak.. Jake bukan?" Tanyaku.

"Ah, lo mah famous, enak banget. Gue yang mau gebet nih cewek, jadi lo kan yang dapet" Goda teman di sebelahnya itu.

"Loh? Ini siapa ya?" Tanya kak Jake.

"I-ini Agatha! Agatha!" Aku berteriak. Tidak peduli semua orang menatapku, aku benar - benar terkejut.

Tanpa sadari, aku langsung berdiri begitu saja.

"Kak! Inget aku? Inget aku?" Tanyaku dengan mata yang penuh harapan.

"Loh? Agatha? Kamu kapan balik? Kamu--" Aku langsung memeluknya begitu saja.

Melepas rindu.

Iya, melepas rindu. Hanya melepas rindu.

Karena selama aku pindah.. Aku terus memikirkannya tanpa henti. Sungguh. Setelah waktu itu, sepertinya ia mengganti nomor telpon atau bagaimana. Aku tidak bisa menghubunginya sama sekali.

Dan sekarang kita dipertemukan kembali. Mungkin kah ini takdir?

"Gimana kabar kak Celine? Kak Stef?" Tanyaku sambil melepas pelukan.

"I-itu.." Dia menatapku dengan penuh makna. Aku tidak bisa mendeskripsikan apa maksud tatapannya itu. Yang pasti, tatapan yang penuh dengan arti dan makna yang tersembunyi.

"My," Panggil seseorang dari belakangku.

Aku menoleh.

Yang pastinya, itu. Orang yang sangat berharga. Hanya orang - orang tertentu yang dapat memanggilku dengan sebutan 'Amy'. Tidak semua orang mengetahui nama itu.

"Belom selesai kelasnya? Masih ada kelas lagi? Ini siapa?" Tanya kak Dian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Belom selesai kelasnya? Masih ada kelas lagi? Ini siapa?" Tanya kak Dian. Ya, pacarku yang sekarang.

"Oh.. Kak Jake.." Lalu, dia menatapku.

"Kamu ngapain disini?" Tanya kak Dian.

"Kak Jake kampusnya disini? Kenapa aku baru tau?!" Seruku.

"Kamu ga pernah liat dia berarti" Jawab kak Dian.

"Yuk?" Ajak kak Dian.

"Kak Jake! Nomor telpon!" Seruku sambil menyerahkan ponselku.

"Dasar ya kamu. Udah punya cowok, minta - minta nomor telpon cowok lain, di depan pacarnya lagi" Kak Dian menatap sinis ke arahku.

"Ini kak, ah. Udah 7 tahun kagak ketemu. HP nya dia ganti nomor masa gaboleh minta nomornya? Temen kan, temen!" Seruku.

"Ya nanti aja, ayo" Tanpa aba - aba, kak Dian menarik tanganku menjauh dari situ. Vella sedari tadi hanya fokus pada makanannya.

🌟🌟🌟

"Sumpah kak apasi?!" Seruku.

"Nih aku perjelas. Berita di Jakarta emang ga sampe ke Malang? Intinya, beberapa tahun yang lalu, sekitar 4 tahun yang lalu mungkin. Baru - baru aja. Ada panggilan darurat. Ditemuin mayat di rumah lantai 2, dan disitu Celine keciduk. Dia ada disitu sambil nangis - nangis. Dia ngebela diri dia sendiri dan pura - pura seolah - olah bukan dia pembunuhnya"

"Setelah diselidiki, memang kak Celine yang bunuh orang itu. Gara - gara soal pacaran, itu aku lupa kenapa. Kayak urusan pribadinya" Kak Dian menjelaskan.

"Siapa? Siapa yang dibunuh? Kenapa aku nggak tau?" Aku melongo.

"Kak Stef. Waktu itu masuk berita dan rame banget. Aku kira kamu tau"

Aku langsung melongo pada saat itu juga.

Sungguh.. Aku harap kak Jake tidak sakit hati.

Aku harap kita bisa menjadi sahabat seperti dulu lagi.. Tidak bisa lebih. Ada hati yang harus aku jaga.

Bahkan, semua orang yang pernah hadir di hidupku ada yang menghilang akhirnya.

Aku selalu berharap yang terbaik untuk kak Jake. Cinta pertamaku. Lelaki yang sudah menemaniku sedari kecil.

Untuk saat ini, ayo hidup bahagia. Seperti dulu.

Hey! I Love You! ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang