10

3.1K 305 71
                                    

Btw, mampir ke The Daffodil dung. Uda 3 Chapter sih, rencananya 1 hari up 2 chapter. Hehehe.

Author Pov.

Zillia memarkirkan motornya di garasi rumah. Dia turun lalu berjalan menuju pintu yang terhubung langsung ke dalam rumah.

"Assalamualaikum" Ucapnya pelan, mau ada yang menjawab atau tidak. Terpenting dia sudah beri salam, karena itu wajib.

Zillia berjalan lesu menuju kamarnya. Tak ada niatan untuk melakukan apapun, hatinya lelah, belum lagi ngadepi semua teror yang Frisya berikan padanya.

Iya, Frisya menerornya. Banyak paket aneh datang ke rumahnya dalam 1 hari semalam. Dan semua berisi bangkai kucing dan bangkai tikus, masih berdarah-darah dengan isi perut yang diburai.

"Kurang kerjaan banget, lagian gue sama Alby juga uda putus" Gumam Zillia lesu. Dia membuka pintu kamarnya dan langsung melempar tas sembarang arah.

Melepas sepatunya asal, dan menghempaskan tubuhnya ke kasur empuknya. Diluar sudah gluduk, sebentar lagi hujan, ditambah gelapnya langit hari ini.

Seakan mengerti betapa gelapnya hati Zillia hari ini. "Alby kok berubah ya.." Gumamnya, menatap langit-langit kamarnya dengan tatapan kosong.

Kemudian mengusap kasar wajahnya "Bodo ah, berarti dia bukan jodoh gue. Mending tidur" Gumam Zillia kemudian memejamkan matanya.

Terlalu pusing jika harus memikirkan semuanya, biarkan saja mengalir seperti air irigasi. Dilain tempat, Alby memilih untuk pulang.

Dia tak mengejar Zillia yang mungkin sekarang sudah di rumahnya. Biarkan dulu Zillia tenang, dan Alby akan menjelaskan maksud dari perkataannya tadi.

Alby turun dengan terburu, melepas helmnya dan melemparnya ke sembarang arah. Ini mengingatkanku pada Zinnia dulu:v.

Masuk dengan tergesa-gesa dan raut wajah yang kacau. Kepalanya juga pusing akibat pukulan tadi "Ah..BIBI!!" Seisi rumah kaget mendengar teriakan itu.

Seorang wanita tua berjalan tergopoh mendekati Alby. "Ya den?" Tanya nya khawatir. Alby menyugar rambutnya ke belakang dan menatap tajam wanita tua itu.

"Ambilin aku obat pereda pusing, anter ke kamar. CEPAT!" Bibi Margaret langsung pergi ke dapur setelah mendapat teriakan Alby. Memang Den mereka yang satu itu selalu marah-marah dan tak ramah, berbeda dengan Den yang satu lagi.

Alby berjalan menuju kamarnya, "Lo tau By, ternyata Zillia tau pembicaraan kita tadi pagi, pasti ada yang rekam terus kirim" perkataan Raju langsung mampir di kepalanya, dia bakalan hajar siapapun orang yang udah kirim rekaman itu.

Gara-gara dia semuanya runyam "Bajingan." Desisnya dingin, wajahnya menggelap seketika.

Brak!

Pintu coklat mahal itu di tendang dengan kerasnya, sampai membuat engselnya lepas dan pintu itu reot sebelah. Alby masuk ke kamarnya dan melempar asal tasnya.

Menghempaskan tubuhnya ke kasur dan menyelimuti seluruh tubuhnya dengan selimut. Wajahnya sudah berkeringat dingin karena rasa sakit di kepalanya. Biasanya jika dia tawuran dan mendapat luka di kepala, rasanya tak semenyakitkan ini.

Tapi ini, bagai di himpit 2 batu besar. "ARGHHHHH!!!" Erangnya kuat, dia meringkuk di balik selimutnya. Ada suara aneh yang menyapa telinganya atau mungkin itu hanya ilusinya?.

"Alby.."

Alby menegang, dia mendengar suara Zillia. Alby bangun dan menatap sekitar kamarnya, tapi tak ada sosok Zillia sama sekali. Wajahnya lantas menyendu "Gak mungkin Sheeva kemari.." Lirihnya.

My Childish Badboy [Sequel Autis Boy]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang