Chapter 10

146 32 0
                                    

Nayoung pikir urusannya dengan pria yang sedang berdiri membelakanginya itu usai begitu kesepakatan mereka dibuat seminggu yang lalu. Tapi ternyata mimpi buruknya bertambah lagi hari ini.

Padahal tanpa kehadiran pria itu pun, hari-hari Nayoung sudah terasa sangat berat. Ia sudah cukup bersabar dengan apa yang dihadapinya selama seminggu terakhir  ini, seperti mengontrol hati dan pikirannya agar sama-sama sinkron untuk tidak memikirkan hal-hal tak berguna—rasa cemburu misalnya.

Segala sesuatu yang telah hilang, maka akan ada gantinya. Sebuah pengibaratan yang sempurna, di mana setelah ia—sedikit—berhasil mengendalikan rasa cemburu tak berguna, ternyata muncul lagi pengacau lainnya. Kenyataan bahwa pria itu ternyata menjadi pengganti dosennya untuk satu semester ke depan adalah kekacauan yang dimaksud.

Sungguh, Nayoung tidak ada selera memandangi Kim Namjoon yang tengah mengoceh panjang lebar dan melukis struktur kimia poliester* di papan tulis lebar itu.

(*salah satu jenis material/bahan yang banyak digunakan di industri konveksi/pakaian)

"Profesor Jung memilih orang yang tepat untuk menggantikannya selama di luar negeri. Benar, 'kan?"

Telinganya seakan gatal ketika mendengar suara Baek Yebin yang terkesan memuji pria yang sedang berada cukup jauh dari pandangan mereka tersebut. Ya, saat ini Nayoung sedang dalam mode menghindar jadi ia memilih tempat duduk terjauh dari pandangan pria berkacamata itu.

"Hah? Apa kau bilang tadi?" Tangannya menggaruk pelan daun telinga.

"Ya maksudku begitu. Dia cerdas, cara penyampaian materinya juga cocok untukku. Dan sebagai bonusnya, dia menawan." Bola mata Yebin seakan siap keluar saking membulat dan berbinarnya ketika gadis itu membicarakan dosen baru yang sedang mengajar itu.

Nayoung mengalihkan pandangannya kembali ke buku catatannya dan mencoret-coret acak kertas tersebut. Mulutnya lantas mencebik, merasa tidak sependapat dengan gadis di sampingnya itu. "Ini baru hari pertama kita diajar oleh pria itu. Jangan jadi orang sok tahu, Ye—Aduh! Sakit, Yebin." Sayangnya karena itu, ia mendapatkan pukulan kencang dari telapak tangan gadis itu. "Kontrol tanganmu itu!" serunya tertahan sembari mengusap lengannya yang dipukul barusan.

Yebin menunduk sedikit dan mendekati telinga Nayoung. "Beraninya kau menyebut Pak Kim dengan 'pria itu', bagaimana pun juga dia dosen. Aih, Kwon. Suasana hatimu—"

"Ehm, nona-nona di belakang sana. Bisa bagikan pada kami tentang apa yang kalian diskusikan di sana?"

Seisi kelas yang berisi lebih kurang empat puluh orang itu lantas mengikuti arah spidol Namjoon yang lurus ke pusat keributan yang mengganggu konsentrasinya menerangkan materi. "Sepertinya pembahasannya lebih menarik daripada gugus fungsi poliester yang saya gambar di sini," ujarnya datar namun tajam, diikuti beberapa ketukan peraduan antara spidol dan papan tulis yang cukup membuat seisi ruangan diam tak berkutik seakan terintimidasi oleh Namjoon.

"Pfftt.."

Namun suasana tegang itu tak berlangsung lama ketika tutup dari spidol yang dipegang Namjoon terlempar entah ke mana, sehingga mata yang sebelumnya fokus menatap dua gadis di ujung sana pun beralih ke ujung spidol tanpa penutup itu.

"Ehm! Fokus semua!" Mendengar suara tawa yang mulai terdengar seperti efek domino, Namjoon lantas kembali ke mode serius dan menaruh spidol itu ke tempatnya. Menggelikan sekali bahwa ia menunjukkan sisi cerobohnya di hari pertama mengajar. Namjoon memiringkan kepalanya sejenak sebelum kembali menghela napasnya.

"Karena sepertinya kalian bosan dengan materi saya, mungkin akan lebih seru jika kita bermain sedikit kuis." Salah satu sudut bibirnya tertarik sembari jemarinya mendorong bingkai kacamatanya yang sempat melorot di tulang hidungnya ketika mendengar keluhan-keluhan para mahasiswanya.

CILIEGIA - NITIROSETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang