Chapter 12

123 26 0
                                    

Setelah menyelesaikan sarapan kilat di hari Sabtu mereka, Yoojoo dan Nayoung mulai bergerak merapikan kekacauan rumah yang selalu rutin terjadi di setiap harinya. Semenjak pindah ke rumah baru, mereka bertekad untuk lebih menjaga kebersihan dan kerapian rumah demi kebaikan bersama. Mereka juga sadar jika ternyata rumah yang berantakan mempengaruhi kondisi mental, itu pun baru mereka baca di artikel-artikel kesehatan yang sepintas lewat di internet.

"Kau akan pergi ke lab hari ini?" tanya Yoojoo ketika mereka sedang menjemur selimut di balkon. Nayoung yang berdiri satu meter darinya itu mengangguk sembari menepuk-nepuk selimut.

"Iya, Pak Kim memintaku melakukan uji coba sebelum benar-benar membuat sampel."

"Wah aku iri sekali padamu. Aku dan Jangjoon bahkan belum memulai apa pun dengan Profesor Lee. Kami baru berencana memilih material di hari Senin besok."

"Ah begitu rupanya. Sepertinya Pak Kim saja yang ingin memulainya lebih cepat, bukan karena kalian yang terlambat kok," elaknya, mencoba membuat Yoojoo tidak terlalu memikirkan hal tersebut. Nayoung baru menyadari jika ada sesuatu yang bisa ia banggakan dari dirinya saat ini.

Menjadi anggota riset Profesor Jung—yang saat ini disupervisi oleh Namjoon untuk sementara—ternyata tidak sebegitu buruknya. Meski ia akui dirinya menjadi yang paling sibuk  dan tersiksa di antara kelima temannya yang lain, setidaknya ia telah memulai. Ya, itu tidak termasuk dengan momen-momen menyebalkannya bersama Namjoon. Terkadang pria itu masih suka menyinggung soal dirinya dan Jungkook. Menyebalkan memang.

"Kau tidak mau menceritakan kegelisahanmu itu?"

"Apa?" Nayoung melirik ke samping, di mana ada Namjoon yang berjalan menyelaraskan langkah dengannya. "Oh maksud saya, tidak. Saya tidak gelisah."

"Kau masih menganggap serius kata-kataku barusan?"

"Yang mana, Pak? Anda banyak bicara saat kita di lab."

Namjoon tertawa pelan, Nayoung terdengar teliti sampai ia harus bertanya hal yang sebenarnya tidak perlu. "Soal temanmu itu. Teman pria yang kau sukai dan teman wanita yang kau yakini menyukai teman priamu itu."

"Tidak, Pak. Bukan apa-apa. Jangan khawatir. Saya bisa mengatasinya." Nayoung menggeleng seraya memberi senyum pada Namjoon, memberitahu pria itu bahwa ia baik-baik saja.

"Kau bisa memberitahuku kapan saja. Aku tahu kau tidak bisa cerita hal seperti itu ke teman-teman terdekatmu sekali pun, 'kan?"

Nayoung seakan mudah dibaca, bahkan oleh orang yang belum lama ia kenal seperti Namjoon. Entah apa maksud pria itu menyinggung soal Jungkook lagi. Apakah hanya untuk mengisi kekosongan selama perjalanan dari lab menuju gerbang atau ada hal lain yang ingin disampaikan pria itu. Yang pasti Nayoung berharap pria itu tetap tutup mulut soal rahasianya.

"Pak Kim, saya sangat berterima kasih karena Anda peduli pada saya. Tapi saya rasa hal itu terlalu dini untuk saya ceritakan pada Anda. Dan saya harap Anda tetap menjaga itu."

Telinga Namjoon terasa geli mendengar bagaimana tutur kata yang manis dan lembut itu melewati kupingnya. Padahal beberapa waktu lalu ia ingat jelas bagaimana gadis itu mengumpat dan mengabsen isi kebun binatang.

"Terlalu dini untuk saat ini ya? Baiklah, berarti masih ada kesempatan di lain waktu, bukan?"

"Apa?"

"Selamat menikmati akhir pekanmu, Nayoung. Jangan lupa jadwal kita ya?"

Kata-kata Namjoon sempat membuat hatinya menghangat. Terutama ketika pria itu menawarkan diri menjadi teman cerita, meski Nayoung masih menolaknya. Pria itu terdengar seperti begitu gigih untuk membuatnya buka mulut, ya meski sebenarnya secara garis besar pria itu sudah mengetahuinya dari buku hariannya. Tapi ketika Namjoon mengingatkannya tentang jadwal pertemuan lab, Nayoung seakan dihempas dari gedung tinggi. Pria itu pandai sekali mengaduk-aduk perasaannya.

CILIEGIA - NITIROSETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang