Chapter 15

198 28 14
                                    

Jangjoon melempar kartu UNO terakhirnya kemudian berteriak dan melakukan tarian selebrasi ketika tahu bahwa ia menjadi pemenang permainan kartu yang menyisakan dirinya dan Jungkook. "Hahaha! Akhirnya aku mengalahkanmu, Jeon Jungkook!"

Pemuda Jeon itu mengaduh kesal dan melempar tiga kartunya yang tersisa ke karpet tipis yang melapisi tenda itu. "Ah! Harusnya aku mengeluarkan kartu skip saja tadi." Ya, ia tampak menyesali keputusannya. Tapi bagaimana pun ini hanya permainan.

"Baiklah kalau begitu, silakan pemenang pertama memberi pertanyaan untuk yang kalah." Joonyoung menyikut lengan Nayoung yang duduk bersila di sebelahnya. Gadis itu meliriknya bingung, namun ia mengabaikannya.

Seakan tidak ada alasan untuk menghindar dari konsekuensi, Nayoung akhirnya memilih untuk melakukan apa yang memang sudah menjadi peraturan permainan kartu mereka: siapa yang menjadi pemenang berhak memberi pertanyaan pada yang kalah. Dan pertanyaannya pun bukan pertanyaan standar. Bisa jadi menjurus ke hal serius dan dewasa atau bahkan hal konyol seperti berapa kali kau mandi dalam satu bulan.

"Jungkook." Nayoung memanggil pria Jeon itu agar kembali fokus menatapnya ketika ia sedang fokus pada ponselnya. Setelah pria itu menelungkupkan ponselnya, Nayoung baru melanjutkan kalimatnya. "Ingat saat kau bertanya tentang hadiah ulang tahun untuk seseorang yang kau sukai? Aku penasaran bagaimana hasilnya."

Seketika keempat temannya yang lain bersorak ria. "Wah apa Jeon Jungkook menyatakan perasaannya?" tanya Jangjoon, namun sekaligus berseru menyimpulkan arti pertanyaan Nayoung.

"Oh..., Jeon Jungkook. Kau memang pria sejati," kata Yoojoo sembari menepuk-nepuk lengan padat Jungkook.

"Siapa gadis beruntung itu?" Kini giliran Yebin yang menambahkan pertanyaan.

"Tidak heran kau menjadi orang yang paling bersemangat mengajak kita berkemah, Jungkook." Joonyoung masih dengan gaya keren dan cueknya itu ikut menyahut sembari merapikan kartu-kartu yang berserakan di karpet.

Sedangkan si pusat perhatian kali ini tak bisa berbicara banyak karena pipi dan telinganya sudah terlanjur memerah lebih dulu karena tanggapan teman-temannya.

"Aku hanya perlu menjawab pertanyaanmu, 'kan?" Daripada menanggapi keempat temannya yang masih heboh akan berita baru, Jungkook memilih untuk fokus pada Nayoung, yang dijawab anggukan pelan oleh gadis itu.

"Dia menyukai hadiahnya, katanya apa yang kubelikan sesuai dengan seleranya. Dan dia berjanji akan memakainya saat kencan pertama kami." Nayoung menyadari bahwa Jungkook tersenyum begitu lebar sampai ke telinga.

"Oh, kalian sudah resmi?" tanya Joonyoung, yang kemudian dijawab Jungkook dengan anggukan. "Wah, usahamu membuahkan hasil ya? Setelah berbulan-bulan ditolak terus," sambungnya. Nayoung yang mendengar hal tersebut sadar jika Joonyoung sepertinya tahu sesuatu tentang hal tersebut.

"Oh, Jungkook tidak pernah tersenyum begitu lebar seperti itu!" Yebin bertepuk tangan heboh sembari menunjuk ke arah mulut Jungkook. "Wah, kau tampak bahagia sekali. Selamat ya! Kapan kau akan mengenalkannya pada kami?" lanjutnya.

Senyum langka Jungkook pudar saat itu juga, dan berganti ekspresi dengan mata yang melebar dan mulut yang bergetar. "He-he-hei, tidak adil. Kau harus mengalahkanku dulu kalau ingin memberi pertanyaan."

"Wah, Jungkook kita sudah besar ya?" ejek Jangjoon, yang lagi-lagi dibalas lemparan kaus kaki oleh Jungkook.

Sementara yang lain sedang sibuk meledek dan menggoda Jungkook, Nayoung tak mengalihkan pandangannya dari pemuda itu. Kedua sudut bibir Jeon itu tertarik sedikit yang membuat senyum tipis terpatri di wajahnya, diiringi dengan hembusan napas perlahan.

CILIEGIA - NITIROSETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang