Chapter 14

141 28 1
                                    

Mata Nayoung menatap termometer alkohol di hadapannya serta buku di pegangannya bergantian. Tangannya tak ketinggalan menuliskan beberapa huruf dan angka yang sepertinya hanya dirinya dan Namjoon saja yang paham. Siapa pun yang melihat Nayoung dalam situasi seperti ini jelas tidak akan berani mengganggunya. Seakan-akan gadis itu bisa marah dan meledak sewaktu-waktu kalau saja ada yang menyentuh buku maupun alat-alat praktikumnya.

"Apa yang kau catat? Penting atau tidak? Temperaturnya sudah kau catat? Proses kerjanya sudah didokumentasikan? Sampel sebelumnya jadi berapa gram setelah diproses?"

Tubuhnya menegap setelah membungkuk beberapa detik lalu karena menulis. Namjoon muncul di belakangnya dengan pertanyaan bertubi-tubi yang kadang membuat Nayoung tegang dan takut jika ternyata yang ia kerjakan tidak sesuai keinginan pria itu.

"Pak, pelan-pelan." Nayoung memutar kursinya menghadap Namjoon. Matanya langsung bertatapan dengan pria itu. Namjoon sedikit membungkuk untuk membuat pandangannya sejajar dengan Nayoung.

"Ah, Pak Namjoon. Bisa kau mundur sedikit?" pintanya lembut. Posisi mereka saat ini benar-benar canggung dan membuat Nayoung hampir lupa akan apa yang ingin ia laporkan pada dosennya itu. Namjoon pun menegakkan tubuhnya lalu bersedekap dada menatap gadis yang duduk tegap di hadapannya ini.

"Saya sudah catat semua yang Anda sampaikan saat briefing kemarin. Dan gram sampel yang saya kerjakan Senin kemarin sudah saya tulis di log book. Bapak belum melihatnya?" Setidaknya Nayoung dapat mengucapkan kata-kata yang ia proses tadi dengan lancar setelah pria itu sedikit menjauh. "Saya pikir Anda sedang mengajar. Jadi saya memulai ekstraksinya lebih dulu. Saya sudah izin dengan Pak Lee," sambungnya lagi.

Sementara itu Namjoon menoleh ke sana kemari seperti mencari sesuatu yang hilang. Yang membuat Nayoung menaikkan sebelah alisnya. "Hari ini semua kelas yang aku ampu hanya melaksanakan kuis."

"Wah... berarti mahasiswamu saaaangat pintar ya? Padahal baru tiga puluh menit lalu sesi kuliah dimulai, Anda sudah di sini," ucap Nayoung terdengar seperti menyindir. Yang kemudian dibalas Namjoon dengan anggukan pelan dan mata yang memejam serta bibir yang tersenyum sejenak.

Mencoba mencari posisi yang santai dan nyaman untuk berbincang, Namjoon mendaratkan pinggangnya untuk bersandar pada bibir meja yang digunakan untuk praktikum. "Mereka sudah persiapkan segalanya dengan baik. Tidak seperti seseorang yang gemar membuat forum diskusi sendiri di dalam kelas." Ucapannya jelas terdengar seperti menyindir Nayoung. Namun gadis itu memutar kembali kursinya kemudian fokus menatap pekerjaannya.

"Oh begitu ya? Maafkan saya karena menjadi mahasiswa pembangkang." Namun mulutnya tetap mencebik tanpa berbalik pada Namjoon.

"Oh, aku tidak bilang jika itu adalah kau."

"Sudahlah, aku lelah adu mulut denganmu."

"Hei, hei. Kau tahu kalau aku bercanda, 'kan? Jangan tersinggung. Bukankah kita sudah berjanji untuk menjadi teman?" Merasa jika ejekannya sudah cukup membuat gadis itu kesal, Namjoon menyudahinya lalu menusuk lengan gadis itu pelan-pelan dengan telunjuknya.

"Memang." Gadis itu tetap meladeni Namjoon sembari berdiri lalu mengamati termometer kembali.

"Kalau begitu jangan membuatku tidak nyaman begitu."

"Ya kalau tidak nyaman menghadapiku tidak usah berteman denganku."

Wah gila. Sulit sekali membuat gadis ini tersenyum.

Namjoon baru sadar jika selama ini dirinya sama menyebalkannya seperti Nayoung saat ini. Pantas saja ketika dirinya bekerja di perusahaan, karyawan-karyawan di departemen yang ia pimpin takut padanya, dan memilih untuk menyampaikan keluhan dan pendapat hanya melalui Jimin yang selanjutnya diteruskan pria itu kepadanya. Andai ada Park Jimin di sini, mungkin ia sudah menertawai Namjoon sampai puas.

CILIEGIA - NITIROSETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang