Ch.3

3.3K 425 3
                                    

“Kakak.”

Aku menjawab panggilannya sambil tersenyum. Aku tersenyum saat melihat adikku. Itu merupakan refleks yang berasal dari naluri ku untuk bertahan hidup.

Ash Widgreen.

Tiga tahun lalu, adik ku, yang menjadi Duke Widgreen ketika orang tua kami meninggal, dia sudah terlihat dewasa,

Padahal Dia baru berusia 14 tahun saat itu, dan dia sudah melewati tinggi badanku, ditambah dia selalu dalam kondisi yang baik sejak dia berlatih pedang.

Tulangnya tumbuh secara alami dan seluruh otot tubuhnya berkembang secara merata, dimana pun kamu memandang dia terlihat kuat. Aku tidak menghukumnya lagi.

Aku bersumpah, aku tidak tahu apapun.

Bagaimana seseorang bisa begitu sempurna?

Meski begitu, aku bermimpi tangan ku dipotong oleh adik laki-laki ku.  Tapi aku segera kembali ke kenyataan.

“Oh, Duke.”

Adikku melangkah masuk dengan kaki panjangnya dan duduk di hadapanku.

Bahkan di tengah waktu yang sibuk, pelayan Bessie melihatnya dan dengan cepat membawakannya secangkir teh.
Bessie kemudian tersenyum dengan lembut.

“Senang rasanya melihat mereka bersama.”

“Aku tau! Itu seperti gambar yang sempurna.”

Alex, seorang pelayan, melewati ruang tamu sambil membawa vas, menimpali. 

Adikku, yang diberi teh, tidak berkata apa-apa.

Aku juga tidak. Nah, pernyataan itu sebenarnya seperti salam di rumah ini.

‘Aku sering mendengarnya.’

Tidak hanya di sini.

Orang-orang yang melewati kami akan selalu berkata, "Kalian berdua tampak hebat". 

Pada awalnya, Aku bertanya-tanya mengapa, tapi ketika Aku terus mendengarkan percakapan mereka, Aku bisa mengerti mengapa.

‘Itu karena Adikku.’

Adikku tampan. Aku sudah bersamanya sejak dia masih kecil, dan bahkan aku terkejut dengan penampilannya. 

Dia memiliki mata emas yang dalam dan jernih, sebanding dengan permata, dan rambut putih mirip dengan salju yang jatuh.

Wajahnya yang rinci dan lurus memberikan perasaan mistis. Sederhananya, dia tidak merasa seperti orang sungguhan. Pasti menyenangkan menjadi orang tampan. 

Tentu saja, aku tidak ingin bilang bahwa aku tertinggal dalam penampilan. Ada pujian karena mata kuning ku yang hidup menjadi menawan & menarik. Tapi, adikku melebihi manusia dan bahkan tidak bisa dibandingkan denganku.

‘Itu merupakan hasil genetik.’

Dia seperti mahakarya. Jika orang tua kita masih hidup, mereka mungkin bangga dengan wajahnya.  Bagaimanapun, setengah dari alasan orang melihat kami dengan baik adalah karena penampilan kami, dan separuh lainnya…

‘Juga karena adikku.’

Itu karena kami terlihat sangat dekat. Dia juga baik padaku. Dia selalu mengikutiku sepanjang waktu, dan mulai merawatku setelah orang tua kami meninggal.

Seorang adik laki-laki yang menjaga saudara perempuannya. Aku juga tidak menyangkalnya. Ash sangat baik padaku. 

Adik laki-laki ku di kehidupanku sebelumnya juga memperhatikan ku. Dia akan selalu membelikan ku ayam. 

♪ Adikku Seorang Penjahat ♪Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang