❄T w e n t y T h r e e❄

45.6K 2.3K 54
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"BARA!"

Bara menoleh ke arah Alissa yang berlari menuju dirinya. Tadi Bara sempat menelepon Alissa untuk menyuruhnya datang ke rumah sakit,

"Om Herman kenapa, Bar?" tanyanya dengan raut wajah khawatir.

Bagaimana pun juga Alissa telah menganggap Herman sebagai ayah kandungnya sendiri. Bara menunduk lesu, terlihat tidak bersemangat. Alissa menepuk pundak lebar Bara,

"Lo jangan sedih, Bar. Gue jadi ikutan sedih liat lo." ujar Alissa sambil mengusap air matanya yang hampir saja jatuh di pipi.

"Gue gak tega lihat papa, Sa." lirihnya sambil terus menundukan kepala dalam. Alissa mengerti keadaan Bara saat ini, ia hanya bisa mengusap punggung tegap laki-laki itu. Memberikan ketenangan juga kekuatan untuknya. Hanya itu yang Alissa mampu berikan untuk Bara.

Jihan datang setelah membayar biaya perawatan Herman. Ia melihat ada sosok gadis yang berdiri di sebelah anaknya,

"Kamu Alissa?"

Alissa menoleh cepat dan mengangguk, "I-iya, tante. Saya Alissa." jawab Alissa sedikit gugup. Ini pertama kalinya Alissa bertemu dengan Jihan secara langsung.

Setelah mendengar jawaban Alissa, wanita yang masih mengenakan setelan kantor itu pun memilih duduk di kursi yang tersedia didepan ruangan UGD. Bara menghela nafas berat, tak habis pikir dengan sikap mamanya. Wanita itu sama sekali tidak cemas memikirkan kondisi Herman yang masih di tangani oleh dokter di dalam.

"Ma."

"Sebentar, Bara. Mama sibuk." datarnya sambil mengangkat sebelah tangannya.

Bara mengepalkan kedua tangannya erat di sisi tubuh. Alissa menoleh ke arah Bara dan melihat raut wajahnya yang terlihat menahan emosi dengan mengeraskan rahangnya.

Tak lama kemudian, dokter pun keluar dan menutup pintu UGD di belakangnya. Bara dan Alissa mendekat ke arah dokter tersebut lalu bertanya,

"Gimana keadaan Papa saya, Dok?" tanyanya cemas. Terlihat sekali dari ekspresi wajahnya saat ini.

"Saat ini kondisi pasien Herman masih belum stabil dan sadarkan diri, mengingat kondisinya sangat lemah akibat anemia yang dideritanya." jelas dokter kepada dua orang remaja didepannya.

"Pasien Herman juga akan dipindahkan ke ruang inap. Saya permisi." lanjutnya,

Bara dan Alissa mengangguk, "Terima kasih, Dok." ucap Bara kepadanya. Dokter itu tersenyum tipis dan pergi dari sana. Bara menoleh ke arah Jihan. Tapi matanya terbelalak lebar seketika saat ia tidak melihat adanya Jihan sama sekali disana. Entah kemana perginya Jihan. Bara berdecak dan memijit pangkal hidungnya pelan,

ALVISA  [TAHAP REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang