20

109 13 0
                                    


Tok tok tok
Pintu terbuka.

"Hay semuanya, gimana keadaannya? "
Puja masuk.

"Eh Alerta, sehat kok cuma luka kecil doang ini mah. Sebenernya ngak usah di rawat di rumah sakit ntar juga sembuh sendiri"
Sahut edo yang terbaring di tempat tidur pasien dengan kaki yang digantung karna patah.

"Eh, duduk Al"
Frans geser memberi tempat duduk untuk puja. 

Puja tersenyum lalu duduk.
"Thanks frans. "

"Luka kecil apaan? Patah tulang gini dibilang luka kecil"
Omel puja sambil menoyor kepala Edo.

"Hehehe, tapi kan jadi buang buang uang Al"
Jawab redo cengengesan.

Puja menghela nafas.
"Kamu itu anggota Scorpion, jadi kamu itu juga tanggung jawab scorpion. Lagian scorpion ngak kekurangan uang kok. "

"Tapi gua ngak enak Al, gua udah gagal melindungi tuan muda dan Scorpion, tapi kalian tetap aja baek mau ngobatin gua. gua merasa kayak bebannya Scorpion"

"Makanya lain kali ngak mau jadi beban kamu harus cepet sembuh. Biar bisa ngebuktiin kalo kamu bisa melindungi scorpion dan pemimpin mu"
Puja menyemangati Edo .

"Makasih Al"
Ucap redo.

"Buat? "

"Ya buat semuanya"
Jawab Edo tersenyum.

"Lebay lo. Ingat ya semua. Kalian itu tanggung jawab scorpion, dan kalau kalian ada masalah cerita sama gua sama yang lain kita scorpion pasti bantu"

"Emang ngak salah pilih pemimpin kita"frans merangkul puja.

"Ooo iya dong"

Mereka pun tertawa.

Obrolan berlanjut seru.
Berbagai hal mereka bahas melupakan kenangan buruk tadi malam.

Ditengah keseruan obrolan Pintu terbuka.

Putra masuk sambil menenteng sekantong buah jeruk. "Wah. Seru banget nih "

"Nih gua bawa jeruk buat semua." Meletakkan jeruk diatas meja dan langsung diserbu anak anak scorpion.

"Thanks putra" Ucap mereka serentak.

Putra mengacungkan jempolnya. Lalu duduk di samping puja.

Puja menepuk pundak putra"Eh put"

"Ya"

"Lu berhutang penjelasan sama gua" Puja bangkit dan keluar "duluan ya semuanya"

"Iya iya"
Jawab mereka.

Putra bangkit mengikuti puja.

Taman rumah sakit

"Mo ngobrol apasih? " Putra tersenyum menggandeng tangan puja "serius banget kayaknya "


Puja menghempaskan tangan putra
"Siapa lo? "

"Gua putra lah, temen lo dari kecil" Jawab putra santai.

"Gua tau"

Putra tersenyum . Mengulurkan tangan hendak mengusap pucuk kepala puja namun ditepis.

"Tapi Lo bukan putra yang dulu"

Putra bingung tapi berusaha untuk tetap tenang.

"Gua masih sama ja. Gua ngak pernah berubah" Putra mendekat namun puja secepat mungkin mundur menjaga jaraknya dari putra.

Seketika atmosfernya berubah!.

"Lo berubah! " Intonasi suara puja meninggi

Putra terdiam.
Puja tidak pernah seperti ini padanya. Ini bukan marah.

Ini kecewa.

"Putra yang gua kenal" Suara puja bergetar

"ngak pernah nyakitin apapun dan siapapun."

"Putra yang gua kenal selalu tersenyum"

"Putra yang gua kenal seperti malaikat"

"Ja.. "
Pangil putra lirih.

Puja menunduk
"Lo pikir gua ngak tau"
"Lo pikir gua bodoh"

"Hem?.. "
Puja tersenyum hambar.

Putra terdiam.

"Gua tau" Puja mengangkat kepalanya menatap putra tajam.

"Gua tau kalo lo yang nembak bang Randa"

Putra kaget. Reflek ia mundur.

"Apa tujuan lo? "

Puja melangkah mendekati putra.

"Kenapa lo nembak abang gua? "

"Jelasin ke gua! "

"LO SIAPA?! "

"Gua... " Putra menatap puja "haissss"mengacak rambut frustasi

Puja mulai marah "GUA TANYA LO SIAPA?!"

Diam

"Jawab gua putra! "
Tanya puja pelan namun penuh penekanan di setiap kata.

Putra diam beberapa saat, lalu menghela nafas panjang dan menatap puja

"Gua putra Anggara penerus gang Aslan"

Dek!


~•~

To be continued=>

Alert: revenge of the heirs (Revisi) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang