Akad♡

3K 161 9
                                    

Hadeuh udah mau akad ajaa, yang baca jangan pengen(づ ̄ ³ ̄)づ
Happyreading
***

Tasya menghembuskan nafas panjang, ia baru saja selesai di makeup. Lihatlah sekarang di depan cermin, ada seorang bidadari yang teramat sangat cantik. Sampai-sampai Tasya sendiri pangling.

“Mbak yul, ini beneran saya?” tanya Tasya tidak percaya.

Yuli tertawa, “Iya lah, Sya. Gimana kamu suka kan look ini?” Yuli meminta pendapat Tasya.

“Suka banget mbak, gak terlalu menor dan sesuai di wajah saya.” Tasya tersenyum memandangi dirinya dicermin. Ibu, Tasya sampe gak kenal sama diri sendiri, batinnya.

“Syukur deh kalo kamunya suka, ya udah kamu ganti dulu. Ini gaunnya,” ujar Yuli memegang gaun menjuntai yang baru saja ia ambil dari butik.

Tasya berdehem, ia berjalan ke arah pintu.

“Loh, mau kemana?” tanya Yuli bingung.

“Bentar, mbak. Kunci dulu pintunya, takut ada yang masuk.” Tasya tersenyum canggung.

“Iya, Iya… nih.”

Tasya mengambil alih gaun dari tangan Yuli, ia juga meminta wanita itu untuk berbalik badan agar Tasya bisa leluasa berganti pakaian. Tasya malu jika haus diperhatikan. Ia memakai gaun menghadap ke arah tembok, berlawanan arah dengan keberadaan Yuli. Setelah ia selesai memakai gaun, Tasya berbalik dan menemukan Mama Diona di hadapannya.

“Loh, Mama!” Tasya mencari-cari keberadaan Yuli.

“Yuli udah Mama suruh keluar, Kamu cantik banget sayang,” puji Diona tersenyum hangat.

Tasya tak kuasa menahan senyuman, “Makasih, Ma.”

“Sama-sama, Sayang. Ayo kita turun, Ayah kamu sudah menunggu dibawah sama Ali.”

Jantung Tasya berdegub semakin kencang, ia beberapakali menghembuskan nafas panjang, berusaha meredam kegugupan yang sedang melandanya.

“Rileks sayang, semuanya insyaallah berjalan lancar,” ucap Diona menenangkan.

“Makasih, Ma.” Tasya berjalan digandeng Diona, andai jika Ibunya masih hidup pasti perempuan paruh baya itu melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan Mama Diona. Tasya menghentikan langkahnya sejenak, ia bisa melihat tatapan orang-orang tertuju padanya termasuk Ali dan Mama Diona.

“Kenapa sayang?” tanya Diona berbisik.

Tasya menatap Diona sendu, “Ma, Tasya lupa belum Ziarah ke makam Ibu.”

Diona mengelus bahu Tasya yang sedikit terbuka, “Nanti setelah Akad atau nggak besok kita sama-sama ke makam Ibu kamu, ya?” Mama Diona mengusap sudut matanya yang basah.

Tasya membuang nafas kasar, ia mengangguk lalu tersenyum. Langkahnya berhenti disamping Ali, di samping laki-laki yang sebentar lagi menjadi suaminya. Tasya harus mencoba menerima takdir yang telah tuhan gariskan, ia menunduk kala sepasang mata tajam itu menatapnya penuh peringatan, Ayahnya datang walau terlihat jelas enggan.

“Saya terima nikah dan kawinnya Tasya indani binti Ramli susilo, dengan maskawin tersebut , dibayar tunai.”

Sah…

Tasya berucap syukur, ia menghembuskan nafas lega. Entah lega karena apa? Ia menatap Ayahnya dengan senyuman, lalu menoleh kearah Ali, suaminya. Rasanya campur aduk, sedih, senang menjadi satu. Tasya menunduk untuk mengusap sudut matanya yang sedikit berair.

Tasya tersenyum malu ketika orang-orang meminta Ali mencium keningnya, ia rasa pipinya saat ini memerah. Tapi, jelas tertutupi oleh blush on yang dipoles begitu sempurna. Ribuan kupu-kupu berterbangan, perutnya terasa melilit kala bibir itu menempel dengan pas di keningnya, Tasya mendongak lalu mengambil tangan Ali untuk di ciumnya.

Married Coz Money (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang