Haloowww, im back. Jadi cerita ini gajadi tamat guys wkwk. Aku masih ingin melanjutkan, kira-kira sampe 40 part gituuu.
Semoga sukaaaa♥
Happy reading
VOTE KOMENNYA DITUNGGU!***
Kembali kerutinitas seperti biasanya, mengurus suami. Hari ini Ali ada proyek penting pembangunan hotel di kota bali dan saat shubuh tadi baru mengatakan rencana itu padanya. Jadilah sekarang Tasya sedang menyiapkan pakaian yang akan dikenakan suaminya selama beberapa hari kedepan. Ali tidak bilang padanya berapa lama suaminya itu akan berada di bali dan ia pun enggan bertanya, nanti di bilang terlalu posesif.
Setelah selesai mempacking pakaian Ali, ia beralih ke tempat tidur untuk mengecek apakah Danish sudah bangun atau masih terlelap dalam mimpi. Lihatlah ternyata anaknya sudah terbangun dan asik bermain sendiri.
Danish tidak seperti kebanyakan bayi lain yang akan menangis ketika bangun dari tidur, anaknya akan memilih diam dan bermain sendiri.
"Anak Mama udah bangun," ucap Tasya mendusel diperut danish yang disambut tawa riang anaknya.
"Eh, ketawa." Tasya terssenyum cerah.
Pintu kamar mandi terbuka, Tasya menoleh dan menemukan Ali keluar mengenakan handuk sebatas pinggang dengan rambut yang masih basah. Terlihat dari beberapa tetes air yang jatuh ke dada bidang yang kini tidak terbalut apapun.
Tasya memalingkan wajahnya yang mulai terasa panas, apa-apaan ini, batin Tasya. Seperti baru pertama kali saja melihat Ali dengan keadaan seperti itu padahal lebih dari itupun ia sudah pernah melihatnya. Tasya terkikik dalam hati.
"Ma?" panggil Ali.
"Hmm?"
"Aku pake baju yang mana?" tanya Ali menatap Tasya lurus.
Tasya mengehela nafas, maafkan ia yang lupa menyiapkan pakaian yang akan Ali kenakan sekarang. Ia mendekat lalu membuka lemari, mengulik dari satu baju ke baju yang lain yang masih tersisa di dalam lemari.
"Nih!" Tasya menyodorkan kemeja abu-abu yang langsung diterima Ali.
"Ini!" Menyusul celana dasar berwarna hitam.
Tasya hendak menyingkir dari hadapan lemari juga dari hadapan Ali. Tapi, terhenti ketika Ali berucap.
"Nggak sekalian dalemannya?" Ali tersenyum miring sambil menaik-naikkan sebelah alisnya.
Tasya menunjukkan kepalan tangan tepat dihadapan Ali yang disambut tawa berderai suaminya. Ada-ada saja. Entah mengapa Tasya merasa Ali semakin sering menggodanya. Ia mendekati tempat tidur dan membopong danish keluar dari kamar.
"Nanti langsung ke dapur aja, Kak." Tasya berucap sebelum menutup pintu kamar.
Mereka sudah menyelesaikan sarapan pagi, dan kini Tasya bersama Danish digendongannya sedang memandang Ali yang hendak pergi menuju bandara. Koper sudah dimasukkan dalam bagasi mobil oleh pak supir. Ali mendekati mereka.
"Papa pergi dulu sayang," ucap Ali menciup pipi Danish.
"Hati-hati, Papa," balas Tasya menirukan suara anak kecil.
Ali tersenyum, ada perasaan tidak rela jauh dari Tasya juga putra mereka. Tetapi, mau bagaimana lagi. Pekerjaan menunggunya dan semua ini juga demi anak istrinya.
"Kamu, jaga diri baik-baik. Kalau ada apa-apa harus cepet kabarin aku." Ali berucap menatap mata Tasya yang dibalas anggukan.
Untuk mempercepat waktu, Tasya mengambil tangan Ali untuk bersalaman kemudian mendorong punggung Ali agar segera masuk ke dalam mobil. Bisa-bisa tidak jadi pergi kalau masih terus-terusan seperti tadi. Setelah mobil yang ditumpangi suaminya tidak lagi terlihat oleh Tasya, ia berjalan kembali masuk. Danish belum mandi dan ia harus memandikannya terlebih dahulu.
"Maafin, Mama sayang. Kamu jadi belum mandi jam segini karena Mama sibuk ngurusin Papa ya," ujar Tasya. Danish tertawa, dipikir lagi ngelawak kali ah, batin Tasya.
__
Ali sudah berada dipesawat bersama Alkan. Perjalanan dari surabaya menuju bali memakan waktu 45 sampai 55 menit melalui jalur penerbangan. Ali mendesis saat sesuatu tidak lagi bisa ditahannya. Pesawat sudah berada diketinggian, ia menoleh ke arah Alkan sejenak kemudian berdiri. Ia butuh toilet. Setelah buang air kecil, Ali keluar dari toilet sambil menunduk memperhatikan celananya.
"Ah ... maaf nggak sengaja."
Ali mengangkat kepala ketika tanpa sengaja seseorang menabrak lengannya dan meminta maaf, "Bukan masalah," balas Ali tersenyum singkat kemudian kembali ketempat duduk semula.
Wanita itu masih terpaku ditempatnya berdiri. Tidak taukah bahwa efek senyuman tipis itu membuat kerja jantungnya menjadi lebih cepat. Indria tersentak ketika bahunya disentuh oleh salah satu pramugari.
"Apa ada masalah, mbak?" tanya Pramugari itu, indria menggeleng. Ia memutar badan lalu masuk ke dalam toilet. Berada diketinggian membuat kinerja jantungnya tidak stabil, ya pasti karena hal itu.
Alkan menoleh ketika Ali kembali duduk disampingnya, "Dari mana?"
Ali menoleh dan menjawab singkat, "Toilet."
Alkan mengangguk, penglihatannya beralih ke arah jendela pesawat. Menikmati pemandangan awan putih yang mengapung seperti permen kapas. Sedangkan Ali sendiri memilih memejamkan mata, entah itu tidur atau hanya pengalihan.
__
Danish sudah selesai mandi, Tasya juga sudah rapi. Rencananya hari ini mereka berdua, akan pergi ke rumah ayah Ramli sebentar untuk menengok kabarnya. Tasya diantar oleh salah satu bodyguard di rumah. Ia tidak perlu risau mengenai Ali yang tidak tau jika ia akan pergi keluar, toh juga ia tidak pergi ke tempat yang aneh atau berbahaya. Ia akan pergi mengunjungi Ayahnya sendiri.
Di tengah perjalanan, mobil yang Tasya tumpangi mengalami musibah kecil. Ban mobilnya bocor dan kebetulan tidak membawa ban serep.
"Gimana, pak?" tanya Tasya pada bodyguard, sambil sebelah tangannya menepuk-nepuk bokong Danish yang hendak tertidur. Mobil sudah dipinggirkan.
"Sebentar lagi orang rumah dateng kesini, Nya," jawab bodyguard itu setelah menghubungi salah satu temannya untuk menyusul.
"Panggil Tasya aja pak, jangan Nya." Tasya berucap sambil membuka pintu mobil.
"Mau kemana, Nya?" reflek bodyguard yang lebih tua dari tasya itu bertanya melihat ia yang keluar dari mobil.
"Tasya, Pak! Saya naik taksi aja ya pak. Rumah Ayah juga udah deket. Abis lampu merah belok kiri sampe," papar Tasya. Memang jarak antara tempatnya berdiri dengan rumah Ayahnya tidak begitu jauh. Tasya mencegat taksi yang lalu lalang lalu masuk.
Beruntung sekali cuaca sedang bersahabat, matahari sepertinya sedang berdebat dengan awan mendung. Karena, langit berubah-ubah dari cerah lalu menggelap. Seperti yang sudah ia katakan bahwa rumah Ayahnya tidak begitu jauh, terbukti kini kaki Tasya sudah menginjak halaman rumah Ayahnya.
"Tasya?" panggil suara dari belakang, Tasya menoleh dan tersenyum.
"Ayah dari mana?" ucap tasya menyalami tangan Ayahnya.
"Dari rumah pak RT, biasa," jawab Ramli, pandangannya beralih ke arah bayi yang sedang digendong Tasya.
"Cucu, Kakek. Ayo masuk! Kayanya mau hujan." Ramli menggamit lengan Tasya mengajaknya masuk ke dalam rumah.
__
Ali dan Alkan baru saja tiba di Bandar Udara Internasional Ngurah Rai setelah menempuh perjalanan hampir satu jam dari kota surabaya. Dengan kaca mata yang bertengger dibatang hidung, Ali terlihat lebih keren sangat cocok dengan setelan kemejanya.
"Alkan?" panggil Ali.
"Iya?" jawab Alkan mengurungkan niatnya masuk ke dalam mobil.
"Tidak jadi." Ali menggeleng dan masuk ke dalam mobil, ia sendiri lupa apa yang hendak ia katakan pada Alkan. Alkan merotasikan bola matanya.
Di sudut bandara, wanita bernama Indria itu tersenyum memandangi laki-laki yang belum ia ketahui namanya.
_____
Thanks atas supportny, tinggalin jejak ya VOTE dan KOMEN🤪
Jangan lupa follow akun wattpad aku dan akun instagram @ayukhdryh_ okeyyy
KAMU SEDANG MEMBACA
Married Coz Money (ON GOING)
Romantizm[Mature Content 18+] Hanya demi kesenangan dan uang, Ramli tega menjual anaknya. Tasya, gadis malang yang kini harus menikah dengan seorang laki-laki yang telah membayarnya dengan uang senilai dua ratus juta rupiah, dan sungguh mengejutkan lagi tern...