New stories
I hope your like this
Jangan lupa vote dan komen hihi***
Brakk...brakk.. Brakk...
Bunyi keras gedoran pintu membuat gadis yang sedang tertidur pulas itu terbangun seketika. Dengan perasaan cemas ia berjalan ke jendela untuk melihat siapa yang datang. Tasya menghela nafas berat, rentenir itu datang lagi padahal hari sudah larut malam.
"Mana Ayah lo?" Sentak suara laki-laki ketika Tasya baru saja membuka pintu.
"Ayah gak ada," cicit Tasya menunduk takut melihat dua orang laki-laki bertubuh gempal dengan wajah yang sangar berdiri dihadapannya. Laki-laki itu terlihat tak percaya lalu tanpa persetujuan Tasya keduanya masuk ke dalam dan mengacak-acak seisi rumah.
Tubuh Tasya bergetar ketakutan, hampir setiap hari rentenir itu datang kerumahnya, entah berapa banyak jumlah hutang ayahnya hingga menjadi buronan mereka. Tasnya menyingkir dari depan pintu saat dua laki-laki itu ingin lewat.
"Bilangin Ayah lo, gue tunggu sampe besok dan uangnya harus ada! Kalau gak?" ucap laki-laki itu tersenyum miring menatap Tasya dari ujung kepala hingga ujung kaki lalu keduanya tertawa keras berjalan meninggalkan rumah Tasya.
Tasya menutup pintu lalu menguncinya, tubuhnya ia sandarkan pada kayu yang terlihat rapuh dengan kepala menengadah ke atas. Ia menghela nafas perlahan, bagaimana jika rentenir itu datang lagi besok dan ayahnya sedang tidak dirumah. Dengan langkah gontai Tasya kembali ke dalam kamar, merebahkan badannya yang terasa remuk akibat seharian bekerja.
Tasya Indani, gadis berusia 18 tahun yang bekerja sebagai tukang cuci piring disebuah warung pinggir jalan. Hasil dari keringatnya ia gunakan untuk kebutuhan sehari-hari seperti makan dan keperluan lain, itu juga kalau uangnya cukup.
Dulu, kehidupan Tasya tidak seperti ini. Keluarganya masih tergolong berkecukupan, tapi karena kelakuan ayahnya yang sering mabuk-mabukan, berjudi hingga seluruh harta yang dimiliki keluarganya habis tak bersisa. Setahun setelah kebangkrutan keluarganya, Ibunya meninggal. Hal itu hampir membut Tasya putus asa untuk melanjutkan hidup, tapi suara Ibunya terus terngiang-ngiang dikepalanya. Kamu pantas bahagia, sya. Itulah yang menjadi kekuatan Tasya untuk tetap bertahan selama ini, ia yakin tuhan tidak tidur dan tuhan pasti selalu mendengar doa-doanya.
Tasya menarik selimut tipis lalu perlahan memejamkan matanya, mencoba untuk menyelami alam mimpi yang lebih indah dari kenyataannya.
__
Udara dingin diiringi angin kencang terjadi pagi hari ini, hujan deras turun membasahi bumi membuat Tasya mau tak mau harus bangun karena jam sudah menunjukkan pukul setengah 5 pagi. Tasya berjalan menuju kamar mandi untuk mencuci wajah dan mengambil air wudhu, Ibunya berpesan sebelum meninggal jika ia harus rajin melaksanakan sholat 5 waktu dan Tasya yang saat itu berusia 15 tahun mengangguk sambil menangis. Tasya tau jika sholat adalah kewajiban yang harus dilaksanakan oleh setiap muslim di dunia, dan Tasya berusaha untuk tidak meninggalkan sholat walau dalam keadaan sibuk sekalipun. Dengan mukena peninggalan Ibunya, Tasya menunaikan sholat shubuh seorang diri.
Tasya menyibak gorden kamarnya, menatap butiran hujan yang jatuh bergerombol, mengapa hujan turun secara bersamaan, mengapa tidak sendiri-sendiri? Itu pertanyaan yang masih Tasya pendam. Tasya berjalan keluar kamar dengan jaket tebal ditubuhnya, Ia menghidupkan saklar lampu. Tidak ada tanda-tanda kepulangan ayahnya, Ayah dimana sih?
Tasya membuka kulkas lawas, ia menghela nafas sedih. Bahan makanan sudah habis, hanya tersisa botol-botol air minum. Tasya kembali ke dalam kamar untuk membuka dompet buluknya, hanya tersisa uang 30 ribu. Tasya menghela nafas lagi, ia tidak boleh putus asa, rezeki sudah ada yang mengatur. Kita sebagai umatnya hanya perlu berusaha. dengan semangat 45 Tasya bersiap-siap untuk pergi bekerja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married Coz Money (ON GOING)
Romansa[Mature Content 18+] Hanya demi kesenangan dan uang, Ramli tega menjual anaknya. Tasya, gadis malang yang kini harus menikah dengan seorang laki-laki yang telah membayarnya dengan uang senilai dua ratus juta rupiah, dan sungguh mengejutkan lagi tern...