#49 Taehyung, Kenapa Berbeda?

952 181 26
                                    

GREATEST OF ALL TIME
A BTS Fanfiction
Kim Taehyung X Park Jimin

Genre : Slice of Life, Drabble, Fluff
Chapter : #49 Taehyung, Kenapa Berbeda?
Words count : 0.8K+
Disclaimer : All of BTS members belong to their agency and parents, storylines are from various sources (mostly on twitter), original writing is mine.

***

Memang benar, Jimin selalu merasa seakan dirinya menua lebih cepat setiap kali mengomeli Taehyung lantaran tingkah aneh nan absurd laki-laki itu yang tidak ada habisnya. Tapi, bagaimana pun, mau tidak mau Jimin menjadi terbiasa dengan kesehariannya itu selama tinggal bersama Taehyung. Entah bagaimana Taehyung yang suka membuatnya kesal, atau tiba-tiba menjadikan kupu-kupu imajiner beterbangan di dalam perutnya atas hal-hal sepele namun begitu manis yang dia lakukan terhadap Jimin.

Tapi, hari ini lain. Begitu berbeda dan kelewat mendadak. Sejak pagi tadi mereka berangkat ke kampus bersama sampai melewati makan malam, Taehyung sama sekali tidak melakukan apa pun yang biasa dilakukannya untuk membuat Jimin mengomel. Tak banyak bicara, berbanding terbalik dengan biasanya yang suka berisik menggoda Jimin.

Dan tingkah laku Taehyung yang seperti itu tak ayal membuat Jimin menjadi cemas sekaligus takut. Apa yang sebenarnya mengakibatkan Taehyung jadi seperti ini? Apa dia berantem lagi dengan Jungkook? Tapi, Jimin sempat melihat mereka berdua bercanda-tawa di dekat gedung fakultas mereka. Jadi, sebetulnya ada apa? Saat Jimin tanya tadi pun Taehyung hanya menggeleng dan membalas singkat, "Nggak ada apa-apa."

'Apa aku berbuat salah sampai Taehyung marah sama aku?' Jimin bertanya-tanya dalam batinnya. Dia melirik takut-takut pada pemuda Kim yang sibuk fokus dengan laptop-nya, mengerjakan tugas di atas tempat tidurnya, di samping kiri Jimin.

Jimin menelan ludah, mendadak dia mendapatkan ide untuk memastikan asumsinya. "T-Taehyung," panggil Jimin, dirinya pun tidak mengerti kenapa menjadi tergagap begitu, "Aku mau peluk."

"Hm?" Jemari Taehyung yang semula menari-nari di atas keyboard langsung terhenti, ia menoleh dan memandang Jimin tanpa ekspresi.

Jimin menggigit bagian dalam mulutnya. Iya. Itu ide Jimin. Kalau Taehyung tidak menuruti kemauan Jimin, maka sudah bisa dipastikan Taehyung sedang marah padanya. Kalau Taehyung memeluk—

Taehyung benar-benar memeluknya. Ia mendekap Jimin, tidak begitu erat namun Jimin bisa merasakan ketulusan di sana. Taehyung bahkan melarikan jari-jarinya untuk menyusuri surai lembut Jimin.

Pemuda Park itu memejamkan mata, menghirup dalam-dalam aroma Taehyung yang selalu menjadi favoritnya. Sejenak ia melupakan fakta bahwa Taehyung bersikap dingin padanya seharian ini.

Kemudian Taehyung sedikit mendorong tubuh Jimin, mengubah posisi tubuh lelaki yang lebih mungil darinya itu sedikit lebih menyamping supaya dia bisa memandang wajahnya. Jimin masih menyandarkan kepalanya di pundak Taehyung, sementara sebelah tangan Taehyung masih mendekap bahu Jimin.

"Kenapa tiba-tiba?" Taehyung bertanya lirih, suaranya yang berat dan sedikit serak itu menjadikan Jimin samar-samar bergidik. Taehyung hampir tidak pernah berbicara selembut dan sedalam itu, yang mana tentu saja terasa asing bagi Jimin.

Manik Jimin bergulir ke atas dan seketika bertemu dengan netra tajam milik Taehyung. Segera Jimin alihkan pandang dan cepat-cepat meraih tangan kiri Taehyung yang sedang menganggur untuk digenggamnya erat-erat. Entah, sepertinya sudah menjadi refleks Jimin untuk menggandeng tangan Taehyung setiap kali dia merasa takut.

Ya, Jimin takut dengan perilaku Taehyung yang tidak biasa ini. Sampai—

"Astaga, Jimin! Kamu kenapa? Kenapa takut? Ada apa?"

—kebawelan Taehyung kembali muncul di permukaan.

Pemuda Kim itu begitu cepat menangkap sinyal Jimin yang ketakutan hanya dengan sebuah genggaman tangan. Raut wajahnya terlihat benar-benar panik. Taehyung menyatukan jari-jarinya dengan milik Jimin sementara tangan kanannya mendekap tubuh Jimin lebih erat. "Aku di sini, kok! Aku di sini, jangan takut, Jimin. Ada aku," ujar Taehyung sembari mengecup puncak kepala Jimin.

"Eh...?" Jimin tertegun, dia melongo kebingungan. Tahu-tahu Taehyung jadi kembali bawel, apa juga penyebabnya?

"Sudah, sudah. Nggak apa-apa, nggak ada yang perlu ditakutkan. Kamu aman sama aku," sambung Taehyung, menyandarkan pipinya pada kepala Jimin. Ibu jari Taehyung memberikan usapan lembut pada permukaan tangan Jimin.

Jimin menghela napas lega, ia memejamkan matanya dan menyamankan posisi kepalanya di pundak Taehyung. "Taehyung seharian ini kenapa jadi dingin sama aku? Waktu aku tanya, jawabnya cuma 'nggak apa-apa'. Kan aku jadi takut. Aku takut kalau Taehyung mendiamkan aku begitu."

"Aah... iya juga, Jimin takut ya, kalau aku diamkan? Kenapa aku bisa lupa?" Taehyung bergumam pada dirinya sendiri. "Maaf ya, Jimin. Aku nggak bermaksud bikin kamu takut. Itu sebenarnya karena aku tadi habis baca salah satu buku Kak Namjoon, katanya kalau cowok bertingkah dingin tapi manis bisa bikin jatuh cinta. Makanya aku coba biar kamu jatuh cinta sama aku."

Jimin mendecak kesal. Cih, jadi karena alasan bodoh begitu? Menyebalkan, padahal Jimin sudah terlanjur takut. Tapi, saat ini Jimin sedang tidak mood mengomel lantaran posisinya yang begitu nyaman saat ini. Jadi, Jimin cuma bilang, "Taehyung itu mau bagaimana juga bakal tetap jelek dan menyebalkan. Nggak usah sok-sok an begitu, sebal. Aku marah. Aku nggak mau jatuh cinta sama cowok dingin, aku maunya sama Taehyung."

"Aaww, tumben sekali marahnya soft begini." Taehyung malah cengengesan dan menggusak hidungnya pada pelipis Jimin. "Besok, ayo kita menikah."

Mendengar itu, Jimin tak kuasa menahan tawa gelinya. "Iya, aku lebih suka Taehyung yang begini. Ayooo menikaaahh!" Jimin melingkarkan tangannya pada perut Taehyung dan tertawa lepas.

***

Author's Note

Gatau, aku juga capek liat mereka dikit-dikit bilang menikah tapi hubungan gajelas. Dasar bocil.

Enjoy!

Greatest of All Time [VMIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang