#57 Jimin, Aku Kangen

826 180 110
                                    

GREATEST OF ALL TIME
A BTS Fanfiction
Kim Taehyung X Park Jimin

Genre : Slice of Life, Drabble, Fluff
Chapter : #58 Jimin, Aku Kangen
Words count : 0.8K+
Disclaimer : All of BTS members belong to their agency and parents, storylines are from various sources (mostly on twitter), original writing is mine.

***

Kalau harus memilih dari skala satu sampai sepuluh, Taehyung mungkin akan menunjuk angka minus untuk menggambarkan suasana hatinya malam ini. Sebab untuk pertama kalinya setelah sekian lama, Taehyung harus menghabiskan malamnya sendirian tanpa Jimin selama dua malam.

Jimin bilang, dia harus pulang ke Busan untuk merayakan pesta pernikahan sepupunya, juga untuk temu kangen dengan keluarganya di sana. Taehyung tentunya tidak punya hak untuk melarangnya pergi, terlebih saat liburan semester sudah berada di beberapa langkah. Masih ada satu mata kuliah lagi yang belum Jimin jalankan ujiannya, dan itu akan dilaksanakan minggu depan. Jimin masih punya cukup waktu untuk pulang dan menginap sebelum kembali ke rumah sewanya dengan Taehyung untuk belajar. Sementara Taehyung, dia tidak bisa memaksa untuk ikut Jimin sebab dia harus menetap demi ujian terakhirnya saat kamis besok.

Mengetuk-ngetuk pulpennya pada permukaan meja belajar, Taehyung tak bisa fokus untuk belajar. Rumahnya terlalu sepi jika dibandingkan dengan sehari-harinya yang diwarnai dengan suara Jimin, entah itu mengomel atau merengek meminta perhatiannya.

Lantas Taehyung membanting kepalanya di atas meja, membiarkan pelipis dan pipi kirinya membentur tumpukan buku catatan di sana. "Kangen Jimin...," rintihnya.

Kemudian lelaki itu tersadar, apakah Jimin selalu merasa seperti ini setiap kali Taehyung meninggalkannya sendirian di rumah? Rasanya sepi sekali, juga bosan begitu mencekik. Seketika rasa bersalah menginvasi benak Taehyung. Segera dia bertekad untuk tidak lagi sering-sering meninggalkan Jimin sendiri, meski kenyataannya dia memang sudah tidak terlalu sering melakukannya.

Kembali menegakkan leher, Taehyung meraih ponsel di samping kanannya dan melihat bahwa jam digital di layarnya sudah menunjukkan pukul sebelas malam. "Masih belum terlalu larut kan, kalau aku menelpon Jimin?" Dia bertanya-tanya pada dirinya sendiri.

Namun, baru saja Taehyung hendak membuka kunci layar, kontak seseorang yang baru saja dipikirkannya segera nampak di layar, memberinya panggilan masuk. Maka Taehyung tak membuang waktu lebih lama untuk segera menerima panggilan tersebut dan merengek, "JIMINKUUU, AKU KANGEN KAMU!"

"Ssstt, Taehyung jangan teriak! Sudah malam, tau," Suara Jimin terdengar berbisik-bisik di seberang sana.

"Memangnya kenapa?" Taehyung mencebik, "Nggak ada yang bakal kebangun. 'Kan, aku sendirian di rumah. Tapi, Jimin, apa kamu nggak kangen aku? Aku kangen kamu sampai mau mati rasanya."

"Hush! Nggak boleh begitu. Taehyung nggak boleh mati, nanti aku sama siapa?" Jimin membalas, masih terdengar berbisik. "Aku juga kangen Taehyung, kok. Kangen banyak-banyak."

Seketika Taehyung merasa pipinya menghangat, bahkan menjalar sampai telinganya. "Hehehe. Kalau begitu, cepat pulang. Aku mau peluk."

"Ini udah pulang, kok?"

"Bukan itu maksudku!" sambar Taehyung, kemudian memilih untuk menyerah pada buku-buku di hadapannya. Dia bangkit dari kursi belajarnya untuk merebahkan tubuh di kasur empuknya. "Bukan pulang ke orang tuamu," sambungnya, "Pulang ke aku. Ke Kim Taehyung."

Beberapa sekon Taehyung tak mendengar balasan Jimin, sampai pada detik berikutnya, Jimin kembali berbisik, "...Taehyung jangan bilang gitu, Jimin malu."

Kekehan Taehyung sukses menguar. "Tapi, kenapa bisik-bisik begitu, sih?"

"Mau kasih kejutan, soalnya." Kini, akhirnya Jimin bersuara dengan jelas. Dan tolong katakan bahwa telinga Taehyung sedang bermasalah karena terlalu kangen dengan Jimin, sebab dia rasa baru saja dia mendengar suara Jimin terdengar samar-samar dari luar pintu kamarnya.

Cklek!

"Taehyung, aku pulaaang!"

Benar saja, itu suara Jimin yang langsung berseru kala pintu kamar Taehyung dibuka. Taehyung tak bisa untuk tidak terbelalak, terlebih saat melihat sosok Jimin yang berlari ke arahnya, bahkan menerjang tubuhnya yang masih berbaring di kasur. Kesadaran Taehyung masih belum utuh saat Jimin memeluknya, serta mengusal wajah pada dadanya.

"J-Jimin?" Taehyung masih tidak percaya, ponselnya saja masih dia tempelkan pada telinga.

Jimin terkikik pelan dan mendongak untuk kembali tertawa saat mendapati raut terkejut Taehyung tepat di depan matanya. "'Kan, udah kubilang, aku udah pulang."

Menelan ludah, masih tidak percaya akan presensi Jimin di hadapannya, Taehyung akhirnya memutuskan hubungan telepon di ponselnya dan melarikan tangannya untuk merengkuh pinggang sempit Jimin. "Tapi, bukannya kamu bilang bakal pulang besok? Seharusnya aku jemput kamu di stasiun, ini udah malam sekali. Kamu pulang naik apa?"

Senyum Jimin seketika luntur, tergantikan oleh bibirnya yang merengut. "Kok Taehyung nggak terlihat senang? Nggak suka aku pulang lebih cepat?"

"E-eh? Enggak!" Taehyung langsung mendekap tubuh Jimin lebih erat, tangan besarnya menangkup belakang kepala Jimin untuk ia sandarkan kembali pada dadanya. "Aku senang kamu pulang cepat, tapi aku khawatir, Jimin. Sekarang banyak pedofil cabul berkeliaran malam-malam, aku takut bayiku ini jadi korban. Aduh, jangan sampai." Taehyung menggesek-gesekkan pipinya pada puncak kepala Jimin.

"Aku bukan bayi," sambar Jimin, masih dengan bibirnya yang cemberut, meski dia juga tidak berontak saat diperlakukan demikian oleh Taehyung.

"Kamu bayiku, Jimin."

"Bukan. Aku pacar Taehyung."

"O-oh. Iya juga." Taehyung langsung mendapati degup jantungnya menjadi tak karuan, seketika merasa was-was Jimin mendengarnya, sebab faktanya, kini telinga Jimin tengah menempel di dadanya. "Jimin pacarku, sayangku, bayiku, kucingku, anak ayamku. Jimin punyaku, pokoknya."

Jimin segera menyembunyikan wajahnya di dada Taehyung demi menghindar supaya Taehyung tidak menyaksikan wajahnya yang bak kepiting rebus. "Taehyung juga punyaku!"

***

Nggak boleh baper!

Greatest of All Time [VMIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang