Keenambelas

29 15 6
                                    

Tubuhku terasa berat dan sendiku terasa linu, ku usap wajahku kasar kepalaku terasa berat sekali.

Ku perhatikan sekitar, sepertinya aku berada dikamar. Seingatku sore kemarin aku minum banyak ku turunkan kakiku dari kasur aku hendak ke kamar mandi.

Gemuruh ku rasakan berasal dari perutku sepertinya aku akan muntah.

Kupegangi perutku rasanya isi perutku ini ingin cepat keluar dari sana, namun sedetik kemudian aku menelan lagi hal yang seharusnya aku muntah kan.

Ku tegakkan badanku berusaha menyeimbangkan diri. Aku melihat kebawah karena sepertinya ada yang aneh.

"Kenzie lo kenapa tidur di disini?"ujarku sambil menggoyangkan kakiku ke punggungnya agar ia bangun.

"Gue ga boleh tidur disini? kalau gitu gue pindah ke kolong."

Ia lalu menggulingkan tubuhnya ke bawah kolong tempat tidur.

"Seriously?!!!" batinku sebal.

Ku tarik kakinya kasar keluar dari kolong tempat tidur ia masih saja tertidur seperti tidak merasakan apa-apa.

"Kenzie!" bentakku sambil menggoyangkan tubuhnya dengan kasar.

"Hmm?" balasnya malas tanpa membuka mata.

Mataku melotot sempurna ku lihat jam dinding baru menunjukkan pukul satu dini hari.

Kujatuhkan tubuhnya kepalanya terbentur aku yakin itu sakit tapi ia tidak bangun juga! benar-benar seperti mayat.

Kuseret kakinya keluar dari kamarku, ku letakkan tubuhnya di lantai yang dingin itu lalu ku tutup pintu kamar bermaksud untuk melanjutkan tidur.

Belum aku sempat merebahkan diri Kenzie masuk lagi ke kamarku ia cemberut.

"Lo kenapa sih?!"

"Apanya yang kenapa?" ujarku dengan suara orang khas bangun tidur.

"Gue bela-belain gendong badan lo yang beratnya melebihi kudanil itu ke kamar. Dan Lo nyeret gue keluar dari sini?!"

"Jadi si bodoh ini yang membawaku" batin ku santai.

"Salah?" ucapku.

Ia menggertakkan giginya lalu mendengus "enggak!"

"Yaudah" aku lalu merebahkan tubuhku dan memejamkan mata.

Kenzie lalu pergi keluar kamar, saat aku sudah mulai hanyut dalam mimpi aku merasakan lenganku tersengat sesuatu yang dingin.

Ku buka mataku ternyata itu Kenzie dengan satu botol minuman ditangannya.

Ia lalu nyengir kuda ke arahku.

"Ayo minum!" ujarnya ceria.

Aku mengangguk tanda setuju, ia lalu mengambil satu botol lagi dari meja kecil di samping tempat tidurku. Jumlahnya ada empat botol.

Ia lalu memberi satu botol padaku aku tersenyum dan menerima botol itu dengan senang hati.

"Cheers!" teriak nya.

"Jangan teriak bego nanti yang lain kebangun"

"Tenang setiap kamar Villa ini dilengkapi dengan penyadap suara jadi gak bakalan ganggu atau suara kita bakalan di dengar dari luar" jelas Kenzie.

"Cheers!" ujarku semangat.

Ting!
Botol minuman kami menyatu lalu dengan cepat Kenzie menelan hampir semua air dari botol itu.

Aku takjub! bukan maksudku lihatlah gadis ini seperti sudah terbiasa minum melihat dari cara ia menghabiskan minuman ber alkohol itu.

Ku teguk sedikit minuman itu, meski sepertinya perutku masih perlu waktu untuk penyesuaian saat bahan asing masuk kedalam perut bahan baru aku aku cicipi.

Vernon Arzeallna ( √END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang