keduabelas

40 15 8
                                    

"Now the day bleeds...into nightfall...and you're not here...to get me through it all...i let my guard down...and then you pulled the rug...i was getting kinda used to being someone you loved...."

Senandung merdu nyaring terdengar memenuhi lorong gang sempit itu, suara merdu itu berasal dari Vernon yang berusaha mengusir sepi di tengah malam seperti ini, ia berjalan menyusuri lorong gang yang minim pencahayaan.

Sekarang tepat pukul satu dini hari, Vernon memperhatikan ponselnya melihat notifikasi pesan, rasanya berbeda saat pertama kali Kenzie mengirim pesan kepadanya. Kali ini Vernon tersenyum membaca pesan dari Kenzie, seakan-akan semua kupu-kupu di dalam perutnya berterbangan memenuhi ruang di dalam perutnya. Rasanya sangat menyenangkan, rasanya ah... sangat sulit untuk di jelaskan. Apakah ini cinta???

Di ujung berjarak beberapa meter dari Vernon berdiri saat ini tepat di depan pintu kosan, seorang pria tampak sedang frustasi baju lusuh, rambut acak-acakan ditambah ia sedang merokok.

Vernon menyimpan ponselnya di kantong celananya, mempercepat langkahnya karena ia tahu pasti pria itu siapa.

"Bang" Vernon lalu memegang pundak pria itu.

"Lo buat gue terkejut aja" pria itu terkekeh.

"Ada apa Bang Yog? ada masalah?" tanya Vernon kepada pria dihadapannya jujur ia sedikit khawatir kepada Yoggy.

"Lo tau Ver? nyokap nya Amanda sakit haha" ujarnya tertawa suaranya serak jelas ia sedang menyembunyikan luka.

"Lanjut ceritanya Bang" Vernon lalu mengusap punggung Yoggy berusaha menguatkan pria itu.

"Gue gak tau harus nyari uang dimana, secara gue kerja cuma di pom bensin dan kerjanya gak tiap hari... ditambah Amanda yang baru di pecat dari pekerjaanya... kayanya gue gagal nikah tahun ini."

"Emang nyokapnya Amanda sakit apa Bang?"

"Kanker darah dan begonya lagi gue sama Amanda ga tau dia udah menderita selama satu bulan lebih" kemudian Yoggy terisak dadanya begitu perih.

"Wajar Abang ga tau nyokapnya Amanda sakit keras secara kita semua tingg di kota dia di kampung."

"Terus Amanda dimana sekarang Bang?"

"Dirumah sakit Ver, dia juga kayanya sangat terbebani di pecat dari tempat bergantung hidup satu-satunya tanpa alasan. Gue juga bingung mau cari uang dimana biaya cuci darah aja sekitaran sejuta untuk dua kali chek up" Yoggy lalu menghisap rokok ditangannya dan menghembuskan asapnya ke langit.

"Dunia gak adil banget ya Ver" Yoggy lalu terkekeh.

"Gini aja Bang, lo gantiin gue kerja di supermarket. Nah, gue kan kerja seminggu doang disana nanti gue coba ngomong sama managernya buat keeja fulltime disana. Gue kenal managernya kok orangnya baik."

"Terus lo gimana?"

"Dan untuk Amanda dia kerja di Cafe shift sore sampai jam dua belas malem, nanti gue minta buat pertukaran shift sama anak-anak yang lain."

"Lo nya gimana Vernon?"

"Gue? gak usah khawatir bang tempat kerja gue banyak kok meski gajinya ga sebanyak keeja di Cafe atau supermarket."

"Makasih ya Ver" ujar Yoggy terharu.

"Untuk biaya nyokapnya Amanda gue cuma bisa bantu sekitaran dua jutaan Bang..."

"Uang dari mana lo?"

"Uang tabungan buat kuliah gue bang,"

"Enggak Ver, lo kasih kerjaan utama lo buat kami berdua itu juga cukup. Uang tabungan lo simpan aja lo juga ngumpulin uangnya susah payah."

Vernon Arzeallna ( √END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang