kedelapanbelas

29 12 4
                                    

Terhitung tiga hari sejak kejadian kemarin, dan semua berjalan normal aku sangat bersyukur.

Ku tatap diriku di depan cermin aku tersenyum tidak ada yang berubah kecuali berat badan ku yang bertambah lima kilogram, itu mungkin efek aku tidak berolahraga selama beberapa hari... mungkin.

Ku kenakan dress berwarna merah muda pucat dan heels lima centimeter berwarna putih, rambutku ku biarkan tergerai ku sapukan sedikit make up pada wajah polos ku.

Hari ini aku siap menjadi Kenzie yang dulu, bukan Kenzie yang pemurung, Kenzie Fatihah Rahmat Nugroho gadis yang menyukai Vernon Arzeallna.

Aku memantapkan tekadku.

Oh iya aku lupa memberi tahu kalau dirumahku saat ini ada pesta barbeque kecil-kecilan mengingat papa dan mama yang sedang berada di Australia membuat kami bebas berbuat sesuka hati dirumah, selama masih batas wajar.

Ku edarkan pandanganku ke sekeliling, tidak ku temukan keberadaan Vernon.

"Vernon di mana?" tanyaku pada Farhan yang sibuk menguyah sosis.

Farhan hanya menggeleng.

Ku cari keberadaan Vernon disekitar kolam renang, tapi tidak kutemukan penampakan sosok Vernon.

"Hei"

Seseorang memegang pundak ku, aku yakin itu Vernon ku putar tubuhku seketika senyumku pudar.

"Lo bukan Vernon" ucapku refleks.

Ia terkekeh kecil, "iya gue bukan Vernon. Gue Reno."

"Iya gue tau" jawabku sambil tersenyum.

"Bodoh" gumamnya tapi masih nyaring terdengar.

"Apa?!" tanyaku berusaha memastikan perkataan Reno.

"Lo bodoh dan otak udang lo itu cuma isinya Vernon."

Aku tertawa lalu menggaruk tengkuk ku yang tak gatal.

Ia terkekeh lagi, "bodoh."

"Gue ga bodoh gue cuma males aja nunjukkin kalau gue itu pintar" ujarku angkuh melakukan pembelaan diri.

"Hahaha lo lucu" ia kemudian tersenyum.

"Lo mau daging barbeque nya gak? biar gue ambilin" tawarku berusaha merubah topik pembicaraan.

"Boleh-boleh"

Aku lalu berjalan menuju chef yang memasak makanan itu, meski pun ini namanya pesta barbeque kecil-kecilan yang datang lebih dari tiga puluh orang. Sebagian orang yang datang teman sekolah kak Lizzy yang berasal dari Amerika.

Untuk apa mereka datang jauh-jauh hanya untuk menghadiri pesta seperti ini.

Maksud ku siapa yang tidak mau makan daging berkualitas tinggi bahkan untuk mereka sampai disini mereka di jemput menggunakan pesawat pribadi milik perusahaan papa, mereka juga di berikan uang jajan serta hotel bintang lima untuk menginap.

Kalau dipikir-pikir kak Lizzy lebih boros dari aku.

Kuberikan Reno piring berisi potongan daging hasil barbeque, ia menerimanya dengan senang hati.

"Kak Lizzy dimana yah? gak sopan banget temannya disuruh nunggu dia dandan aja lama banget" gerutuku.

Reno memberhentikan aktivitas makannya, "kenapa lo gak samperin aja?"

"Ide bagus!" batinku.

Aku mengangguk lalu permisi pergi kedalam rumah untuk menjumpai kakak tercintaku.

Pintu kamar kakak ku tidak tertutup rapat, aku hendak mendorong pintu itu sebelum aku mendengar suara lenguhan yang sangat nyaring di telinga.

Aku berusaha berpikir positif, ku intip sedikit aktivitas kakak ku ia sedang beradu lidah dengan seorang pria.

Maksudku aku tau kakak dan Erwin baru dekat tapi kenapa mereka berani melakukannya, apa mereka sudah jadian?

Beruntung sekali kakak Lizzy ia langsung mendapatkan balasan cinta tanpa harus mengemis seperti ku.

Aku tersenyum getir dan memutar heels ku bermaksud meninggalkan ruangan itu takut mengganggu aktivitas kakakku.

Aku menganga lebar lalu menutup mulutku menggunakan tangan kanan ku, aku tidak percaya dengan apa yang aku lihat.

Aku mengerjap mataku beberapa kali memastikan aku tidak salah melihat.

"Lizzy di dalam?" tanya Erwin dengan suara kecil dan ia tersenyum.

Ku perhatikan tangan kanan Erwin yang memegang mawar merah yang masih segar.

"Jadi yang di dalam siapa? " batinku bertanya-tanya.

Erwin mengacak rambutku pelan, "adik ipar" ujarnya ia lalu tersenyum.

Erwin melalui tubuhku yang mematung dan masuk ke dalam ruangan yang ku intip tadi.

Ku tutup mataku saat mendengar Erwin berteriak mengumpat aku juga mendengar suara sesuatu yang pecah dilantai.

Kaki ku bergetar hebat menahan rasa takut aku membuka lebar pintu itu,

Brug!
Kakiku lemas seketika melihat Erwin sedang memukuli pria itu, pria itu.... Dia Vernon!!!

Seketika aku merasakan sakit yang teramat begitu hebat, dadaku benar-benar sesak. Bagaimana bisa mereka bersama diruangan ini? berdua?! pria yang kusayang dengan kakak ku sendiri?!!

Ku perhatikan kakak ku yang sedang histeris di pojok ruangan, bajunya kacau wajahnya juga tak kalah kacau.

Beberapa orang datang dan memisahkan Erwin yang membabi buta memukuli Vernon.

Vernon pun tampak tidak berdaya terdapat banyak luka lebam di wajahnya dan sudut bibir yang membiru ditambah bagian belakang kepalanya yang tidak henti-hentinya mengeluarkan cairan berwarna merah pekat dan berbau anyir itu.

"Bagai...mana bagaimana bisa kalian ngelakuin ini ke aku?!!" teriakku frustasi lalu mengacak-acak rambutku sendiri.

Aku melepas heels ku secara paksa dan melemparkannya kearah Vernon.

"Lo jahat! Bagaimana lo bisa ngelakuin ini sama gue?! kenapa!!!" teriakku seperti orang gila.

Vernon berjalan tertatih ke arahku lalu ia berusaha memeluk tubuhku.

"Lo jahat!" teriakku lalu mendorong tubuhnya.

Erwin melepas paksa pegangan tangan mereka dari tubuhnya.

"Lepasin gue bangsat! "

Ia lalu menatap ke arah Vernon yang terjatuh di lantai.

"Gue gak nyangka" hanya tiga kata itu yang terucap dari bibir Erwin setelah merasa dikhianati oleh sahabat sekaligus pacarnya sendiri.

Erwin lalu melenggang pergi meninggalkan ruangan itu.

Reno mengangkat tubuhku ia membantu ku berdiri.

"Gue benci lo kak! gak cukup apa lo ngambil semua aset dan papa dari gue?! "

Ku dorong tubuh Reno menjauh dari ku.

"Fuck!" teriakku lalu melenggang pergi meninggalkan mereka semua.

Aku berjalan di tengah jalanan sepi rambutku berantakan, bajuku acak-acakan aku bahkan tidak memakai alas kaki.

Kalian tahu apa yang paling hancur daripada penampilan ku saat ini? hatiku.


****

Jangan lupa tekan bintang di pojok kiri bawah ya 😘😭❣️

See u 💔🎃

Vernon Arzeallna ( √END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang