Kelimabelas

40 17 4
                                    

Sudah terhitung delapan jam sejak kejadian kemarin, dan Amanda masih saja demam bahkan sesekali dia bergumam memanggil ibunya.

Aku prihatin terhadap gadis malang ini, seharusnya ia disini bersenang-senang tapi ah... sudahlah tidak ada gunanya meratapi ini semua.

"Amanda, bangun dulu kita sarapan ya" ujarku berkata dengan lembut.

Aku tidak berniat memberi tahu soal Amanda yang sakit kepada Yoggy, aku takut menambah beban pikiran sahabatku itu. Aku dan Reza juga sudah sepakat akan hal ini bahwa alami akan menjaga Amanda sampai sembuh.

Amanda membuka matanya sepertinya pusing masih menderanya, ku bantu ia duduk.

Matanya mengerjap beberapa kali ku sendok kan bubur nasi itu sedikit dan me iup-nya lalu memberikannya kepada Amanda.

Ia menerimanya, hanya terhitung tiga suap bubur yang masuk kedalam kerongkongan nya.

"Gue taruh ini dulu didapur bentar lagi gue balik bawa obat buat lo"

Amanda hanya mengangguk lemah, tatapannya kosong matanya sebam bibirnya sangat pucat tapi syukurlah tubuhnya tidak sepanas kemarin.

Ku ambil obat dari kotak obat darurat menuangkan air putih hangat.

Lengan mungil melingkar di perutku, ku putar tubuhku dan mendapati Kenzie memelukku erat.

Ku lepas pelukannya.

"Jangan berlebihan gue gak suka" ujarku datar.

Kenzie memanyunkan bibirnya, "kangen" ujarnya manja lalu memelukku lagi.

"Jangan lebay gue ga suka, lepasin gue gue ada urusan penting "

"Lo ga capek apa ngurusin cewek itu?"

"Apa maksud gadis bodoh ini?!" batinku.

Matanya berkaca-kaca, okey ini sudah terlalu berlebihan untuk masalah yang sepele seperti ini.

"Lo bisa gak sih sama gue satu hari? kita main bareng bercanda bareng gue gak mau lo ngurusin cewek itu. Lagian kenapa Lo bawa cewek lain ke pulau gue saat gue hanya ngundang Lo dan teman-teman lo."

Suara Kenzie parau.

"Ya udah besok gue sama Amanda bakalan ninggalin lo dan gue juga ga butuh nginep di pulau lo... Gue kira lo ngajak gue kemari sama temen-temen buat senang-senang bareng. Ternyata gue salah masih nyari kesempatan lo ck."

Ku ambil obat dan air putih itu lalu pergi menaiki tangga.

"Sebegitu pentingnya Amanda buat lo?" teriak Kenzie.

Aku tidak mengubris ucapannya, aku terus melanjutkan langkah kakiku.

"Mungkin Kenzie salah paham mengenai Amanda karena mereka hanya berkenalan kemarin tanpa tau kebenaran Amanda itu pacarnya sahabatku. Tapi siapa peduli?" batinku.

Ku buka pintu kamar Amanda lalu kuletakkan air dan obat itu diatas meja putih.

Ku langkahkan kaki lalu membuka gorden serta jendela agar aingin dapat masuk.

Kugoyangkan tubuh Amanda agar ia bangun, tapi ia tidak bangun juga.

Kupegang keningnya, astaga... panasnya meninggi lagi. Dengan cepat ku duduk kan tubuhnya, ia menatapku bingung.

Tanpa diduga ia melumat bibir ku aku tidak munafik rasanya nikmat.

Dan tanpa memperdulikan status Amanda sebagai pacar sahabatku aku membalas ciuman panasnya ini, ia terlihat lihai melakukannya berbeda denganku yang baru pertama kali melakukannya.

Vernon Arzeallna ( √END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang