"Ma, Papa berangkat, ya." Seungwoo berpamitan sesaat setelah sarapan. Anak-anaknya sudah terlebih dulu menunggunya di luar, karena ini hari pertama tahun ajaran baru, jadi mereka harus berangkat lebih pagi dari hari-hari biasanya.
Melihat anak-anaknya sudah bergegas keluar, Seungsik juga turut menyiapkan keperluan suaminya. Ia tidak mau anak-anak itu mengomel dengan segala macam protes karena harus menunggu lama.
"Oya, nanti aku pulang telat. Agak maleman, deh, kayaknya. Aku ada janji reuni sama temen-temen," imbuh Seungwoo.
"Reuni? Kok, malem?" tanya Seungsik yang turut mengantar ke depan rumah.
"Iya. Cuma sahabat-sahabat aku. Mumpung Jinyoung sama Jooheon lagi pulang kampung."
"Berarti sama Namjoon dan Jongin juga?"
"Pastinya. Nggak usah tunggu aku makan malem, ya. Bilangin sama anak-anak."
"Iya. Kamu hati-hati, ya. Jangan lupa pulang," pesan Seungsik. Wajahnya sedikit menyiratkan kecemasan.
Seungwoo tersenyum melihat itu. Dirangkulnya sang istri untuk memberinya kepercayaan.
"Aku pasti pulang. Nanti telepon aja kalo aku belum pulang lewat jam sepuluh."
Seungsik mengangguk. Ia lantas menyerahkan tas kerja Seungwoo setelah mendapat sebuah kecupan di kening dan melepas kepergian suami beserta anak-anaknya dengan lambaian tangan.
♧♧♧
Seungwoo melirik jam di pergelangan tangan kirinya. Pukul tujuh. Belum terlalu malam, sepertinya ia bisa pulang tidak lebih dari pukul sepuluh. Belum tahu jika nanti malah keenakan mengobrol dengan sahabat-sahabatnya. Biasanya mereka suka lupa diri, berasa kembali muda lagi.
Untung saja tadi jalanan sudah tidak terlalu macet, jadi Seungwoo bisa sedikit menghemat waktu. Untungnya lagi, Namjoon memilih kafe yang lokasinya tidak terlalu jauh dari kantor Seungwoo, hanya butuh sekitar sepuluh menit untuk tiba di sana.
Suasana agak temaram dan alunan musik klasik menyambut Seungwoo saat ia masuk ke dalam kafe itu. Dirinya tertegun dengan interior kafe ini. Hampir tidak ada ornamen di dalamnya, hanya beberapa lukisan dan bunga-bunga hias. Di paling ujung ruangan, terdapat meja kasir yang didesain seperti mini bar dengan aneka minuman dan varian gelas terpajang apik di rak yang menghadap ke area meja pengunjung.
Seungwoo tampak berpikir, ia ragu apakah tempat ini benar-benar kafe atau bar. Tak mau ambil pusing, Seungwoo melanjutkan langkahnya ke meja di salah satu sudut ruangan yang telah terisi empat orang pria sebayanya, menyisakan sebuah kursi untuk dirinya. Ah, rupanya dia sedikit terlambat.
"Halo! Halo! Udah dari tadi?" sapanya setelah tiba di meja itu.
"Nah, ini dia yang ditunggu. Kenapa telat, Woo? Deket, loh, padahal," balas Jongin.
"Sori. Tadi masih meeting. Kalian udah lama?"
"Baru aja. Sekitar lima belas menit lah." Giliran Namjoon menjawab.
"Apa kabar, Woo?" sapa seseorang yang duduk tepat di samping Seungwoo.
"Baik. Gila, Jinyoung! Lu apa kabar? Udah berapa tahun lu di negeri orang?" Seungwoo menyapa seraya memeluk erat sahabatnya itu.
"Belum lama. Buktinya lu masih inget gue."
"Gue, sih, inget, elunya yang lupa," balas Seungwoo setengah menyindir.
Tawa mereka meledak dengan Seungwoo yang masih merangkul Jinyoung.
"Gue nggak disapa, nih, Woo?" protes seseorang di kursi yang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
KELUARGA PELANGI [VICTON]
FanfictionDua puluh tahun menikah dan dikaruniai empat orang anak yang mulai beranjak dewasa membuat Kirana bersyukur bisa bertahan sejauh ini mengingat ia pernah ingin menyerah di awal pernikahan. Ia bahagia dikelilingi orang-orang tercintanya, suaminya Seno...