Seorang gadis cantik berwajah mungil bertepuk tangan dengan semangat setelah sekelompok band mengakhiri lagu mereka. 'A Thousand Miles' milik Vanessa Carlton sukses mengalun sempurna dari bibir sang vokalis, mengakhiri sesi latihan mereka setelah dua jam. Meskipun dirilis sebelas tahun lalu, tapi lagunya tak pernah lawas di telinga.
"Ih, keren! Udah siap manggung, nih, kalian," puji gadis itu pada teman-temannya yang sibuk meletakkan alat musik.
Si vokalis bergabung dengannya yang sejak tadi duduk khidmat di sofa. Menjadi penonton tunggal.
"Udah punya nama buat bandnya belum?" tanyanya.
"Udah ada. Sejun, tuh, yang bikin."
"Apa namanya, Jun?"
Sejun menoleh. Ia meletakkan gitarnya di sudut dekat drum sebelum menjawab pertanyaan kawan mungilnya itu. "Nocturne. Artinya nyanyian malam."
"Indie banget ya, Jun?" timpal seorang temannya yang paling jangkung. Ia kebagian jadi bassist. Sejun hanya menanggapinya dengan tawa.
"Seok, kita udah bisa tampil, nih. Cariin panggung, dong," seru Sejun seraya menghampiri dua gadis yang sekarang sedang mencamil keripik singkong.
"Gampang, sih, itu, Jun. Kalian bisa mulai dari kafe-kafe dulu. Jinhyuk bisa kali, ya, open live music di kafenya?" Gadis itu memberi penekanan pada kalimat terakhirnya sambil melirik pada sosok jangkung yang duduk di sampingnya.
"Bisa, kok, Sayang. Nanti aku aja yang bilang Om Donghae."
"Seok, lu yakin nggak mau gabung di band?" Si vokalis bertanya.
"Gue jadi manajer kalian aja. Nggak suka gue, tuh, tampil-tampil di depan publik, nanti makin banyak yang naksir gue."
"Cih, pede banget. Hyuk, pacar lu, tuh," ledek cowok yang sejak tadi bersembunyi di balik perangkat drum. Chanhyung namanya.
"Iya lah, pacar gue. Masa pacarnya Rowoon?" sahut Jinhyuk.
"Boleh, kok, Hyuk. Kali aja lu mau tukar tambah." Rowoon--manusia paling jangkung di tempat itu--menyahut dengan yakin, yang kemudian mendapat protes dari yang bersangkutan.
"Eh, ini udahan, ya? Udah boleh pulang nggak?" Si vokalis kembali bersuara.
"Dabin mau pulang?"
"Iya, Seok. Mau nugas. Kudu dikumpulin besok pagi-pagi banget."
"Pulang, Bi? Ayo, aku anter." Sejun menawarkan diri.
"Ayo. Sekarang, ya? Kamu nggak mau pergi bareng mereka, kan?"
"Nggak, udah enek liat muka mereka tiap hari," sahut Sejun santai. Detik berikutnya, ia malah kelimpungan mengamankan diri saat teman-temannya melemparinya dengan kulit kacang.
"Heh, udah, deh. Liat, tuh, sampahnya ke mana-mana. Bersihin atau kalian nggak pulang!" Si gadis berwajah mungil bernama Wooseok itu mencak-mencak setelah mendapati studio miliknya penuh sampah kulit kacang bertebaran tak beraturan.
Ancamannya berhasil menundukkan cowok-cowok yang hampir dua kali lipat lebih jangkung darinya. Namun, Sejun selamat kali ini. Sebelum ia terlibat masalah lebih jauh, Sejun buru-buru kabur dengan dalih mengantar Dabin--si vokalis--pulang. Ia yakin, teman-temannya belum tentu bisa selamat dari bombardir omelan Wooseok.
"Bi, ini pake." Sejun mengangsurkan jaketnya pada Dabin sebelum ia memposisikan diri di motornya. Gadis itu menatap ragu, tak langsung menerima jaket Sejun.
"Aku pake sweater, Jun. Udah tebel ini, nggak bakal dingin, kok," dalihnya.
"Udah pake aja. Kamu gampang flu soalnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
KELUARGA PELANGI [VICTON]
FanfictionDua puluh tahun menikah dan dikaruniai empat orang anak yang mulai beranjak dewasa membuat Kirana bersyukur bisa bertahan sejauh ini mengingat ia pernah ingin menyerah di awal pernikahan. Ia bahagia dikelilingi orang-orang tercintanya, suaminya Seno...