(23) The First New Step

23 7 0
                                    

Seungsik menelungkupkan sendok dan garpunya di atas piring tanpa menyebabkan bunyi dentingan. Ia menyelesaikan makan malamnya lebih cepat daripada anggota keluarga lainnya. Sepasang matanya lalu mengitari meja makan, menatap satu persatu orang-orang terkasihnya dengan gelisah. Tak ada yang kurang, semuanya lengkap.

Sejun sedang pulang ke rumah, kepulangan pertamanya sejak ia memutuskan untuk tinggal sendiri. Tadinya Sejun hanya berniat mampir sebentar dan langsung kembali ke kos, tetapi Seungsik memintanya untuk menginap. Tentu saja Sejun tak bisa menolak permintaan mamanya, belum lagi saat ketiga adiknya muncul dan turut mendukung bujukan sang mama, makin lemahlah pertahanan Sejun. Akhirnya dia menurut dan mengabulkan permintaan mereka untuk menginap barang semalam saja.

Alih-alih senang mendapati keluarganya lengkap, Seungsik malah semakin was-was. Lebih-lebih ketika satu persatu dari mereka selesai dengan makan malam mereka, Seungsik merasa jantungnya berdegup lebih cepat.

"Ehm, Mama mau ngomong sesuatu." Suara Seungsik akhirnya muncul meski agak pelan dan terdengar seperti gumaman. Namun, ternyata mampu mencapai telinga seluruh penghuni meja makan, sehingga Seungsik tak perlu mengulangnya dua kali seperti yang ia takutkan.

Kini, seluruh pasang mata mengarah padanya, menuntut penjelasan lebih tanpa bertanya apa yang ingin Seungsik sampaikan. Mengerti dengan situasinya, Seungsik kembali berdeham pelan sebelum melanjutkan kalimatnya.

"Mama ada satu berita yang mau Mama sampaikan ke kalian. I don't know whether it's good or bad news for us, tapi Mama harap kalian bisa ngerti dan kasih keputusan yang bijak."

"Mama kenapa? Jangan bilang Mama hamil lagi." Celetukan Sejun membuat seluruh penghuni meja makan menoleh padanya, lalu bergantian menatap Seungsik dengan sorot bertanya, kecuali Seungwoo yang malah bertukar pandang bingung dengan Seungsik.

"Mama hamil?" Suara Subin menimpali. "Jadi, Subin mau punya adek?" tanyanya tajam.

"Bu-bukan, Sayang." Seungsik mencoba menjawab, tetapi suaranya malah tercekat. Ia tidak menyangka anak-anaknya malah membuat kesimpulan di luar dugaannya.

"Subin nggak mau punya adek," protes Subin tanpa mau mendengar jawaban mamanya. Anak itu menyilangkan tangan di dada dan melengos dengan wajah tertekuk.

"Ih, kenapa Subin nggak mau punya adek? Kan, nanti ada yang bisa diajak main?" Byungchan berkomentar dari seberang.

"Kan, Subin anak bungsu. Kalau ada adek, Subin batal, dong, jadi anak bungsu."

Byungchan hendak membuka mulut untuk membalas Subin ketika suara Seungwoo lebih dulu menengahi perdebatan mereka. Ia harus mengakhiri ini sebelum kesimpulan sepihak Sejun membuat segalanya menjadi runyam.

"Udah, diem dulu. Mama belum kelar ngomong, lho. Kalian udah narik kesimpulan aja."

"Aku cuma mau mastiin, Pa. Soalnya Mama kalau dah ngomong serius, pasti mau ngumumin itu." Sejun menjawab.

"Udah, sekarang dengerin aja dulu Mama mau ngomong apa."

Seungsik mendengkus, mendadak kegugupannya hilang, berganti sedikit sebal. Padahal suasana tadi sudah begitu khidmat, malah dirusak begitu saja oleh pertanyaan konyol Sejun.

Tiba-tiba Seungsik merasakan tangannya digenggam. Ia melihat ke arah tangannya yang bertengger di atas meja dan mendapati tangan besar Seungwoo tengah membungkusnya. Seungsik menoleh pada suaminya. Seungwoo meyakinkannya dan memberi kode untuk melanjutkan penjelasannya melalui anggukan kecil.

Seungsik berdeham. "Jadi, ada yang mau Mama sampaikan, tapi bukan soal kehamilan. Tenang aja, kalian nggak bakal punya adek lagi."

Kalimat terakhir dari ucapan Seungsik menimbulkan berbagai reaksi. Byungchan dan Hanse mendesah kecewa, padahal tadinya mereka antusias jika kabar itu benar adanya. Sedangkan Sejun dan Subin kompak tersenyum senang dengan alasan yang berbeda. Subin senang sebab tak ada yang bakal menggeser posisinya sebagai anak bungsu, sedangkan Sejun senang karena tidak harus punya adik lagi di usianya yang sudah dewasa. Bisa malu dia diolok-olok teman-temannya kalau tahu Sejun punya adik yang usianya pantas menjadi anaknya.

KELUARGA PELANGI  [VICTON]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang