.....

379 39 14
                                    

"Makasih ya udah nganterin aku"

Yeri tersenyum berterimakasih pada pria yang baru saja menjadi kekasihnya 1 jam lalu.

Sang pria balas tersenyum kearah yeri. Tangannya terulur menyentuh rambut yeri. Membelai rambut dan turun hingga berakhir ke pipi sang gadis.

"Sekarang kakak boleh pulang... Hati-hati di jalan" ucapnya sedikit mengusir. Bukan apa. Hanya saja ia takut seseorang melihat ini.

Sang pria menatap datar yeri dan segera menarik tangannya dari pipi yeri.

"Kamu ga suka ada aku? Makanya kamu ngusir aku?" Ujar sang pria kelewat datar.

Seketika yeri terkejut mendengar nada bicara sang kekasih. Iya benar-benar tak ingin mengusir. Hanya saja ia terpaksa melakukannya karena....

"Bu-bukan gitu... cuma sekarang udah malem... ga enak sama tetangga... iya ga enak sama tetangga" yeri sungguh berharap sang kekasih percaya dengan ucapannya

Sang pria menghela napas berat membuat yeri semakin khawatir alasannya tak dapat diterima. Sepertinya yeri harus mempersiapkan mental jika....

"Ok aku pulang" diluar dugaan sang kekasih malah percaya pada ucapannya. Yeri mengehela napas lega. Namun tak lama. Karena kini sang kekasih justru menunjukkan smirk nya.

"Tapi ada syaratnya" ucap sang pria

"A-a apa?" Tanya yeri bergetar

Dan tanpa aba-aba bibir yeri kini telah menempel dengan bibir pria di depannya. Hanya sebuah kecupan selama 5 detik. Namun dapat membuat yeri mematung untuk 5 menit ke depan.

"Aku pulang kalau gitu" pamit sang pria mengusak rambut yeri yang masih membeku.

Yeri menyentuh bibirnya. Ia menatap ke depan tak percaya. Bibir yang ia jaga selama 21 tahun tak suci lagi hanya dalam 5 detik. Tapi mengapa ia merasa ketagihan?.

Sepertinya yeri perlu mencuci otaknya sebelum otaknya benar- benar kotor.

Yeri menarik napas melupakan hal yang baru terjadi. Kini ia harus mencari cara agar orang itu tak tahu apa yang baru saja ia lakukan.

Yeri mencoba melangkahkan kakinya yang seketika terasa berat menuju kedalam rumah mewah ini.

Ia mengendap-ngendap ke arah kamarnya. Lampu ruang tengah padam. Ia berharap orang itu tak ada di rumah.

Saat ia tiba di ruang tengah. Tiba-tiba semua lampu dirumah  itu menyala.

"Kim Yerim" panggil seseorang di ruang itu

Yeri menahan napasnya tanpa sadar begitu menyadari suara itu.

Dapat ia dengar suara langkah kaki mengarah kearahnya. Ia ingin kabur. Namun kakinya seakan mematung tak ingin pergi.

"Akh" teriak yeri saat orang itu menarik rambutnya kasar

"Berapa kali harus kubilang untuk tidak mendekati pria mana pun hah" sungut sang pria penuh amarah menarik lebih kencang rambut yeri.

"JAWAB GUE KIM YERIM!!!.... UDAH GUE BILANG BUAT GA MACAM-MACAM DILUAR SANA... BERHENTI JADI KAYAK JALANG... LO ITU CUMA MILIK GUE... MILIK GUE" Teriak pria itu semakin membuat nyali yeri ciut.

Yeri mencoba membuka mulutnya dan menahan isak tangisnya.

"Kak do-doyoung perasaan kakak salah... ga seharusnya kakak mencintai aku... kita saudara jadi mari berprilaku seakan sauda..... AKH" Doyoun semakin menarik rambut yeri sebelum yeri menyelesaikan perkataannya.

"Saudara?"

"ANDAI LO GA LAHIR DARI RAHIM BUNDA LO GA MUNGKIN JADI ADEK GUE... DAN PERASAAN GUE GA AKAN SALAH... LO TUH SEHARUSNYA GA LAHIR DI KELUARGA INI... LO DENGER INI KIM YERIM.... SAMPAI KAPAN PUN GUE GA AKAN BIARIN PRIA LAIN BERSATU SAMA LO SELAIN GUE"

Kim Yerim StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang