02. Related

2K 378 26
                                    

Happy reading ♡

Sunoo menepuk bahu teman di sampingnya itu, "Gue pulang duluan ya, Hoon, nanti gue kabarin lagi," ujar Sunoo dengan riang. Tampaknya lelaki itu benar-benar sedang dalam suasana hati yang baik. Sunghoon mengangguk, melambaikan tangannya. 

"Hati-hati, Noo," ucap Sunghoon. Sunoo mengangguk, balas melambaikan tangan. 

"Pasti, see you tomorrow, my friend!" seru lelaki itu keras, membuat orang-orang di sekitar situ memandang ke arah mereka. Sunghoon membeku. Entah mengapa ia merasa malu. Sialan, Sunoo. 

Memandang lelaki dengan ransel biru tua itu telah berjalan menjauh, Sunghoon menghela napas. Rasanya hari ini sangat melelahkan. Penyebab ia merasa lelah hanya satu, dan kalian akan segera mengetahuinya. Sunghoon kini menoleh, ketika menyadari ada yang menyentuh bahunya.

"Sunghoon, ini gue, anak kelas 12 IPA-1," ucap lelaki berbadan jangkung dengan kacamata, yang jujur saja tak pernah Sunghoon lihat sebelumnya. Kemudian, di sebelah lelaki itu, ada juga tiga orang yang lain. 

"Gue Sungchan, temen orang di sebelah ini."

"Gue Somi, temen mereka berdua juga."

"Gue Minjoo, temen mereka bertiga."

Lelaki manis itu meringis, kemudian bertanya alasan mengapa para kakak kelas yang tidak pernah ia kenal itu mendatanginya. Lalu mereka tersenyum lebar, "Oh ngga apa-apa sih, kita cuman mau nanya aja, siapa yang ngirim surat ke lo itu. Lo pasti udah tau kan?" ujar salah satu dari mereka tampak penasaran.

Sunghoon menghela pelan. Kalian lihat apa yang baru saja mereka tanyakan? Lagi-lagi dirinya ditanyai mengenai pengagum rahasianya, kemudian lelaki itu kembali menjawab, "Ngga, Kak, maaf, gue ngga tau siapa yang nulisnya."

"Seriusan?"

Sunghoon mengangguk, "Bahkan gue ngga tau penulisnya itu beneran suka sama gue atau cuman main-main, jadi maaf, gue beneran ngga tau," ucap si manis seadanya.

Gara-gara kejadian di kantin siang tadi, hampir seisi sekolah terus membombardirnya dengan pertanyaan yang sama berulang-ulang kali.

Maksudnya, Sunghoon mengira, siapa sih yang tidak merasa jengkel jika ditanya hal yang sama secara terus-menerus?

Apa lagi jika kita ditanya mengenai sesuatu yang bahkan kita tidak tahu jawabannya. Sungguh memuakkan.

Sunghoon bisa melihat wajah orang-orang yang bertanya padanya kecewa--tampak tidak puas dengan jawaban yang ia berikan, lalu mereka semua berjalan pergi, tanpa mengucapkan sepatah kata.

Dan soal surat itu, Sunghoon tidak tahu mengapa, namun ia merasa iba saat membaca suratnya di bagian:

'Tapi, gue tau kalau lo ga mungkin suka sama gue balik, itu udah pasti.'

Entah orang yang mengirimnya adalah seorang yang tak pernah ia ajak obrol sebelumnya atau mungkin orang yang tidak cocok dengannya; atau lebih tepatnya orang yang tidak disukainya.

Namun sudahlah, Sunghoon tidak ingin membebankan pikirannya perihal surat itu. Yang terpenting baginya sekarang adalah bahwa ia harus fokus mengikuti bimbingan matematikanya.

Ngomong-ngomong soal bimbingan matematika, Sunghoon memang ikut untuk mempersiapkan diri mengikuti olimpiade yang akan diadakan sekitar 2 bulanan lagi. Dirinya sangat tertarik pada rumus dan hitung-hitungan. Matematika itu mengasyikkan jika kau mengetahui caranya. Ya, begitulah pemikiran si lelaki.

"Sunghoon!" Suara familiar itu membuyarkan pikirannya. 

Sunghoon mengeluh kemudian menoleh. Itu adalah suara yang sangat ia kenali. Sunghoon merasa kini mood-nya sudah menurun sebanyak 25% hanya dengan mendengar suaranya.

Suara khas seorang Jay Liandra.

Dan biar Sunghoon tambahkan, matematika tidak menyenangkan jika kau memiliki teman satu bidang yang...

"Gue denger lo dapet surat cinta, ya?"

Sunghoon memutar bola matanya malas, kemudian membalas laki-laki di depannya, "Bukan urusan lo."

Dan entah mengapa, kini Jay tersungging, membuat Sunghoon semakin kesal. Lalu Jay kembali bertanya, sembari berjalan ke mejanya, tepat di sebelah Sunghoon, "Lo tau ga siapa yang ngirimnya?"

Sunghoon berdecak kesal. Pertanyaan terkutuk itu lagi. Lagi pula jika Sunghoon mengetahui siapa pengirimnya, dapat dipastikan laki-laki itu sudah mendatanginya sejak beberapa jam yang lalu.

"Gak tau. Lo ngapain nanya-nanya," balas Sunghoon sewot.

"Penasaran aja," ujar Jay sambil menyimpan hoodie abu-abu kebangsaannya di atas meja.

Sunghoon terdiam kemudian berpikir sejenak.

Bukankah ada yang aneh? Sejak kapan laki-laki itu ingin tahu soal percintaannya? Biasanya ia tak pernah peduli tentang hal-hal seperti ini.
Apa karena Jay tahu siapa penulisnya..? Sunghoon berpikir keras.

Kemudian Sunghoon melirik ke arah Jay sebentar. Setelah menimbang-nimbang akan bertanya atau tidak, akhirnya lelaki manis itu memutuskan untuk menanyakannya. Sepertinya hanya Jay yang bisa membantunya menemukan petunjuk.

"Woi, Jay," panggil si lelaki sambil duduk di sebelahnya. Lelaki itu merasa agak canggung.

Sementara itu, Jay tidak menjawab, tampaknya ia sedang fokus memainkan game di ponsel dengan earphone di telinganya.

"Jay Liandra, ini gue mau nanya."

Lelaki itu masih saja diam.

"Jay?"

Akhirnya, lelaki yang Sunghoon panggil namanya itu mendongak, kemudian ia menatap Sunghoon dan menaikkan satu alisnya seperti menandakan, 'Lo mau nanya apaan.'

Dan jujur saja, gelagak Jay itu membuat Sunghoon merasa agak jengkel. Kemudian lelaki manis itu berdeham kecil dan berjalan pergi, "Ngga jadi."

Jay kemudian membuka earphone dari telinganya dengan agak terburu-buru, "Ngga. Nanya aja, gue dengerin," ujar lelaki itu membuat Sunghoon yang sudah berjalan sebanyak dua meter terdiam. Kemudian Sunghoon berbalik, ia mengurungkan niatnya untuk pergi.

Si lelaki manis pun duduk di sebelah Jay, dan bertanya tanpa basi-basi, "Kayanya lo tau ya, siapa yang ngirimin surat ke gue?" ujar lelaki itu memastikan.

Pertanyaan yang Sunghoon lontarkan, membuat Jay membeku untuk sesaat dan ia segera membuang pandangannya dari si lelaki. Jay tampak sedikit kikuk, "Ngga, gue gak tau," ujarnya menghindari kontak mata dengan Sunghoon.

"Bohong?"

Jay hanya diam.

Kini si manis mengerutkan keningnya dalam.

Jelas-jelas ini sesuatu yang janggal. Kenapa tingkah laku Jay berbeda? Jay pasti ada hubungannya dengan si penulis.

Our Secret World | JayhoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang