Aku seneng bikin konflik hehe.
Happy Reading ♡Jay sedang terduduk di bangku depan ruang guru, kakinya terus bergerak tampak tak nyaman.
Ia tidak mengerti mengapa Sunghoon lah yang dikeluarkan dari olimpiade dan bukan dirinya. Padahal Jay merasa si lelaki manis jauh lebih pantas, ia benar-benar tahu seberapa besar usaha Sunghoon untuk mengikuti lomba tersebut.
Lalu Jay terdiam dan memejamkan kedua matanya. Lelaki itu jadi teringat tahun awalnya di sekolah menengah atas, saat ia pertama kali bertemu Sunghoon. Kala itu Jay tengah bermain basket bersama dengan kelompoknya.
.
.
."Eh Jay, ambilin bolanya dong! Si Heeseung kocak, masa ngelempar bola sampai ke kelas anak sepuluh," seru Soobin tertawa meledek, lelaki jangkung yang kini telah kuliah.
"Ampas, gak usah teriak juga kali, Sobirin! Malu gue," kata Heeseung mendengus, disambut tawa oleh Beomgyu--sahabat karib Heeseung yang sayangnya telah pindah sekolah. Alasannya? Alasannya karena jika dua lelaki itu disatukan maka seisi sekolah akan kacau balau.
Di sisi lain, Jay sedang berlari mencari bola bewarna oranye yang hilang. Si lelaki mencari di sekitar anak seangkatannya dan menemukan bola tersebut di depan pintu kelas 10-B. Lalu Jay tersenyum, Heeseung sungguhlah ajaib, bagaimana bisa ia melambungkan bola basket sejarak 10 meter?
Kemudian lelaki itu segera mengambilnya dari lantai dan melirik ke dalam kelas. Hampir seisi ruangan tersebut kosong, hanya terdapat seorang lelaki manis yang tengah menulis ditemani buku matematika yang amat tebal.
Apa yang dilakukan lelaki itu sendirian pada jam istirahat? Biasanya semua siswa akan berhamburan keluar kelas dan pergi ke kantin.
Masih dengan bola di tangan kanannya, Jay pun mengetuk pintu. "Gue masuk, boleh?" si lelaki bertanya, dibalas anggukan oleh si manis.
Entah apa yang sedang dilakukannya namun Jay merasa ingin menemani lelaki yang tengah sendiri itu, "Anyway gue Jay, lo siapa?" tanya lelaki itu sambil duduk di sebelahnya.
Lelaki yang ditanya hanya terdiam membuat Jay tersenyum kecil. Mungkin ia tipe yang pemalu, pikirnya. Lalu Jay melirik buku matematika di depannya dan membuka halaman pertama. Di pojok kanan atas tertulis 'milik Sunghoon Pradigta'.
"Ini nama lo?" tanya Jay menunjuk tulisan tersebut dan sekali lagi hanya dibalas dengan anggukan, "Nama lo cakep."
Mendengar itu, muncul semburat kemerahan di wajah lelaki yang dipuji, "Makasih," ucapnya pelan membuat Jay tersenyum.
"Sama-sama. Lo ngapain di sini? Napa sendiri? Lagi apa?" tanya Jay mengajukan beberapa pertanyaan sekaligus, berusaha terdengar ramah.
"Gue lagi nyiapin sesuatu," kata Sunghoon sangat pelan membuat Jay kembali bertanya.
"Nyiapin apa? Gue bisa bantu?" tanya si lelaki menawarkan.
"Nggak bisa," katanya menggeleng kecil, "Gue lagi nyiapin diri buat olimpiade matematika kelas 11 nanti, soalnya di angkatan kita tahun ini nggak ada."
"...Tapi kita kan baru kelas 10," sela Jay pelan, maksudnya mereka baru saja naik kelas sebulan yang lalu.
"Gak ada salahnya kan gue nyiapin dari sekarang," katanya dengan penuh ambisi yang dibalas dengan anggukan pelan dari Jay.
"Lo suka matematika?" tanya Jay penasaran.
"Iya suka," balasnya singkat.
"Kenapa? Biasanya orang nggak--,"
"Itu satu-satunya yang gue bisa...Gue gak pinter ngapalin, olahraga, masak, apa lagi bersosialisasi, gue cuman pinter ngitung...," katanya semakin lama semakin pelan, hingga hampir tak terdengar.
Kini telinga Sunghoon menjadi merah. Rupanya dia berpendapat dia telah bicara terlalu banyak mengenai kekurangannya.
Bagi Jay sendiri, memiliki banyak kekurangan dengan paras setampan pangeran sangatlah wajar.
Lalu Sunghoon melirik bola di tangan Jay, "Lo bisa main basket?"
Mendengar itu Jay menatap bolanya sebentar kemudian mengangguk, "Gak jago juga, tapi bisa dikit-dikit," katanya tersenyum, lalu memikirkan Soobin yang mungkin sekarang tengah mengamuk, menunggu kedatangannya.
"Enak ya jadi lo?"
Mendengar itu Jay mengangkat bahu, "Enak gak enak kayanya," katanya tertawa pelan, "Kalau gitu gue duluan ya, Hoon. Ada yang nungguin. Seneng bisa kenalan sama lo," ucap Jay seraya berdiri dari bangkunya.
Mendengar itu Sunghoon hanya mengangguk pelan dan melambaikan tangannya membuat si lelaki merasa gemas.
Sebelum benar-benar pergi, Jay sempat menoleh dan bertanya, "Kalau nanti gue ikut olimpiade matematika juga gimana?" tanyanya menatap Sunghoon, setengah bermain-main.
"Boleh, asal jangan nyaingin gue," kata si manis tertawa kecil.
"Gue usahain," kata Jay dengan senyum menghiasi bibirnya.
Dan dari situlah semuanya terjadi.
Jay yang awalnya hanya bercanda dan berakhir mengalahkan si manis.
Jay yang bermaksud untuk menemani Sunghoon namun berakhir merebut posisinya, dan tentang hubungan yang dimaksud untuk mendekatkan justru berakhir dengan kehancuran."Jay? Boleh masuk, Bu Erika ada di dalam," kata seorang bapak guru dengan senyum di wajah, membuat Jay buyar dari pikirannya. Lalu lelaki itu mendongak dan mengangguk kecil.
°°°
Pukul enam pagi, masih ada sekitar setengah jam sebelum sekolah dimulai, namun Jay sudah datang tampak bergegas.
Ia berniat untuk memberitahu Sunghoon jika lelaki manis itu bisa kembali mengikuti olimpiade matematika.
Kemarin Bu Erika tampak sangat kecewa padanya, bahkan wanita itu terdengar mengancam Jay dengan megatakan bahwa nilai matematikanya sedang dipertaruhkan. Jay sendiri tidak begitu peduli, toh memang seharusnya Sunghoon lah yang mengikuti olimpiade tersebut dan bukan dirinya.
Baru saja Jay melangkahkan kaki ke dalam, suasana sudah tampak sangat panas. Beberapa adik kelasnya tampak sedang berbisik-bisik sambil menunjuk kelas Sunghoon.
"JAY!" Heeseung berteriak, membuat semua murid yang berjalan melewati lorong itu menoleh.
"Seung, ini kenapa?"
"Sunghoon ketahuan bawa rokok di dalem kelas, anjing," katanya tampak sangat panik, diikuti Nicholas yang kini bergegas mendekati kedua lelaki tersebut.
Jay sendiri membeku di tempat.
"Si Sunghoon lawak banget gak sih, masa ngeluarin rokok di kelas, ya ketahuan lah tolol," ucap seorang perempuan di belakang dengan suara lantang.
Alih-alih merasa marah, Jay justru sedikit menyetujuinya. Sejak kapan Sunghoon mulai merokok? Dan apa yang ada di otaknya sehingga memilih untuk mengeluarkan rokok di dalam ruangan? Bahkan murid laki-laki pembuat onar di sekolah pun tahu jika ingin merokok haruslah di tempat yang tersembunyi.
"Tapi si Sunghoon gak sampai ngerokok, njing. Dia cuman ngeluarin pas guru masuk kelas, kaya disengaja," kata Nicholas pelan, "Dan Jay, lo tau gak, gue tadi ngeliat badan Sunghoon banyak yang lebam kebiruan." Kalimat terakhir yang keluar dari mulut teman dekatnya itu menarik perhatian banyak siswa.
Mendengar itu, wajah Jay tampak sangat pucat, "T-terus Sunghoon sekarang di mana?"
"Di ruang kepala sekolah, lagi dikasih sanksi," ucap Jake yang baru saja datang masih dengan tas ransel di bahunya, "Gue tadi denger kalau gak salah diskors sekitar tiga sampai empat hari."
Mendengar itu mata Heeseung melebar, sebagai anak yang sering dihukum; empat hari tampaknya berlebihan, apalagi saat kondisi Sunghoon sedang penuh luka. Maksudnya, bagaimana jika selama ini Sunghoon adalah korban kekerasan anak di rumahnya? Ia tak ingin menerka hal-hal buruk tapi--
"Harusnya seminggu lebih gak sih?" lagi-lagi terdengar sahutan suara perempuan, suara Kak Dahye. "Gatelan soalnya."
![](https://img.wattpad.com/cover/246887734-288-k724816.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Secret World | Jayhoon
Fiksi Penggemar[romance] [lokal] Tentang seorang lelaki yang menerima surat cinta dari pengagum rahasianya. Namun bagaimana jadinya jika sang penulis surat adalah orang yang dibencinya? ❝Gue denger lo dapet surat cinta, ya?❞ ❝Bukan urusan lo.❞ [!] kata kasar [!!]...