CHAPTER VIII

695 100 39
                                    

Xiaojun menjalani hari-harinya tanpa ada semangat sedikit pun. Merasa kesepian, bayangan kematian yang selalu menghantui, semua hal itu membuat Xiaojun muak.

Berita tentang pembunuhan terus saja tersiar di televisi. Xiaojun menyalahkan dirinya yang terlalu lemah menghadapi situasi seperti ini, salahkah jika ia meminta seseorang untuk menemani selain Jager? Kekasihnya—Hendery, hampir sebulan tidak ada kabar. Xiaojun tidak bisa meminta Winwin untuk terus menemaninya, karena kakak sepupunya itu juga mempunyai pekerjaan.

Jadi wajar hal ini membuat Xiaojun stress, pola makannya menjadi tidak teratur dan tubuhnya sedikit lesu. Setibanya di tempat kerja, Xiaojun berulang kali mendapat protes dari para pelanggan. Mereka tidak puas dengan pelayanan yang Xiaojun berikan.

Prang!

"M-maafkan aku.." Ucap Xiaojun dengan suara bergetar. Ia tidak sengaja menjatuhkan piring di depan sang pelanggan.

Kacau, itulah satu kata yang menggambarkan Xiaojun saat ini. Bahkan saat memunguti pecahan kaca yang tercecer, tangan Xiaojun masih bergetar. Xiaojun malu karena semua sorot mata tertuju padanya, ia juga takut kena amukan dari bosnya.

"Hey, hey.. Hentikan Xiaojun." Sang bos—Kim Taeyeon, menghentikkan kegiatan Xiaojun dengan suara lembut.

Taeyeon meminta cleaning service untuk membersihkan pecahan piring tersebut. Setelah itu Taeyeon mengajak Xiaojun menjauhi keramaian dan masuk ke dalam ruangannya. Segelas air putih Taeyeon berikan pada Xiaojun, wanita itu menatap iba perubahan yang terjadi pada Xiaojun.

"Jika kau sedang sakit, atau mungkin sedang ada masalah, lebih baik tidak perlu bekerja." Ucap Taeyeon dengan nada tegas. Ia tidak ingin ada karyawan yang memaksa bekerja disaat ada masalah yang sedang mereka hadapi.

"Aku mengizinkanmu libur sampai kau merasa lebih baik." Tambah Taeyeon diakhiri senyuman.

"Terima kasih Mrs Kim."

Dalam hati Xiaojun terus mengucapkan kata-kata yang mengungkapkan rasa bersyukur. Liburan ini akan Xiaojun manfaatkan sebaik mungkin agar dirinya merasa lebih baik.

○—○

Di sepanjang perjalanan menuju rumah, Xiaojun tidak hentinya menoleh ke kanan dan kiri. Kasus pembunuhan beruntun ini membuat Xiaojun paranoid. Di pikiran Xiaojun, pembunuh itu bisa berada dimana saja, bahkan di rumahnya sendiri.

Maka dari itu Xiaojun mempercepat langkahnya. Setibanya di rumah Xiaojun segera masuk, ia terkejut saat telinganya menangkap sebuah suara yang asalnya dari arah dapur. Dengan susah payah Xiaojun menelan ludah seraya mencari keberadaan Jager, anjing berjenis Dalmantion itu tidak ada di setiap sudut ruangan.

Karena sadar dirinya bukan pemain di film horror, Xiaojun memutuskan untuk keluar rumah. Tapi saat tangan Xiaojun hampir menyentuh kenop pintu, si pembuat suara tersebut lebih cepat menahan pundaknya.

"AAHHH! JANGAN BUNUH AK—Hendery?!"

"Tenanglah, aku bukan pembunuhnya." Ucap Hendery dengan senyum tipis yang menghiasi wajahnya.

Tanpa aba-aba Xiaojun memeluk Hendery erat. Xiaojun menenggelamkan wajahnya di dada Hendery, sedangkan jemarinya meremas kuat baju yang Hendery kenakan. Xiaojun menangis, sudah lama sekali kekasihnya ini tidak menemuinya.

"Aku sangat merindukanmu! Kemana saja kau? Apa kau tidak tau betapa takutnya aku dengan berita itu? Hiks.. Jahat sekali. Kau menghilang tanpa kabar, lalu muncul tanpa memberi kabar—kau memang menyebalkan! Tolong jangan tinggalkan aku seperti ini lagi Hendery.. Aku mohon." Ucap Xiaojun disela tangisnya.

Mansion On The Hill •henxiao•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang