Grace's Angels 6

28 9 0
                                    

Warning!
Cerita ini mengandung adegan kekerasan dan pembullyan. Diharapkan kebijakan pembaca dalam menyikapi cerita ini.

Stay safe and healthy

Happy Reading-!

∘˚˳°☆゚.*・。 { Grace's Angels } 。・*.゚☆°˳˚∘

Grace's Angels 6

Esok paginya, dengan mata yang bengkak karena menangis Grace turun ke meja makan rapi dengan seragam sekolahnya. Saat ia sampai di meja makan, mereka semua memandangnya. "Grace, hari ini sebaiknya lo nggak sekolah dulu..." ucapan Ra pagi itu terasa aneh baginya. "Loh, kenapa?" Grace bertanya sambil menarik kursi untuk ia duduki. "Ya, kan lo belum didaftarin..." H yang menjawabnya kemudian mengambil lauk ayam goreng ke piringnya. "Belum daftar? Maksudnya?" Grace mengernyit heran.

"Lo pindah sekolah, ke sekolah yang sama kayak kita," kali ini Nara yang berbicara, ia meminum air putih di gelasnya hingga tersisa setengah sebelum kembali berbicara. "Jadi lo baru bisa masuk minimal lusa, setelah kepindahan lo diurus." Grace tidak jadi menyuapkan sesendok nasi ke mulutnya. "Aku pindah? Kenapa?" tanyanya, "sekolah lama lo― lingkungan yang kayak gitu nggak cocok buat lo..." Jean yang menjawab. "Nggak ada yang bisa menjamin lo nggak akan gantung diri lagi kan?" tambahnya yang membuat Grace terdiam.

Ia tidak berniat melakukan itu lagi. Sungguh. Rasanya sesak, panas, dan tidak nyaman. Ia menggeleng pelan, "aku nggak bakal begitu lagi..." katanya pelan. Jean mengangguk, "ya karena kita berempat nggak akan biarin lo ngelakuin hal bodoh kayak gitu lagi." katanya dengan tegas. Jean dan Ra yang sudah menyelesaikan makan mereka, membawa piring kotor menuju wastafel. "Terus, aku pindah kemana?" Grace bertanya sambil menyusul kedua orang itu untuk menaruh piring.

"SMA Pelita, kira-kira, dua kilometer dari sini." Ra menjawab pertanyaannya, "berarti nanti kita semua satu sekolah?" Jean memberikannya anggukan. "Mahal? Itu kayaknya sekolah swasta..." Jean menyodorkan gelas berisi air minum kedekat Grace, "lo nggak perlu pikirin soal biaya dan hal-hal yang nggak penting, semua bisa diatur." Grace merasa telah merepotkan banyak orang dalam hidupnya, apakah dia pantass diperlakukan sebaik ini? "Terus, ini kalian berangkat sekarang?" Grace bertanya, sambil membawa piring kotornya ke wastafel. "Iya, dan jangan berpikir untuk mencoba bertindak bodoh." H tiba-tiba datang menyusul dengan piring kotornya. "Tapi, kita jadi kan? Ke rumah ku?" Grace bertanya menyusul Jean yang sudah berjalan menuju ke kamarnya di lantai satu dengan pintu berwarna hitam.

"Iya..." jawaban singkat itu membuat Grace menghela napas lega. Baiklah, setidaknya ia bisa menunggu. "Yang ngurus kepindahan aku siapa? Emang ada surat-surat nya?" Grace bertanya mengekor dibelakang Jean yang sedang menuju ruang tamu. Jean mengangkat sebelah tangannya yang terdapat sebuah map. Kemudian, keempat cowok itu memakai sepatu mereka di teras. Jean memanaskan mobil, disusul Ra yang duduk di kursi samping kemudi, Nara dan H menuju kursi penumpang.

Sebelum masuk kedalam mobil Nara menghampirinya, "inget ya, jangan aneh-aneh, jangan main api, jangan main listrik, jangan main air, ada camilan di rak pantry samping kulkas, lo boleh minum cola kalau mau, tapi ada susu cokelat juga di kulkas." katanya cepat kemudian berbalik menuju mobil. Ketika mobil itu akhirnya berlalu meninggalkan halaman rumah, Grace masih terdiam di depan pintu selama beberapa menit. Kemudian ia berbalik dan masuk kedalam rumah.

Grace masih ragu saat melewati rak berisi foto-foto di ruang tamu, dia baru menyadari di beberapa tempat ada foto-foto Jean, H, Ra, dan Nara bersama beberapa anak-anak kecil. Di salah satu figura ia bisa melihat sebuah rumah dengan halaman cukup luas karena terdapat perosotan dan ayunan. Di sisi kiri rumah itu tertulis, 'Panti Asuhan Pelangi' dengan gambar pelangi besar disertai dua awan di ujungnya.

Grace's AngelsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang