01 | Komedi

499 87 86
                                    

"Kamu udah dewasa aja ya. Sekarang aja udah punya pacar dan bikin kita jarang punya waktu bareng."

📷📷📷

"Andika, kamu gak pakai sweater yang baru Bunda cuci?"

"Andika udah pakai hoodie dari Kanaya, Bun. Maaf yah, besok Andika pakai sweater yang Bunda cuci deh."

"Bagus di kamu, hadiah yang kemarin Kanaya kasih ya?" puji Ibunda. Wanita itu menatap putranya dari atas hingga ke bawah. Warna biru tua hoodie itu terlihat cocok dengannya.

Sedangkan yang ditatap cuma melihat pantulan dirinya dari cermin dengan percaya diri sambil tersenyum.

"Iya, Bun. Kalau begitu Andika pamit ya."

Laki-laki itu memakai kacamata minus yang menjadi aksesoris sehari-hari, berpamitan pada Bunda lalu keluar pintu, siap menyambut pagi yang terik dan ramai suara dengan tenang seperti telaga. Ia tarik napas dalam-dalam saat keluar dari pintu rumah, menikmati matahari pagi dan bisingnya kota Jakarta.

Bukan tanpa tujuan ia langkahkan kaki, tapi tiba-tiba ia putar haluan sebelum sampai di persimpangan. Andika berhenti di salah satu rumah kaca pinggir jalan dengan tulisan besar di atasnya Flora Florist, tapi bukan itu yang menjadi fokus utamanya saat ini, melainkan seorang gadis yang baru muncul dari balik pintu.

Gadis itu berdiri dari tempatnya setelah mengikat tali sepatu, kemudian berjalan ke arah sepedanya yang berwarna putih. Sambil membagi tatapan pada buku catatan di tangannya, ia pastikan semua pesanan bunga di keranjang sepeda sudah sesuai. Ia taruh beberapa tangkai bunga Iris biru di antara banyaknya buket bunga, lalu mengikat rambutnya yang kecoklatan.

"Kanaya," panggil Andika. Gadis itu lantas melambaikan tangan sambil tersenyum padanya.

"Udah mau berangkat?" tanya Andika sambil menyingkap anak rambut Kanaya ke belakang telinga supaya ia bisa melihat keseluruhan wajahnya.

"Iya nih, wahh hoodie dari aku udah kamu pake aja." Kanaya menyeringai, tapi hanya sedetik sampai ia memicingkan matanya menatap curiga. "Kamu gak niat bolos kuliah lagi buat bantu aku anter bunga-bunga pesanan hari ini, 'kan?"

"Pengennya sih gitu, tapi kemarin baru abis kamu omelin."

Kanaya hanya terkekeh, kemudian mengambil setangkai bunga Iris untuk diberikan pada laki-laki di hadapannya. "Nih bawa."

"Bunga Iris lagi buatku hari ini?"

"Bunga Iris dan kamu itu sama, Andika."

"Kenapa gitu?"

"Karena kamu arti dari Bunga Iris itu sendiri. Melambangkan tentang kebijaksanaan, dan kasih sayang."

Andika hanya mengangguk-anggukan kepalanya. Sementara gadis itu tersenyum simpul sambil merapikan rambut Andika yang terlihat berantakan dengan jemarinya.

Andika pun tersenyum menikmati sentuhan pagi dari Kanaya.

"Yuk, jalan bareng sampai halte depan."

Andika melangkah, diikuti Kanaya yang menggiring sepeda di sampingnya. Sama seperti biasa.

Mereka sudah saling mengenal sejak keduanya memakai seragam putih biru di Sekolah yang sama. Usia mereka yang berjarak satu tahun tentu membuat Kanaya menganggap dirinya sebagai adik kecil yang selalu dilindungi oleh kakak. Tujuh tahun lebih mereka bersama, tapi masih betah menyelimuti diri mereka masing-masing dengan kata sahabat.

Kedekatan mereka tetap lekat meski sudah memiliki jalan masing-masing dan duduk di bangku perkuliahan yang berbeda. Andika dengan jurusan manajemen bisnis dan Kanaya yang memilih Ilmu komunikasi.

DIMAYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang