Pemuda itu mengangkat kepalanya. Sesekali ia menghembuskan napas hingga membuat anak rambut yang jatuh di dahinya beterbangan. Pemuda itu duduk termenung, ditemani asap yang menari dari batang rokok yang terapit di kedua jarinya.
Biasanya pemuda itu menyukai pagi, tapi mungkin tidak lagi sejak hari ini. Wangi pagi sudah tidak seperti yang biasanya. Sinar Mentari juga sudah tidak menarik seperti sebelumnya. Kolase foto di setiap dinding seolah sudah tak berarti apa-apa. Dan sesuatu seperti telah dirampas paksa dari dalam dadanya.
Seharusnya pemuda itu sudah pergi sejak 10 menit yang lalu. Namun baginya, waktu seharusnya sudah berhenti sejak ia menemui kekalahannya.
Satu lagi ia hisap sisa batang rokok terakhir, sebelum melumatnya dengan ujung sepatu. Dengan sisa serpihan pada hati yang ia punya, ia paksakan diri untuk bangkit.
Ia harus siap.
Siap dengan kehancuran yang akan ia temui hari ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIMAYA
RomanceAwalnya mereka cuma orang asing. Tapi pertemuan aneh mereka membuat Aya harus punya urusan berkepanjangan sama Dimas. Dia harus jadi asisten nya Dimas di kantor. Ini semua gara-gara seekor anjing liar yang pagi itu ngejar-ngejar dia waktu bawa seped...