Bab 22

1.3K 161 11
                                    

Author point of view

Terlihat langit berwarna jingga yang terlihat sangat indah banyak burung-burung berterbangan dilangit indah itu. Udara juga sangat hangat membuat para mahasiswa yang berkemah tenang dan menikmati suasana. Berbeda dengan suasana hati seseorang yang sedang dongkol karena kejadian tadi siang yang menimpanya sehingga dia di diamkan oleh sang kekasih daritadi. Ya jennie.

Jennie sedang duduk dengan sebuah bangku santai yang sengaja dia bawa dari rumah karena dia tidak ingin mengotori celananya duduk seperti yang lainnya. Dia duduk diam dengan wajah datarnya dengan sekaleng bir ditangannya. Dia mengambil resiko meminum itu karena kalau rose tau bisa-bisa dia akan diceramahi sampai pagi. Tapi berkenaan dengan rose yang tidak bicara dan peduli padanya dia meminum itu. Karena hanya bir dan rokok yang bisa menenangkan pikirannya saat ini.

"Hai jen". Sapa seorang dibelakangnya tanpa menoleh orang yang memanggilnya jennie hanya berdehem dan diam.

Nayeon melangkah berdiri didepan jennie dan mengibaskan tangannya saat asap rokok menyeruak di indra penciumannya.
"Tidak berubah". Gumamnya sambil menatap jennie yang meneguk birnya.

"Berhentilah minum dan merokok jennie. Kau tidak peduli dengan kesehatanmu? Kau bisa saja mati muda". Tegur nayeon dan jennie memutar mata malas.

"Karena aku ingin mati aku melakukannya". Kata jennie tanpa menatap nayeon dan nayeon menghela nafasnya.

Nayeon mengedarkan matanya mencari sesuatu yang bisa ia duduki karena daritadi dia selalu bergerak dan tidak ada waktu beristirahat. Sepertinya sekaranglah dia menyempatkan diri untuk duduk-duduk bersantai sebentar. Jennie menatap nayeon sekilas kemudian bangkit dari duduknya dan menuju bagasi mobilnya dan mengeluarkan kursi lipat disana.

"Gomawo". Kata nayeon tersenyum pada jennie dan jennie menganggukan kepalanya dan kembali duduk dengan nayeon disampingnya.

Tidak ada pembicaraan lagi diantara mereka karena nayeon memejamkan matanya dan jennie tetap diam dan sibuk minum dan merokok. Nayeon sedikit terusik karena bau rokok itu. Ia membuka mata malas dan menggapai rokok yang bertengger dibibir jennie lalu membuangnya keair didepannya.

"Aku sesak nafas". Kata nayeon santai dan menyandarkan kembali punggungnya dan kembali menutup matanya.

"Maka pergilah". Usir jennie dan nayeon terkekeh dibuatnya. Nayeon tidak memperdulikan apa yang jennie katakan dia sudah tau sifat jennie dan dia tidak mempermasalahkan itu.

"Kau tidak pernah berubah ya. Sudahlah buka sedikit pergaulan mu dan berhenti melakukan hal yang aneh-aneh. Kau terlihat tenang tapi dalam hatimu itu kau penuh dengan masalah. Berbagilah kalau itu perlu aku masih sama akan ada untukmu". Kata nayeon sambil menatap jennie lembut dan jennie hanya terdiam.

Nayeon dan jennie adalah sahabat saat mereka sekolah menengah akhir. Karena mereka memilih jurusan kuliah yang berbeda jadi hubungan mereka merenggang. Jennie lebih sering bergaul dengan irene dan seulgi. Padahal waktu sekolah menengah jennie selalu bersama nayeon karena irene dan seulgi sibuk dengan urusan mereka.

"Aku sedang berusaha". Singkat jennie membuat dahi nayeon berkerut karena bingung.

"Demi rose?". Tebaknya dan jennie menganggukan kepala.

"Bagus kalau begitu. Ngomong-ngomong kenapa kekasih mu sendirian tadi dan kau malah bersantai disini. Aku melihat dia sedikit murung". Tanya nayeon dan jennie mengangkat bahu acuh.

"Dia sibuk dengan orang lain". Kata jennie dan nayeon menahan tawanya karena jennie sedang cemburu sekarang.

"Kau berkelahi dengan lisakan tadi?". Tanya nayeon serius dan jennie terdiam dia masih kesal dengan kejadian siang tadi membuat masalahnya dengan rose semakin menjadi-jadi saja.







Antara dia (CHAENNIE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang