Kantin ramai. Udah gue duga sebelum negara api menyerang. Dimana-mana yang namanya kantin itu selalu ramai kalau pas jam istirahat gini. Kenapa sih nggak sebaliknya aja? Kan gue nggak mau terekspos. Oke, bilang aja kalau gue itu introvert. Bener. Lihat kan sekarang, gue banyak ngomongnya dimana? Di hati doang. Aslinya mah, cuek akut. Untung Je masih mau nerima gue apa adanya, walaupun sekarang-sejak doi pacaran- gue udah mulai diacuhin. Gue sumpahin juga tuh anak. Huuh, sabar Mikita, sabar. Lu cewek penyabar and baik hati. Jadi jangan berkata-kata kasar lagi yaa. Oke, skip. Gue lagi kumat.
"Lo mau pesan apa?"
Jangan bilang itu pertanyaan buat gue. Jangan bilang yang bertanya itu laki-laki yang tadi narik gue dari kelas. Dan jangan bilang dia nanyanya di kantin yang ramai. Plis, jangan bilang! Gue mohon.
Doa gue emang nggak mujarab ya. Buktinya, itu tadi yang gue bilang jangan malah kejadian. Sebenarnya itu pertanyaan biasa aja, bukan hal yang sangat penting juga. Tapi kenapa mata-mata orang pada melotot gitu liat gue nya hah? Minta dicolok?
Oke, sabar Mikita, sabar. Tarik napas, buang. Lo harus jaga image. Nggak boleh emosi ya. Mikita kan cantik. Lagian lu nggak kenal mereka dan juga mereka nggak kenal lu. Jadi nggak usah sensian deh ya cuman karena dipelototin nggak suka sama mereka. Orang iri mah emang gitu.
"Woy, Ki?"
Kaget gue.
"Jadi mau pesen apa? Biar sekalian gue pesenin nih, lo cari tempat aja."
"Samaan ajalah." Iya, nggak ada apapun yang melintas di otak gue tentang menu makan kali ini. Daripada lama mikir, gue samaan aja kek dia. Toh gue nggak suka milih makanan. Lagian gue udah coba semua menu, enak-enak kok. Jadi nggak masalah apapun pilihannya.
Hmm, katanya tadi cari tempat. Itu artinya gue mesti duduk satu meja sama dia dong? Jangan deh. Gue mesti buat siasat nih. Gimana ya caranya biar nggak semeja? Hmmm, aha. Gue tau! Gue pilih aja meja yang hampir penuh, kan sempit tuh. Jadinya dia bakal nyari tempat lain. Nggak bakalan lah semeja sama gue. Hhe. Tumben encer nih otak. Bangga gue.
"Halo? Gue duduk di sini ya?"
Lumayan. Nggak sempit-sempit amat. Gue mesti duduk miring nih biar nggak keliatan masih lapang. Oke sip. Ini mah nggak bakalan bisa nyempil satu orang lagi. Percaya deh sama feeling gue kali ini.
"Gue pesenin soto. Cuman itu yang ada. Nggak papa kan?"
Makanan gue akhirnya dateng juga. Aromanya mengelitik perut banget. Au, tau aja gue lapar. Tapi yang gue heranin, kenapa itu orang letakin pesenannya juga di meja sini sih? Di sinikan udah penuh. Nggak bisa liat ya?
"Geser Ki."
Apa?! Dia mau duduk di sini? Jangan bilang di samping gue?
"Eng, udah sempit Ris. Lo cari tempat lain aja."
"Dimana? Udah penuh semua."
"Eh?" Emang bener. Semua udah penuh. Kok bisa cepet amat sih penuhnya. Tadikan masih banyak yang kosong. Argh.... kayaknga gue salah strategi! Sialan.
"Tapi, kan-"
"Dikit aja, Ki. Biar gue nggak berdiri makannya."
Oke fix gue nggak ada pilihan. Lagian gue nggak setega itu juga sampe biarin dia makan berdiri setelah dia pesenin makanan buat gue. Emang gue sejahat itu juga apa? Tapi .... gue nggak mau dia duduk deket gue. Apalagi dempet gini.
Sialaaaan. Je dan Orka, terlaknat lah kalian karena udah bikin gue di posisi gini. Lihat aja, gue bakalan gangguin kalian pacaran. Tunggu aja entar.
❤
Ini bukan maunya gue. Gue udah atur siasat. Udah persiapkan segala hal. Tapi, gue salah perhitungan. Sialan.
-
Mission failed
-
KAMU SEDANG MEMBACA
Aturan Ketika Jatuh Cinta ala Mikita (Tamat)
Teen FictionApa jadinya ketika kamu ingin hijrah, melupakan cinta monyetmu, tapi tiba-tiba crush ngasih kode ngukapin rasa. Ditolak apa diterima? Ini hanyalah kumpulan strategi seorang gadis yang berupaya agar tidak jatuh cinta terlalu dalam hingga membuatnya t...